Di Bali pelinggih merupakan sebuah bangunan suci yang biasanya digunakan sebagai tempat menstanakan Bhatara atau Tuhan. Pada hari-hari tertentu atau rahinan di masing-masing pelinggih tersebut dihaturkan banten.
1. KAKI atau DASAR, ini merupakan dasar dari sebuah pelinggih karena letaknya paling bawah. Sama halnya dengan manusia bagian ini adalah kakinya. Bagian dasar ini merupakan tempat untuk meletakkan batu dasar saat membangun sebuah pelinggih, biasanya terbuat dari batu bata merah yang di isi gambar berupa lingkaran dan titik, diletakkan di tengah-tengah bagian dasar. Pada bagian dasar terdapat karang gajah, yang merupakan aplikasi dari aksara Panca Brahma yaitu (Sang, Bang, Tang, Ang, Ing), dimana aksara Ing disini sebagai motorik atau pusat penggerak dan arah putarannya kekiri.
2. BADAN, Pada bagian badan terdapat karang paksi yang merupakan aplikasi dari aksara Panca Tirta. yaitu (Nang, Mang, Sing, Wang, Yang) dimana aksara Yang disini sebagai motorik atau penggerak dan arah putarannya ke kanan. Pada bagian inilah tempat meletakkan pancadatu.
Dengan adanya perputaran ke kiri dan ke kanan akan menjadi sebuah pertemuan antara panca Brahma dan Panca Tirta sehingga muncullah yang namanya Panca Aksara. Panca Aksara ini diaplikasikan dalam bentuk Karang Tapel. Karang Tapel tersebut menunjukkan sebuah sesana, inilah yang akan menjadi sebuah bukti orang yang berada ditempat tersebut sebagai apa, dalam kata lain sesananya sebagai apa pada masa itu. Sebagai contoh karang tapel berupa Barong, ini menunjukkan bahwa orang tersebut adalah seorang patih atau abdi raja dijaman itu.
Kemudian Perputaran ke kiri dan ke kanan inilah yang sering diaplikasikan oleh orang bali ketika melaksanakan sebuah prosesi upacara seperti melaspas dan sebagainya. yang biasa disebut dengan mepurwa daksina, yaitu mengitari pelinggih kekiri dan ke kanan yang memunculkan sebuah pertemuan antara pertiwi dan akasa menjadi satu, dan dari pertemuan itu terciptalah pelinggih dalam pekarangan.
3. KEPALA, pada bagian kepala ini terdapat ruang sebagai tempat untuk menghaturkan canang ataupun banten saat rahinan. Bagian kepala ini sering pula disebut dengan RONG, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan disini yaitu tikar, lepekan, dan carat coblong. Saat nemu rahinan carat coblong tersebut biasanya di isi dengan air.
Jadi jika kita amati dari dasar pelinggih yang merupakan aplikasi dari Aksara Panca Brahma dimana aksara "Ing" sebagai penggerak dengan arah putaran ke kiri, bergerak naik dan bertemu dengan aksara Panca Tirta. Dimana aksara "Yang" sebagai penggerak dengan arah putaran kekanan, disini terbentuklah sebuah titik pertemuan yang menjadi Panca Aksara.
Panca aksara tersebut diaplikasikan dalam bentuk Karang Tapel, yang merupakan sebuah Sesana. Kemudian Panca Aksara naik direcah oleh tikar yang berbentuk segi empat menjadi Tri Aksara yaitu (Ang, Ung, Mang) yang disimbulkan oleh lepekan, carat coblong.
Ketika carat coblong di isi air, disini ada proses bertemunya unsur api,air,udara, menjadilah Ang Ah atau dikenal dengan dwi aksara, kemudian setelah dipasupati menjadilah Ongkara ngadeg
JADI bisa kita simpulkan inilah cikal bakal bahwa kenapa pelinggih disebut Rong oleh orang Bali, karena pelinggih merupakan pengadeg aksara atau tempat menstanakan aksara Ong.
Demikianlah yang bisa kita sampaikan tentang pelinggih dilihat dari aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar