Pengertian dan Perhitungan Padewasan Penanggal dan Panglong, Sasih dan Dauh - Pada pembahasan materi agama Hindu kali ini mengenai pengertian padewasan penanggal dan panglong, sasih dan dauh beserta contoh dan cara menggunakannya, untuk lebih jelasnya dapat kalian simak dalam penjelasan singkat berikut ini!
Padewasan Menurut Penanggal dan Panglong, Sasih dan Dauh
Berdasarkan Penanggal dan PanglongPenanggal dan Panglong perhitungannya berdasarkan peredaran bulan satelit dari bumi. Penanggal (tanggal) disebut pula Suklapaksa yaitu perhitungan hari-harinya dimulai sesudah bulan mati (tilem) sampai dengan purnama (bulan sempurna). Lama penanggal 1 sampai dengan 15 lamanya 15 hari. Penanggal ke 14 atau sehari sebelum purnama disebut Purwani artinya bulan mulai akan sempurna nampak dari bumi.
Sedangkan Penanggal ke 15 disebut purnama artinya bulan sempurna nampak dari bumi. Pada hari Purnama merupakan hari beryoganya Sang Hyang Candra (Wulan).
Panglong disebut pula Krsnapaksa yaitu perhitungan hari dimulai sesudah purnama yang lamanya juga 15 hari dari panglong 1 sampai dengan pangglong 15. Panglong ke 14 sehari sebelum tilem disebut Purwaning Tilem artinya bulan mulai tidak akan nampak dari bumi. Sedangkan pangglong 15 disebut tilem artinya bulan sama sekali tidak nampak dari bumi. Pada hari tilem beryoganya Sang Hyang Surya.
Pengertian Padewasan Penanggal Panglong, Sasih, Dauh
Padewasan Pananggal-Panglong terdapat pada tabel sebagai berikut :Baik Buruknya Pananggal menurut Teks Wariga Diwasa
PananggalDewa YajñaPitra YajñaManusa YajñaWiwaha YajñaBhuta Yajña
1 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
2 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
3 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
4 X X X X X
5 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
6 X X X X X
7 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
8 X X X X X
9 X X X X X
10 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
11 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
12 X X X X X
13 Ayu Ayu Ayu Ayu Ayu
14 X X X X X
15 Ayu X X X X
Baik Buruknya Pananggal Persefektif Teks Sundariterus
PananggalWujud HariBaik/Buruk
1 Jaran/kuda Baik untuk Dewa Yajña
2 Kidang/kijang Baik
3 Macan Baik
4 Kucit/anak babi Baik
5 Sampi/sapi Buruk
6 Kebo/kerbau Baik
7 bikul/tikus Buruk
8 Lembu Baik
9 Asu/anjing Buruk
10 Naga Baik
11 Kambing Baik
12 Menjangan Baik
13 Gajah Baik
14 Singa Buruk
15 Mina/ikan Baik
Baik Buruknya Panglong Persefektif Teks Sundariterus
PanglongWujud HariBaik/Buruk
1 Celeng/babi Buruk
2 sikep/elang baik untuk menghadap raja
3 lelipan/lipan baik untuk dewa Yajña
4 klesih/trenggiling Buruk
5 konta/unta Baik
6 manusa/manusia Buruk
7 manusa sakti Baik
8 bala/prajurit Baik
9 padang/rumput Baik
10 pacet/lintah Buruk
11 lutung/monyet Baik
12 lelipi/ular Baik
13 gruda/garuda Baik
14 uled/ulat Buruk
15 kekua/kura-kura Buruk
BACA JUGA :
Berdasarkan SasihPadewasan sasih adalah hitungan baik buruknya bulan bulan tertentu yang berpedoman pada letak matahari, apakah berada di Uttarayana (utara), Wiswayana (tengah) atau Daksinayana (selatan). Berikut akan diuraikan Ala Ayuning Sasih berdasarkan Teks Wariga Dewasa seperti tabel berikut ini:
Ala Ayuning Sasih berdasarkan Teks Wariga Dewasa
Agama Hindu mempergunakan panduan sasih antara sasih Candra dengan Sasih Surya sehingga ada perhitungan “pengrapetang sasih”. Hal ini dilakukan karena disadari betul bahwa bulan dan matahari mempunyai pengaruh besar terhadap bumi dan isinya. Selain penentuan Padewasan, hari suci agama Hindu, yang berdasarkan sasih adalah:
1) Pada hari Purnama beryoga Sang Hynag Candra (wulan),
Pada hari Tilem beryoga Sang Hynag Surya. Jadi pada hari Purnama-Tilem adalah hari penyucian Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu Sang Hyang Surya dan Sang Hyang Candra. Pada waktu Candra Graha (gerhana bulan) pujalah beliau dengan Candrastawa (Somastawa). Pada waktu Sūrya graham (gerhana matahari) pujalah beliau dengan Sūryacakra Bhuanasthawa.
2) Sasih Kapat
Purnama Kapat merupakan beryoganya Bhatara Parameswara, beliau Sang hynag Purusangkara diiringi oleh Para Dewa, Widyadara-Widyadari dan para Rsigna. Selanjutnya pada Tilem dapat dilakukan penyucian batin, persembahan kepada Widyadara-widyadari.
3) Sasih Kepitu
Purwaning Tilem Kepitu disebut hari Sivaratri, yaitu beryoganya Bhatara Siva dalam rangka melebur kotoran alam semesta termasuk dosa manusia. Pada hari ini umat Hindu melakukan Bratha Sivaratri, yaitu Mona, Upawasa, dan Jagra.
4) Sasih Kesanga
Tilem Kesanga adalah hari pesucian para dewata, dilakukan Bhuta Yajna, yaitu tawur agung kesanga sebagai tutup tahun Saka.
5) Sasih Kedasa
Penanggal 1 (bulan terang pertama) sasih Kedasa disebut hari Suci Nyepi, yaitu tahun baru Saka. Pada saat ini turunlah Sang Hyang Darma. Purnama Kedasa beryoganya Sang Hyang Surya Amertha pada Sad Khayangan Wisesa.
6) Sasih Sada
BACA JUGA :
Pada Purnama Sadha, patutlah umat Hindu memuja Bhatara Kawitan di Sanggah Kemulan.
Berdasarkan DauhPadewasan menurut dauh merupakan ketetapan dalam menentukan waktu yang baik dalam sehari guna penyelenggaraan suatu upacara-upacara tertentu.
Pentingnya dari dewasa dauh akan sangat diperlukan apabila upacara-upacara yang akan dilakukan sulit mendapatkan hari baik (dewasa ayu). Dauh jika dibandingkan mirip dengan pembagian waktu menurut jam, namun bedanya hanya penempatan panjangnya waktu. Hitungan jam dalam sehari dibagi 24, hingga sehari dalam hitungan jam panjangnya 24 jam. Dalam perhitungan dewasa dauh mengandung makna dalam waktu satu hari terdapat dauh (waktu-waktu tertentu) yang cocok untuk melakukan suatu kegiatan. Signifikasi dari dewasa dauh diperlukan apabila upacaraupacara yang dilakukan sulit mendapatkan hari baik (dewasa ayu). Dalam perhitungan dewasa berdasarkan dauh mempunyai beberapa hitungan, yakni berdasarkan Panca dauh dan Asta dauh.
a. Sistem Panca dauh (Sukaranti) adalah pembagian waktu (hari) dalam sehari menjadi 10 bagian, dengan hitungan 5 dauh untuk menghitung panjangnya siang (setelah matahari terbit hingga menjelang terbenam) dan 5 dauh lagi untuk menghitung panjangnya malam/wengi (dari matahari tenggelam hingga terbit).
Sistem Panca Dauh
Keterangan :
Kr: Kerta: Ayu (baik)
Pe: Peta: Madya (menengah)
Pa: Pati: Ala (Jelek)
Su: Sunia: Ala (buruk)
Ke: Ketara: Ayu (baik)
Catatan: Ala-Ayu dauh Sukaranti pada Pengelong dihitung terbalik (1 menjadi 5)
b. Sistem Asta dauh yang memiliki konsep yang sama dengan Panca dauh, bedanya hanya pembagian waktunya menjadi 16, dengan perincian 8 dauh untuk menghitung panjang waktu mulai matahari terbit, hingga menjelang terbenam dan 8 dauh lagi untuk untuk menghitung panjangnya malam hari dari terbenamnya matahari hingga menjelang terbit.
Sistem Asta Dauh
Perbandingan Asta Dauh dengan Jam Indonesia Tengah
Kr: Kerta: Ayu (baik)
Pe: Peta: Madya (menengah)
Pa: Pati: Ala (Jelek)
Su: Sunia: Ala (buruk)
Ke: Ketara: Ayu (baik)
Catatan: Ala-Ayu dauh Sukaranti pada Pengelong dihitung terbalik (1 menjadi 5)
b. Sistem Asta dauh yang memiliki konsep yang sama dengan Panca dauh, bedanya hanya pembagian waktunya menjadi 16, dengan perincian 8 dauh untuk menghitung panjang waktu mulai matahari terbit, hingga menjelang terbenam dan 8 dauh lagi untuk untuk menghitung panjangnya malam hari dari terbenamnya matahari hingga menjelang terbit.
Sistem Asta Dauh
Perbandingan Asta Dauh dengan Jam Indonesia Tengah