BALI EXPRESS, SEMARAPURA - Di jaman yang serba modern, tidak bisa dipungkiri pengobatan tradisional masih menjadi pilihan bagi sebagian besar masyarakat di Bali. Pengobatan tradisional dinilai menjadi salah satu alternatif, ketika penanganan medis dinilai tak mampu mengatasi keluhan yang dialami.
Salah satu pengobatan tradisional yang mungkin terdengar asing namun unik, yakni pengobatan sakit gigi. Pengobatan tradisional ini memang jarang terdengar. Tapi kenyataannya, pengobatan tradisional sakit gigi itu memang ada dan diminati sebagian orang. Dan uniknya pengobatannya dilakukan dengan cara mengeluarkan ulat yang bersarang pada gigi yang bermasalah.
Pengobatan yang berada di Banjar Koripan Kangin, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini sudah sejak lama dilakoni I Wayan Cepeg, 70. Mungkin pengobatan ini tidak begitu dikenal masyarakat. Namun setiap harinya ada saja masyarakat yang datang untuk mengobati gigi mereka yang sakit.
Saat ditemui beberapa waktu lalu, Cepeg menuturkan, praktek pengobatan tradisional tersebut sudah dia lakukan sejak tahun 1980an. Awalnya, dirinya mengalami sakit gigi yang tidak kunjung sembuh, hingga dirinya mencari cara untuk menyembuhkan sakit gigi yang dialaminya. “Saya coba cari cara dan ketemu cara seperti ini,” ujarnya.
Cara yang dimaksud yakni dengan mengeluarkan ulat kecil yang bersarang pada gigi yang bermasalah, pada umumnya gigi berlubang. Namun hal itu tentu tidak terlepas dari bantuan niskala, yakni sesuhunan yang disungsung Cepeg. Hanya saja dia tidak bisa menyebutkan secara pasti. Konon katanya, Cepeg mendapatkan ilham pengobatan itu dari sesuhunan yang ada di Tukad Bubuh. Sebuah sungai yang tepat berada di sisi timur rumahnya. “Ya saya dibantu sesuhunan driki (disini) agar mepaice tamba (mendapatkan berkah obat),” lanjutnya.
Adapun tamba (obat) yang diberikan berupa minyak, yang pertama-tama akan dioleskan pada gigi pasien yang berlubang. Setelah sebelumnya Cepeg melakukan pengecekan pada gigi pasien, untuk mengetahui, apakah gigi pasien itu memang berisi ulat atau tidak. Jika iya, maka proses pengobatan akan dilanjutkan.
“Dicek dulu giginya, berisi ulatnya atau tidak,” sambung kakek 7 orang cucu tersebut.
Setelah dicek, maka Cepeg akan mengoleskan minyak pada gigi yang bermasalah tersebut. Sembari dirinya memanaskan celebingkah (pecahan genteng) dengan bantuan strongking.
Menurutnya, kini memanaskan celebingkah sudah lebih mudah dibandingkan dulu yang tanpa bantuan strongking. “Dulu menghidupkan api cukup lama. Lalu ada yang menawarkan saya bantuan untuk memodifikasi strongking yang saya punya, untuk memudahkan memanaskan celebingkah itu. Jadi sekarang lebih cepat,” paparnya.
Sambil menunggu celebingkah panas, dirinya juga menyiapkan sebuah paso (gerabah) dari tanah liat yang diisi air sedikit. Kemudian dia meletakkan sebuah batu di dalamnya. Batu inilah yang digadang-gadang juga merupakan paica dari sesuhunan yang disungsung Cepeg. Selanjutnya setelah celebingkah panas, maka celebingkah diletakkan diatas batu, kemudian ditutup menggunakan kau (tempurung kelapa) yang diatasnya sudah dipasang selang plastik kecil. Dengan segera, pasien diminta meletakkan ujung selang pada gigi yang bermasalah, lalu ditiup hingga air pada paso bergelembung.
“Nanti akan keluar ulatnya berwarna putih yang langsung masuk air. Uap dari celebingkah yang panas itu yang diperlukan. Kalau uapnya sudah habis celebingkah itu dipanaskan lagi,” tuturnya.
Dan benar saja, saat wartawan koran ini menyambangi rumah Cepeg, kebetulan pula ada seorang pasien yang sedang berobat. Ternyata setelah meniup selang tersebut, satu per satu ulat kecil berwarna putih keluar dan ‘berenang’ di dalam air di paso tersebut.
Praktek pengobatan tradisional ini bisa dibilang cukup sederhana. Bahkan tempat pengobatannya pun hanya pada sebuah bedeng di sisi timur rumah Cepeg. Namun pasien yang datang untuk berobat berasal dari berbagai daerah di Bali. Meskipun terdengar masih asing, namun keampuhan pengobatan Cepeg tidak diragukan lagi.
Hal itu diakui salah seorang pasien yang sudah beberapa kali melakukan pengobatan tersebut. Pria yang mengaku bernama I Made Narta, 34, mengatakan, dirinya memang memiliki satu gigi berlubang, dan kadang kala kambuh. Sehingga sakit giginya tak tertahankan, meskipun sudah sempat dibawa ke dokter. “Kemudian ada teman yang menyarankan agar dicari saja ulat giginya. Awalnya saya terkejut, kok ada pengobatan seperti ini. Tetapi saya penasaran, akhirnya saya coba datang,” ujarnya.
Dan benar saja, setelah ulat gigi dikeluarkan, rasa sakit yang dialaminya langsung hilang dan jarang kambuh lagi. Bagi pasien yang ingin berobat, juga cukup membawa canang dan diisi sesari seikhlasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar