Selasa, 18 Juni 2024

KEMULIAAN SAPI

 



Arca-arca sapi di tempat suci Hindu, baik di situs purbakala maupun di tempat-tempat suci yang masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan, mengundang sebuah anggapan salah kaprah terhadap umat Hindu. Sebagian besar orang beranggapan bahwa Hindu identik dengan penyembah sapi, apalagi pada kenyataannya sebagian besar umat Hindu di dunia berpantang untuk mengkonsumsi daging sapi. Tetapi, benarkah Hindu memuja Sapi?
*Pendahuluan
Berdasarkan peradaban Veda, sapi merupakan binatang yang sangat di sakralkan. Diuraikan bahwa sapi merupakan lambang dari Ibu Pertiwi yang memberi kesejahteraan kepada semua makhluk hidup di bumi ini, karena itulah para umat manusia diajarkan untuk tidak menyembelih dan memakan daging sapi. Selain mempunyai manfaat di dalam kehidupan rohani, sapi juga memelihara kita di dalam kehidupan material, seperti dengan memberikan susu dan berbagai produk hasil olahan susu. Selain susu dan berbagai produknya, sapi juga memberikan berbagai jenis bahan obat-obatan seperti kencing sapi dan tahi sapi yang bahkan ilmuwan modern sekalipun menerima bahwa air kencing sapi dan kotoran sapi mengandung zat antiseptik yang bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di India, dalam sistem pengobatan Ayur Veda, terdapat teknik yang di sebut pengobatan Panca Gavya, yaitu lima jenis produk yang di hasilkan oleh sapi yaitu; susu, yogurt, ghee, kencing sapi, dan kotoran sapi. Panca Gavya ini juga diangap sebagai bahan bahan yang menyucikan. Bahkan di dalam Yajna dan memandikan Pratima di berbagai kuil, bahan-bahan ini sangat diperlukan, karena tanpanya, seseorang tidak bisa menginstalasi Pratima di dalam kuil. Selain bahan-bahan yang bisa di komsumsi dari segi material, sapi juga membantu para petani di dalam berbagai hal. Sapi jantan di gunakan untuk membajak dan kotoran sapi digunakan untuk pupuk. ? Keagungan Sapi menurut Veda
Meskipun di zaman modern ini orang-orang sudah melupakan betapa agung dan pentingnya sapi, namun para umat yang mengikuti tradisi Veda masih tetap tegar untuk memberi penghormatan dan perlindungan kepada para sapi, keturunan Ibu Surabhi, yang tiada lain adalah bibi Dewa Indra (pemimpin para Deva). Diuraikan juga bahwa 33 juta Dewa yang bertugas di alam semesta ini, bertempat tinggal di setiap bagian badan sapi. Ibu Gangga, yang merupakan Dewi yang mampu menghapuskan berbagai dosa manusia yang mandi di di Sungai Suci Gangga, bertempat tingal di dalam kencing sapi. Ini hanya salah satu keagungan dari ibu sapi yang diuraikan di dalam sastra Veda. Karena itulah umat manusia dianjurkan untuk memelihara sapi dan memberikan penghormatan kepada sapi seperti kita memberikan hormat kepada seorang Ibu. Tuhan Sri Krsna sendiri yang muncul ke dunia material ini memberikan contoh kepada kita semua untuk menghormati sapi. Beliau bahkan lebih mementingkan sapi dari semua makhluk hidup lainya termasuk para Brahmana, seperti diuraikan di dalam sastra: namo brahmanya-devaya go brahmana-hitaya ca jagad-dhitaya krsnaya govindaya namo namah

Di Vrindavan, tradisi menghormati sapi masih berlangsung sampai sekarang. Di beberapa tempat di Vraja Bumi, ketika mereka memasak roti (capati), roti pertama akan diberikan kepada sapi karena mereka mengangap bahwa Shri Krsna hanya akan menerima persembahan kalau mereka memuaskan para sapi dan para Brahmana, sehingga roti kedua akan diberikan kepada orang suci yang lewat di daerah desa tersebut sedangkan roti lainnya di persembahkan kepada arca Sri Krsna. Srila Bhaktivedanta Swami Prabhupada, pendiri dan Acharya ISKCON, menguraikan bahwa perlindungan sapi sangat penting sekali di dalam kehidupan rohani. Beliau menjelaskan sebagai berikut:
“Masyarakat manusia hendaknya menyadari pentingnya sapi-sapi betina dan sapi jantan dan dengan begitu dapat memberikan segala cara untuk melindungi binatang penting ini, mengikuti jejak langkah Mahārāja Parīkṣit. Tuhan yang sangat bermurah hati kepada sapi dan kepada para Brāhmaṇa (go-brāhmaṇa-hitāya) akan puas terhadap kita dan akan memberkati kita semua dengan kedamaian yang sejati jika kita melindungi sapi-sapi dan budaya kebrāhmaṇaan”
– Srimad Bhagavatam 1.17.9
Dengan melalaikan para sapi, apa lagi dengan mendirikan tempat pemotongan sapi, ini hanya akan menghancurkan kesejahteraan dunia. Seperti yang digaris bawahi oleh Srila Prabhupada sekali lagi dalam Srimad Bhagavatam 1.4.9: “Membunuh sapi berarti mengakhiri peradaban manusia”
Dari penjelasan diatas, hendaknya kita dapat membedakan istilah menghormati dan memuja. Orang Hindu memperlakukan sapi secara istimewa adalah untuk menghormati sapi, bukan memuja sapi. Hindu hanya memuja satu Tuhan, “Eko narayanan na dwityo asti kascit” tapi menghormati seluruh ciptaan Tuhan, terutama yang disebut Ibu, para Dewa yang mengatur alam material dan semua umat manusia. Dalam tradisi juga Hindu dikenal beberapa entitas yang dapat disebut sebagai Ibu yang harus kita hormati, yaitu:
ātma-mātā guroḥ patnī brāhmaṇī rāja-patnikā
dhenur dhātrī tathā pṛthivī saptaitā mātaraḥ smṛtāḥ
– Niti-Sastra 1.39
Ibu yang melahirkan kita, yaitu ibu kandung kita sendiri (ātma-mātā)
Istri dari para guru tempat kita menuntut ilmu (guru patnī)
Istri dari para orang suci/Brahmana (brāhmaṇī)
Ibu negara/ratu serta istri dari raja/kepala pemerintahan (raja-patnī)
Ibu yang menyusui kita walaupun tidak mengandung kita, serta yang memelihara dan mengasuh kita walaupun tidak melahirkan dan menyusui kita (dhātrī)
Sapi yang telah memberikan kita susu, sumber Panca Gavya dalam pengobatan Ayur Veda dan juga yang tenaganya telah kita gunakan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan kita (dhenu)
Ibu Pertiwi, yaitu bumi dan alam ini yang telah memberikan penghidupan pada kita dan harus kita jaga kelestariannya (pṛthivī)
Sekarang kita gunakan hati nurani kita, apakah kita akan tega membunuh dan memakan daging sapi yang sudah kita minum susunya, yang sudah membantu pekerjaan-pekerjaan fisik kita dalam menarik pedati dan juga membajak sawah?
Disaat manusia dapat dengan mudahnya membunuh, memotong kepala ayam dan sapi tanpa perasaan, maka disaat itulah mereka akan memotong kepala manusia dan bahkan ibu kandungnya sendiri seperti memotong kepala seekor ayam.
*Tradisi Menghormati Sapi di Zaman Modern
Masyarakat kita di kalangan Hindu Bali sering memperingatkan bahwa kalau setelah makan daging sapi, maka tidak boleh datang ke Pura tanpa mandi terlebih dahulu. Peringatan ini sering diberikan oleh para orang tua dan sudah merupakan peringatan turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Namun sayangnya, beberapa orang beranggapan bahwa karena kalau kita makan daging sapi, maka kita tidak bisa masuk ke Pura, itu berarti sapi adalah binatang haram. Ternyata setelah kita amati dan mempelajari Kitab Suci Veda, sapi merupakan binatang yang suci yang dihormati oleh para Dewa sekalipun, dan bukanlah karena sapi merupakan binatang haram maka kalau kita makan daging sapi kita tidak bisa ke Pura, tetapi justru sebaliknya, karena sapi merupakan binatang yang sangat suci, sehingga kalau kita memakan daging sapi, maka kita diangap orang yang sangat berdosa, dengan demikian tidak bisa masuk ke Pura. Karena itu, setelah makan daging sapi, kita harus menyucikan diri, paling tidak mandi terlebih dahulu sebelum memasuki tempat suci. Ini bukan berarti bahwa kita bisa berlangsung memakan daging sapi dan kemudian mandi dan menyucikan diri. Tidak! Itu bukanlah proses Prayascita yang sejati. Proses Prayascita yang sejati adalah menyucikan diri dari perbuatan berdosa, merenungkan kegiatan berdosa tersebut dan berusaha untuk menghindari kegiatan tersebut. Kita hendaknya tidak melakukan Prayascita seperti layaknya gajah mandi. Sri Pariksit Maharaj di dalam Srimad Bhagavatam menguraikan sebagai berikut:
kvacin nivartate ‘bhadrāt kvacic carati tat punaḥ
prāyaścittam atho ‘pārthaḿ manye kuñjara-śaucavat
“Kadang kadang, orang sadar akan kegiatan berdosa namun melakukan kegiatan berdosa lagi. Dengan demikian saya menganggap proses melakukan kegiatan berdosa yang berulang-ulang dan penyucian berulang-ulang sebagai hal yang tidak berguna. Ini sama halnya dengan gajah mandi (kunjara-sauca-vat), karena gajah membersihkan dirinya dengan mandi namun begitu selesai mandi dan kembali ke daratan, sang gajah akan menghamburkan lumpur pada kepala dan badannya.”
– Srimad Bhagavatam, 6.1.10
Jadi, berdasar dari ajaran dari orang tua kita yang menyatakan bahwa tidak boleh ke Pura setelah makan daging sapi, hendaknya diambil serius dan menghindari daging sapi selama-lamanya serta berusaha mengerti keagungan sapi. Sudah tentunya kita menghindari penyemblihan sapi dan makan daging sapi bukan karena takut untuk masuk neraka semata tapi juga karena rasa kasih sayang kita kepada seluruh makhluk, terutama sapi, yang telah berkenan memberikan kita berbagai jenis makanan seperti yang telah diuraikan di atas. Tanpa kita bisa menghormati Ibu Sapi, maka kita tidak akan bisa memuaskan Yang Maha Kuasa, yang mempunyai rasa cinta yang sangat dalam kepada sapi. Tanpa seseorang memuaskan Yang Maha Kuasa, maka tidak ada kata kedamaian, baik di dalam hidup ini maupun di dalam kehidupan mendatang bagi orang seperti itu.

Jumat, 14 Juni 2024

Pesan di balik wayang..

 

Sapuh
Pesan kuat bagi seseorang yang lahir dalam wuku wayang konon katanya di pengaruhi oleh kekuatan dari berbagai macam energy negatif yang ditimbulkan oleh pengaruh Korawa dimana memiliki sifat-sifat negatif....karenanya harus di ruwat dengan Tutur bajik dan iringi dengan sesaji yang di lakukan Puja kuat oleh sang dalang dengan kekuatan batin.
Leger
Karakter buruk, sering mengadu domba, senang melihat penderitaan, hendaknya harus di sadarkan dan di netralisir dengan karakter baik dan Pandawa membawa pesan dimana memiliki 5 kekuatan yang sangat baik:
1 Wikrama ( semangat, keteguhan hati, Bima)
2 Bhakti ( hormat, penuh dengan ketulusan)
3 tapa samadhi ( melatih pikiran/arjuna
4 Upeksa ( batin yang seimbang/ nakula sahadewa)
5 Darma ( prilaku yang bajik, yudistira)
Inilah pesan yang kuat yang harus di upayakan oleh semua insan agar hidup menjadi lebih tenang untuk itu jalan Pengetahuan aji saraswati agar memiliki air pengweruh (bayu pinaruh) haruslah di jalani, siapa yang tak berpengetahuan maka sangat sulit bisa berkembang.
kelir wayang
Adalah batasan sekala dan niskala dimana manusia harus mengelola Intelek/emosi dan prilaku agar tetap seimbang dengan dualisme "Rwa Bhineda" bahwa hidup tidak hanya niskala saja namun upaya sekala adalah keharusan.
sangkala
Semua akan di makan oleh sang waktu, semua akan berubah seiring waktu, semua mengalami kemusnahan sering waktu, waktu adalah saat dan saat adalah kepastian.
" jangan hanya menitik beratkan pada ritual buta, Pesanya harus di terima utuh sehingga saat melakukan ritual dengan lascarya dan penuh bhakti, Keyakinan buta tak akan bermanfaat selain menyisakan kebingungan yang turun terumurun, karena Bhakti adalah jalan terang bukan jalan Awidya ( kegelapan dan kebodohan)"

Selasa, 04 Juni 2024

Mantra “Om Namah Shivaya”

 


Mantra “Om Namah Shivaya” Memiliki Kandungan Kekuatan Luar Biasa
Secara literal dalam bahasa sansekerta “Om Namah Shivaya” berarti saya mohon perlindungan, tuntunan dan keselamatan dari Dewa Shiva. Tapi maknanya tidak hanya sampai disitu. Mantra “Om Namah Shivaya” memiliki kandungan kekuatan luar biasa, dimana setiap suku kata mempunyai karunia tersendiri dalam menyelamatkan jiwa dari belenggu pikiran dan belenggu samsara.
Mantra “Om Namah Shivaya” adalah panca aksara sebagai karunia kemaha-sucian tertinggi Dewa Shiva sebagai keseluruhan alam semesta kepada jiwa-jiwa. Na berarti karunia Beliau, Ma berarti alam semesta, Si adalah Shiva, Va mengungkap rahasia karunia-Nya dan Ya adalah jiwa.
Mantra “Om Namah Shivaya” adalah panca aksara sebagai seluruh alam semesta itu sendiri yang terdiri dari lima unsur dasar [panca maha bhuta], yaitu : Na adalah unsur padat [pertiwi], Ma adalah unsur air [apah], Si adalah unsur cahaya [teja], Va adalah unsur udara [bayu] dan Ya adalah unsur ruang [akasha].

Mantra “Om Namah Shivaya” juga adalah panca aksara yang terkait langsung dengan prinsip-prinsip yang mengatur masing-masing dari lima lapisan badan kita [panca maya kosha], yaitu Na terkait pada badan fisik [annamayakosha], Ma terkait pada badan prana [pranamayakosha], Shi terkait pada badan pikiran [manomayakosha], Va terkait pada badan kebijaksanaan [vijnanamaya kosha] dan Ya terkait pada badan kesadaran [anandamayakosha]. Sedangkan pranava mantra Om / Aum di depan terkait pada Atman.
Dan yang terpenting, saat kita mengucapkan mantra “Om Namah Shivaya”, kita sesungguhnya sedang melakukan upaya mengakses energi mahasuci kesadaran kosmik Dewa Shiva. Dengan kata lain, kita sedang mengucapkan makna rahasia yang tersembunyi di dalam inti kesadaran kosmik Dewa Shiva.
Kesadaran kosmik adalah keadaan ketika kesadaran jiwa menjadi stabil dan kesadaran mengamati hadir sepanjang waktu dalam kondisi terbangun, bermimpi, dan tertidur.


Senin, 03 Juni 2024

MEYADNYE SING HARUS MAUTANG

 


Asal nepuk timpal dirurunge mekeengan
(Bih galungane sube paek,pis sing ngelah,ape anggo mli buah
,ape anggo mli bE ,ape bekelang hariraya,ije dik nyilih pis jani)
to keto sai kepireng dijalan....
Ane medasarin irage keweh 'sebenehne irage pedidi....
Lek ken dewek sing ngelah 'peragatne utang bakat gahgah
Apang ngidang gen marengin timpale ane hidupne serase sube sing kuangan jinah
Yen sube maksaang rage ,yen sube ngidang tampil mewah dipure
Nanging pikirane sembahyang tuah utang /sing tenang to madan sing tulus utawi
Memocol....
Kengken CENING adi bengong?maturan nak sing anggo meajum ajuman ,
nak sing anggo mesombong sombongan,,,,
Mongken kemampuane amonto aturang ,yang penting tulus tur kenehe melah....
Sing ngidang mli BE .nak dadi taluh anggo,sing ngidang ngisinin guling
Nak dadi bebek anggo,sing ngidang mli buah apang pajegane nyodog gagah ngenah paling mewah, nak dadi canang sari gen anggo,sing ngidang mli /ngae canang nak dadi bkelin dupe ken bunge gen abe anggo mbhakti .....
Sing ade nak maturan mare sing meabaan mulihange ken pemangkune!!!
Kapi timpale skadan pelinggih isinine guling meukudan
Kapi irage maturan tuah nyalanang kemampuan
Tolih tongose mbhakti' sing ade beduran ken betenan
Tolih ane ngemargiang tirte bije dibeneng dije elenange
Ane ngelah ken ane sing ngelah'mekejang patuh'
Intine meyadnye dasarin adi ketulusan ken pepineh ane madan melah....
Meyadnye de ngabe care (apang care A apang care B)
Alih melahne ukur adi kmampuan irage dogen
Pang sing utang dini ditu bakat gah gah apang payu gen merainan'
Yen sube pajegane ngenah paling melah ,ye usan mbhakti nepuk tes rare'' mplalian
Dijaban pure/sanggah 'nagih tes nunas lungsuran '(tunase ane mael)
Ditu bise bakat pedalem buahe mtunasang ulian maal jak ulian buah meutang...
(Uli ije tekan kenehe tulus melah yen sube keto)
Apang payu mbekel jinah aji liu diastun ulian ben meutang ?
Rainan mbekel liu kel kije(?) Sing ade dipure nak nebus dose adi pipis,
sing ade kerahayuan,keselametan sane biasane ketunas dadi tumbas....
Sing ngidang nuutin timpal tangkil kepure pure ane joh ulian sing ngelah jinah
(To tes bakat anggo keneh)yen dadi ben....
Utamaang malu sanggah kembulane ane dijumah
Ditu pusat irage sbeneh ne nunas merte,keslametan,kerayuan,rejeki tur pitunas sane positif lianan...(keto mase de kutange lelingsire ane kekingsan digeni/ didalem & DTL)
To ane utame....
Sing ngidang tangkil joh care timpale! De lek ,de paksaange ,
Yen ngidang nuutin timpal (ya sedeng luunge)men sing ngidang de paksange..
Apang tusing dije ade kabar penembahan bares kemu bakat uber
Nanging sanggah kemulane 'ane dadi dasar irage' nganti setset daki cuil ,
Sing taen bakat ganti kampuhne ' misi jotan nasi sing taen,meaturin taluh kapah sing , kaling nyan meaturin aji buah ''mael care ane sesai abe tangkil joh joh nguberin
Penembahan bares(diastun tangkil ulian meutang jek bani)
Nanging mli kampuh nyang molas tali angge dimrjan jumah ken dikembulane (TAKUT)
Hhhe
Nah apang sing keto nah ning
Ingetang gati utamaang ane patut utamaang malu
Care snggah kembulane ken sane lianan mase ne patut utamaang
De joh metolihan nyan cening
Tolih yen nake lingsir gelem,tolih nake lingsir kije kije
Nak ditu malu nunas piuning yan,ditu ne lingsir meacepan ning .nak ane paek malu kel mragatang ning sing mungkin nae joh bani mcelep sing seijin anake paekan ning ...😊...
Kaki be tua bin belog ning. de ngedekin belog kakine,ane luong anggo ,ane jele kutang pitutur kakine ning ,dibeneg ije tutur kakine pelih ditu imbuhin adi beneh ning...
Monto gen be malu kaki mesatwe'astungkare samian tetep rahayu '
Kaki kel mulih bemalu ning sunarsuryane ngangsan be mesuluh ne ning nah..
Pamit malu ning...


Jumat, 24 Mei 2024

Bhuta Basang-basang

 


Bhuta Basang-basang, adalah salahsatu mahkluk halus dalam kepercayaan masyarakat Bali yang dikenal cukup menyeramkan, dan juga menjijikan, Dalam bahasa Bali kata "Bhuta" bisa diartikan sebagai mahkluk halus, dan "Basang-basang" berarti usus, sesuai dengan namanya wujud hantu ini berupa bentangan usus atau organ dalam manusia, di Jawa mahkluk halus ini dikenal dengan sebutan Memedi Usus.
Di Bali, mahkluk halus ini memiliki dua versi wujud, yang pertama berwujud bentangan usus manusia yang berjalan menggeliat seperti ular, serta meninggalkan jejak darah ditanah, dan yang kedua berwujud mahkluk halus yang terdiri dari kepala yang menyeramkan dan organ dalam yang menggantung. Bhuta Basang-basang suka menghuni rumpunan pohon bambu dan juga mengemban tugas sebagai "Ancangan Setra" yaitu penjaga kuburan, hal ini tak lepas dari asal-usul terciptanya sang hantu usus ini.
Menurut beberapa lontar kuno di Bali, ketika Dewi Parwati murka menjadi Dewi Durga, beliau menggunakan usus mayat sebagai selendang, dan tengkorak sebagai tasbih, Dewi Durga pun mengubah seluruh isi kuburan menjadi mahkluk halus yang dijadikan sebagai pengikut beliau, dari mayat yang ususnya terurai dan selendang usus beliau, terciptalah sesosok mahkluk halus yang dikenal sebagai Bhuta Basang-basang yang ditugaskan menjadi penjaga kuburan bersama mahkluk halus serupa lainnya.
Bhuta Basang-basang sangat jarang menampakan dirinya kepada manusia, kecuali orang tersebut berbuat yang tidak benar sebelumnya atau berbicara kotor saat melintasi tempatnya ia tinggal.


Mantra memohon anak keturunan.

 


Masalah kelahiran, kehidupan, dan kematian semuanya di tangan Hyang Widhi.
Manusia hanya bisa memohon ke hadapan Hyang Widhi.
Untuk itu perlu diketahui bahwa kelahiran dalam Agama Hindu berarti re-inkarnasi roh leluhur.
Roh leluhur bisa ber-reinkarnasi bila sudah suci, yaitu sudah di aben-nyekah dan mepaingkup.
Cobalah ditanyakan apakah para leluhur sudah diaben atau belum atau masih banyak yang belum di-aben.
Bila demikian halnya ini satu unsur penyebab.
Saran ini tentu atas asumsi bahwa anda sudah berkonsultasi dengan dokter dan tidak ada masalah dengan kesehatan.
Lakukan Puja Trisandya dan Kramaning Sembah/persembahyangan terus menerus secara intensif untuk mohon dikaruniai putra.
Mantra Memohon Putra - Anak Keturunan
Berikut ini rekomendasi Ritual sembahyang yang disarankan untuk memohon anak keturunan
PERTAMA,
Awali setiap sembahyang dengan Puja Trisandya
KEDUA,
Ucapkan doa Mantram ini dapat diucapkan setelah Puja Trisandya: "Om Brhatsumnah Prasavita NivesanoJagatah Sthaturubhayasya Yo VasiSa No Devah Savita Sarma Yacchatvasme Ksayaya Trivarutham Amhasah Om Ayu Werdi Yaso Werdi Werdi Prajnyam Suka Sryam Dharma Santana Werdisyat Santute Sapta Werdayah Om Dirgayur Astu Tat Astu Astu Swaha"
Artinya:
Hyang Widhi yang memberi kehidupan kepada alam dan menegakkannya, yang mengatur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, semoga memberikan karunianya kepada kami keturunan dan ketentraman hidup dan kemampuan untuk menghindari kekuatan jahat.
Hyang Widhi, berkatilah kami dengan kebahagian, usia panjang, kepandaian, kesenangan, jalan Dharma, dan keturunan. Semoga terkabul Oh, Hyang Widhi.

KETIGA,
Lakukan Kramaning sembah seperti biasanya.
KEEMPAT,
Berusahalah selalu menolong/membantu orang tua, terutama ibu (baik ibu mertua maupun ibu kandung), berusaha selalu menyenangkan hatinya dan usahakan selalu "melakukan padasewanam" (menyentuh kakinya atau duduk dibawah kaki seorang ibu.

 

Kamis, 23 Mei 2024

KARMA ITU ADA DAN TANPA SALAH SASARAN, DIA BERJALAN BERSAMA WAKTU

 



Kehidupan manusia baik dan buruk adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Apa yang kita tanam itulah yang kita petik.
Tidak mungkin kita menanam jagung akan tumbuh padi.
Seperti pepatah Bali yang mengatakan bahwa jagung ditanam jagung dipetik, padi ditanam padi dituai. Jika tidak berbuat baik, mana mungkin akan mendapatkan kebaikan dari orang lain.
Maka dari itu kita tidak perlu mendengarkan omongan di luar, karena cara pandang masin-masing oranhberbeda.
Ada yang diam-diam membicarakan kita di belakang.
Ada yang benci lalu mencaci maki.
Ada yang sindir menyindir dengan emosi atau hal buruk lainnya.
Kita tidak usah risaukan itu.
Dibenci tak perlu balik membenci.
Dihina tak perlu balik menghina.
Diomongin tak perlu ngegosip.
Sebaiknya kita pura-pura tidak tau dan terus berbuat kebaikan selama tidak merugikan orang lain.

Jangan bersedih dan dendam pada orang yang menghina dan memfitnahmu dengan suatu alasan di luar apa yang kamu lakukan
Sesungguhnya orang yang menghina dan memfitnahmu sedang bekerja mengurangi karma burukmu, untuk menjadi bagian dari karma buruknya.
Ada penyakit tentu ada penyebabnya, demikian pula penderitaan itu, pasti ada sebab musababnya. Tetapi kita harus yakin bahwa penyakit atau penderitaan tersebut pasti dapat diatasi.
Seseorang tidak bisa menghindari hasilperbuatannya.
Apakah baik atau pun buruk, sehingga seseorang tidak boleh iri jika melihat orang lain hidupnya bahagia atau lebih baik. Demikian pula sebaliknya, seseorang tidak perlu menyesali nasibnya, karena apa yang ia terima merupakan tanggung jawabnya.
Ini harus disadari, bahwa penderitaan di saat ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, baik yang sekarang maupun yang telah lampau. Namun kita harus sadar pula bahwa suatu saat penderitaan itu akan berakhir asal kita selalu berusaha untuk berbuat yang baik.
Perbuatan baik yang dilakukan saat ini akan memberikan kebahagiaan baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Jelasnya, dengan itu seseorang tidak perlu sedih atau menyesali orang lain karena mengalami penderitaan dan tidak perlu sombong karena mengalami kebahagiaan, karena hal itu adalah hasil karma.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa hukum karmaphala itu tidak terlepas dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang menentukan pahala dari karma seseorang. Beliaulah yang memberi ganjaran sesuai dengan Hukum Karma.
Bila kita bersabar tuhan akan mengijinkanmu melihat orang itu menikmati hasil perbuatannya pada kita...
Biarkan karma bekerja dengan aturan mainnya
Tanpa perlu campur tanganmu untuk membalasnya...
Jadilah diri kita sendiri,jadilah pribadi yang baik dan terus meneruslah berbuat baik