Senin, 18 September 2023

Banten Pejati

 


Pejati untuk mohon dipersaksikan, mengesahkan dan meresmikan suatu upacara yang telah diselenggarakan secara lahir bathin, agar mendapatkan keselamatan.
Banten pejati juga dihaturkan ketika pertama kali masuk dan sembahyang di sebuah tempat suci.
Sesayut pejati dipandang sebagai banten yang utama, maka di setiap set banten apa saja, selalu ada pejati dan pejati dapat dihaturkan di mana saja, dan untuk keperluan apa saja .
Banten Pejati/ "Banten Peras Daksina" dihaturkan kepada Sanghyang Catur Loka Phala, yaitu:
-Daksina kepada Sanghyang Brahma
-Peras kepada Sanghyang Isvara
-Ketupat kelanan kepada Sanghyang Wisnu
-Ajuman kepada Sanghyang Mahadeva
Selain sastra Weda juga disampaikan dengan bahasa Mona. Mona artinya diam namun banyak mengandung informasi tentang kebenaran Weda dan bahasa Mona itu adalah banten.
Lontar Yajña PrakrtI
“Sahananing bebanten pinaka raganta tuwi, pinaka warna rupaning Ida Bhatara, pinaka dan bhuana”
Artinya :
Semua jenis banten (upakara) adalah merupakan simbol diri kita, lambang kemahakuasaan Hyang Widhi dan sebagai lambang Bhuana Agung (alam semesta).
Lontar Tegesing Sarwa Banten, dinyatakan:
“Mapiteges pakahyunan Banten, nga; pakahyunane sane jangkep galang ”Artinya
: Banten itu adalah buah pemikiran yaitu pemikiran yang lengkap dan bersih.

BANTEN PEJATI
Pejati berasal dari bahasa Bali, dari kata “jati” mendapat awalan “pa-“. Jati berarti sungguh-sungguh, benar-benar. Awalan pa- membentuk kata sifat jati menjadi kata benda pajati, yang berada makna melaksanakan sebuah pekerjaan yang sungguh-sungguh.
UNSUR DAN MAKNA FILOSOFI
Daksina
Banten Peras,
Banten Ajuman Rayunan / Sodaan
Ketupat Kelanan
Penyeneng / Tehenan / Pabuat
Pesucian
Segehan alit
Sarana yang Lain
Daun / Plawa; lambang kesejukan.
Bunga; lambang cetusan perasaan
Bija; lambang benih-benih kesucian.
Udara; lambang pawitra, amertha
Api; lambang saksi dan pendetanya Yajna.
Daksina mengurung:
bakul / serembeng, simbol arda candra
kelapa dengan sambuk maperucut, simbol brahma dan nada
bedogan, simbol swastika
kojong pesel-peselan, simbol ardanareswari
kojong gegantusan, simbul akasa / pertiwi
telur bebek simbol windu dan satyam
tampelan, simbol trimurti
irisan pisang, simbol dharma
irisan tebu, simbol smara-ratih
benang putih, simbol siwa
Ketupat Kelanan adalah lambang dari Sad Ripu yang telah dikendalikan atau teruntai oleh rohani sehingga kebajikan senantiasa termasuk kehidupan manusia. Dengan terkendalinya Sad Ripu maka keseimbangan hidup akan menyelimuti manusia..
#DAKSINA terdiri dari serobong dimasukkan tapak dara beras, dan kelapa yg sudah dihilangkan sabutnya, lalu diatas kelapa diisi 7 kojong yg terbuat dari janur / slepan, yg masing-2 kojong diisi telor itik, base tampelan , irisan pisang tebu, tingkih, pangi, gegantusan, pesel-peselan lalu di isi benang putih dan terakhir letakkan canang burat wangi di atasnya.
#PERAS: memakai alas taledan lalu di isi diisi kulit peras yang diisi beras + benang + base tampelan, lalu di atas kulit peras akomodasi 2 buah tumpeng nasi putih, raka-raka (jaja dan buah-buahan), ditambah kojong rangkadan yang terbuat dari janur / slepan yang berisi kacang saur, gerang / terong goreng, garam, bawang goreng, timun, lalu di isi canang dan sampiyan peras.
SODAAN / AJUMAN RAYUNAN: memakai tamas dari janur / slepan yang diisi 2 buah nasi penek, raka-raka secukupnya, ditambah dengan dua buah clemik yang berisi rerasmen seperti kacang saur, teri, gerang dan lain-lain. Lalu di isi canang dan sampiyan Plaus / sampiyan Soda.
TIPAT KELAN: memakai tamas sama seperti Sodaan, cuma di dalamnya diisi ketupat nasi sebanyak 6 biji, lalu dilengkapi dengan 2 buah clemik yang berisi rerasmen. Di isi dapat diisi dan sampiyan Plaus / Soda. Utk melengkapi Pejati perlu juga dibuatkan Pesucian yang terbuat dari ceper bungkulan yang di dalamnya dijahitkan 5 buah clemik, yang masing-masing berisi boreh miik, irisan pandan wangi yang kaya minyak rambut, irisan daun bunga sepatu, sekeping begina metunu, seiris buah jeruk nipis dan 1 buah takir untuk tirta, reringgitan suwah serit dan base tampel. Untuk memberi informasi juga perlu dibuatkan segehan putih kuning dua tanding bila pejati untuk dibawa ke Pura / Tempat suci.
Untuk melengkapi banten Pejati juga perlu dibuatkan Penyeneng yang dibuat dari 3 potong janur lalu kita rupa sehingga rupa sehingga tiga bentuk kojong yang disatukan dan berdiri tegak, di mana masing-masing kojong diisi dengan beras, tepung tawar (beras + daun dapdap + kunir ditumbuk ) dan irisan bunga cepaka dan jepun patok boreh miik, jagan lupa diisi benang putih.
Lontar Tegesing Sarwa Banten;
Kacang, nga; ngamedalang pengrasa tunggal, komak, nga; waras kakalih sampun masikian “.
Artinya :
Kacang-kacangan penyebab perasaan itu menjadi menyatu, kacang komak yang berbelah dua itu sudah menyatu.
“Ulam, nga; iwak nga; hebe nga; rawos waras becik rinengo ”.
Artinya:
Ulam atau ikan yang dipakai sarana rerasmen itu sebagai lambang bicara yang baik untuk didengarkan.
Mengenai buah-buahan:
“Sarwa wija, nga; sakalwiring gawe, nga; waras tatiga ngamedalang pangrasa hayu, ngalangin ring kahuripan “.
Artinya :
Segala jenis buah-buahan merupakan hasil dari perbuatan, yaitu perbuatan yang tiga macam itu (Tri Kaya Parisudha), perasaan yang menyebabkan menjadi baik dan dapat memberikan penerangan pada kehidupan.
Mengenai Kue / Jajan:
“Gina, nga; wruh, uli abang putih, nga; lyang apadang, nga; patut ning rama rena. Dodol, nga; pangan, pangening citta satya, Wajik, nga; rasaning sastra, Bantal, nga; phalaning hana nora, satuh, nga; tempani, tiru-tiruan “.
Artinya :
Gina adalah lambang alarm, Uli merah dan Uli putih adalah lambang kegembiraan yang terang, bhakti terhadap guru rupaka (ayah-ibu), Dodol is lambang pikiran menjadi setia, wajik is lambang belajar sastra, Bantal adalah lambang dari hasil yang benar-benar- Dan tidak .
Mengenai bahan porosan:
“Sedah who, nga; hiking mangde hita wasana, ngaraning matut halyus hasanak, makadang mitra, kasih kumasih “.
Artinya:Sirih dan pinang itu lambang dari yang kesejahteraan / kerahayuan, berawal dari dasar pemikirannya yang baik, cocok dengan keadaannya, bersaudara dalam keluarga, bertetangga dan berkawan.
TBB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar