SrÄŤ KášášŁáša
Di sebuah desa, hiduplah seorang ibu bernama Gandari. Ia tinggal bersama anaknya yang masih balita bernama Dhanan. Gandari bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pekerjaannya membereskan rumah majikannya, mencuci, dan menyetrika. Ia selalu membawa anaknya ikut serta karena mereka hidup hanya berdua. Suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Image; rajastore_bali
- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINIKini, Dhanan telah menginjak umur 6 tahun. Gandari harus memikirkan pendidikan untuk anaknya. Desa tempat mereka tinggal tidak terdapat sekolah yang dekat. Letak sekolah jauh di desa seberang dan harus melewati hutan serta menyeberangi sungai. Gandari merasa bingung. Namun, demikian ia berpikir kembali bahwa pendidikan untuk Dhanan sangat penting.
Hari pertama Dhanan sekolah, Gandari meminta izin kepada majikannya untuk mengantarkan Dhanan ke sekolah, berlanjut hari kedua dan ketiga. Karena izin yang diberikan majikannya sudah habis, Gandari mencari alasan agar anaknya berani untuk berangkat ke sekolah sendiri. Gandari terpaksa berbohong kepada Dhanan.
“Anakku, Dhanan, mulai sekarang, kamu harus berani ke sekolah sendiri karena Ibu harus bekerja,” kata ibunya
“Tapi, aku takut, Ibu, aku tidak berani berjalan di hutan dan menyeberangi sungai,” Dhanan merengek kepada ibunya.
“Kamu tidak perlu takut, karena sebenarnya kamu mempunyai kakak yang tinggal di hutan bernama KášášŁáša. Jika kamu merasa takut, panggillah kakakmu, ia akan datang,” kata ibunya membujuk.
“ Benarkah, Ibu, aku mempunyai kakak bernama KášášŁáša?”, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 13).
“Iya, sayang, Percayalah, dia akan datang membantumu saat kamu ketakutan dan membutuhkan bantuan.”
Keesokan harinya, Dhanan berangkat ke sekolah seorang diri. Sesampainya di hutan dan mau menyeberangi sungai, ia merasa takut. Ia ingat pesan ibunya. Lalu, Dhanan memanggil-manggil nama KášášŁáša dengan penuh keyakinan. Lalu, KášášŁáša pun datang dan menunjukkan diri-Nya kepada Dhanan, KášášŁáša membantu Dhanan menyeberangi sungai. Itulah yang ia lakukan ketika berangkat ke sekolah.
Di sekolah, pada hari ketujuh, dilaksanakan perayaan hari raya ĹivarÄtri. Hari Raya ĹivarÄtri adalah hari raya untuk memuja Deva Ĺiva. Anak-anak diminta untuk membawa susu pada hari tersebut. Dhanan merasa bingung. Dari mana ia mendapatkan uang untuk membeli susu? Meminta kepada ibunya pun segan. “Harga susu pasti mahal sekali. Kasihan jika harus membebani Ibu,” ucapnya dalam hati.
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINISrÄŤKášášŁáša mengetahui kegundahan hati Dhanan. Bertepatan dengan Hari Raya ĹivarÄtri, Dhanan berangkat ke sekolah dengan hati yang sedih karena tidak membawa susu. Datanglah KášášŁáša dan memberikan susu kepada Dhanan. Hati Dhanan sangat senang dan berjalan ke sekolah dengan riang.
Sesampainya di sekolah, teman-temannya bertanya kepada Dhanan. “Dhanan, dari mana kamu mendapatkan susu itu? Memangnya kamu punya uang untuk membeli susu itu?” Kemudian, Dhanan bercerita kepada teman-teman dan gurunya bahwa ia mendapatkan susu itu dari kakaknya yang bernama KášášŁáša. Namun, tidak ada satu pun yang percaya dengan perkataannya. Mereka mengetahui bahwa Dhanan tidak mempunyai saudara, teman-temannya mengejek Dhanan.
“Aku tidak berbohong. Aku benar-benar mempunyai kakak yang tinggal di hutan,” kata Dhanan sambil menangis, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 14).
“Kamu pasti bohong... kamu pasti bohong,” teman-temannya mengejek.
Perayaan segera dimulai. Para siswa mulai menuangkan susu ke patung Ĺiva secara bergiliran. Kini, giliran Dhanan. Ketika susu dituangkan, isi susu tersebut tak ada habis-habisnya. Semua orang merasa heran dengan apa yang disaksikannya.
Pada saat itulah, KášášŁáša menunjukkan wujudnya, Dhanan tersenyum dan membuktikan kepada teman-teman dan guru-gurunya bahwa ia berkata jujur. Ia mempunyai kakak bernama KášášŁáša.
Dijelaskan dalam Kitab BhagavadgÄŤtÄ :
"may eva mana Ädhatsva
mayi buddhim niveĹaya
nivasisyasi may eva
ata ĹŤrdhvam na saášĹayah", (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 15).
Pusatkan pikiranmu hanya pada-Ku, maka Aku akan datang padamu, biarlah kesadaranmu ada pada-Ku, setelah itu engkau akan hidup di dalam-Ku, dan ini tak perlu disangsikan lagi (Pudja: 2004: 313).
BhagavadgÄŤtÄ XII.8
Semut dan Burung Merpati
Pada suatu hari, seekor semut berjalan-jalan mencari makanan di pinggir sungai. Đ
eperti biasa, dia berjalan dengan riang dan penuh keceriaan. Tiba-tiba, semut terjatuh ke dalam sungai karena tidak berhati-hati.
|
Dagang Banten Bali
|
Semut timbul-tenggelam dihanyutkan oleh arus sungai. Semut berusaha untuk berenang ke tepian, tetapi tidak berhasil sehingga semut pun mengalami kepanikan. Kejadian itu disadari oleh seekor burung merpati. Burung merpati merasa kasihan terhadap nasib malang yang menimpa semut itu dan ingin menyelamatkannya.
Lalu, burung merpati memetik daun dan menjatuhkannya berdekatan dengan semut. Semut merayap naik ke atas daun dan akhirnya dapat menyelamatkan dirinya. Daun yang dinaiki semut perlahan-lahan bergerak ke pinggir sungai, dan semut pun terselamatkan. Kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang mengendap- endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya. Semut menyadari bahaya yang akan menimpa burung merpati yang baik tersebut. Semut segera berlari mendekati pemburu dan menggigit kaki sang pemburu.
Sang pemburu mengalami kesakitan dan terkejut, lalu mengibaskan ranting yang digunakan untuk menangkap burung. Burung merpati menyadari kehadiran pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting dan kesakitan. Akhirnya burung merpati itu pun terbang menyelamatkan dirinya (anonim), (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 17).
Referensi: https://www.mutiarahindu.com/2018/12/cerita-yang-berkaitan-dengan-tri.html
Susila, Komang dan Sri Mulia Dewi, I Gusti Ayu. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (kelas 3) / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Sumber: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas III
Kontributor Naskah : Komang Susila dan I Gusti Ayu Sri Mulia Dewi
Penelaah : I Wayan Paramartha dan I Made Redana
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015