Selasa, 12 September 2023

Catus Pata, Tempat Dewi Uma dan Sang Pretanjala Berganti Rupa


PEMPATAN AGUNG : Persembahyangan di Pempatan Agung dilaksanakan warga Kebonjero, Munduktemu, Pupuan Tabanan.

PEMPATAN AGUNG : Persembahyangan di Pempatan Agung dilaksanakan warga Kebonjero, Munduktemu, Pupuan Tabanan. (ISTIMEWA)





BALI EXPRESS, DENPASAR - Catus Pata atau Pempatan Agung adalah simpul energi yang amat dahsyat dari alam. Oleh karena itu, energi tersebut kemudian diikat secara gaib dan dipergunakan untuk mendatangkan manfaat bagi warga desa yang bersangkutan sehingga mendatangkan manfaat yang positif.



Konon pada zaman dahulu, simpul energi tersebut juga dimanfaatkan oleh orang-orang yang belajar ilmu pangleakan.



Dijelaskan juga dalam beberapa lontar seperti Dewa Tattwa maupun Eka Pratama, dalam seluk beluk Caru dan Tawur disebutkan terutama untuk Tawur Kesanga, dilaksanakan di Catus Pata, karena di Catus Pata inilah mula pertama Dewi Uma berubah menjadi Bhatari Durga untuk menciptakan Bhuta Kala dan di Catus Pata ini pula Sang Pretanjala berubah menjadi Maha Kala.


Dalam beberapa sumber, khususnya Lontar Bhumi Kamulan dan Siwa Gama diceritakan, awalnya Bhatara Siwaingin menciptakan alam semesta beserta isinya. Pada saat itu, Bhatara Siwa mempunyai lima putra yang disebut Panca Korsika. Bhatara Siwa meminta keempat putranya, yakni Sang Korsika, Sang Garga, Sang Maitri, dan Sang Kurusya, untuk melakukan tugas tersebut, namun gagal sehingga dikutuk. Beliau kemudian mengutus putranya yang bernama Sang Pretanjala untuk mengambil alih tugas keempat saudaranya itu. Sang Pretanjala menyanggupi, namun mohon agar Ia dibantu oleh Dewi Uma. Dewa Siwa pun mengabulkan permohonan Sang Pretanjala.

- CARA SIMPLE MENDAPATKAN PENHASILAN HARIAN DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Mulailah Dewi Uma bersama Sang Pretanjala mencipta. Awalnya mereka berhasil menciptakan Bhuwana Agung (alam semesta) dan mahluk-mahluk halus. Mahluk-mahluk halus tersebut ada berbagai macam jenis dan sifat. Yang memiliki sifat baik adalah widyadara-widyadara, gandarwa, dan kinara. Selanjutnya yang jahat adalah raksasa, denawa, pisaca, dan daitya. Di samping itu, diciptakan pula mahluk halus yang lebih rendah tingkatannya, seperti jin, memedi, tonya, dan sebagainya.

Selanjutnya Dewi Uma kemudian menjelma menjadi Bhatari Durgha dan memecah diri-Nya menjadi lima, yakni pertama Sri-Durgha, bertempat di timur. Sri-Durgha kemudian menciptakan Kalika-Kaliki, Yaksa-Yaksi, dan Bhuta Dengen. Kedua, Dhari-Durgha, berkedudukan di Selatan serta menciptakan Kapragan. Ketiga, Suksmi-Durgha, berkedudukan di Barat serta menciptakan Kamala-Kamali, dan Kala Sweta. Keempat, Raji-Durgha, bertempat di Utara dan menciptakan Bregala-Bregali serta Bebai. Terakhir, adalah Durgha sendiri yang berkedudukan di tengah-tengah. Durgha kemudian menciptakan Bhuta Janggitan di Timur, Bhuta Langkir di Selatan, Bhuta Lembu Kania di Barat, Bhuta Taruna di Utara, Bhuta Tiga Sakti di tengah-tengah, Bhuta Lambukan di Tenggara, Bhuta Hulu-Kuda dan Bhuta Jingga di Barat Daya, Bhuta Ijo di Barat Laut, dan Bhuta reng di Timur Laut.


Melihat Dewi Uma menjadi Bhatari Durgha, maka Sang Pretanjala ikut berubah menjadi Mahakala dan menciptakan Panca Mahabhuta. Sang Pretanjala kemudian mengajak keempat saudaranya dan memberikan kedudukan masing-masing, yakni Sang Korsika di Timur, Sang Garga di Selatan, Sang Maitri di Barat, dan Sang Kurusya di Utara.

Berdasarkan hal itu, tidak heran jika orang-orang yang mempelajari Ilmu Pangiwa memanfaatkan Catus Pata untuk mendapat panugrahan Dewi Durga dan Sang Mahakala. Dalam praktiknya mereka membawa sanggah cucuk beserta sesajen tertentu. Dengan mantra dan sikap tertentu, mereka pun dikatakan memperoleh energi. Namun demikian, fenomena seperti itu saat ini tentunya sudah jarang karena kawasan Catus Pata kini sudah ramai, bahkan menjadi titik kawasan bisnis di pedesaan.


(bx/adi/rin/yes/JPR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar