Orang-orang Hindu dari India Kuno menyadari bahwa Tuhan adalah misteri yang tak terbatas. Itulah sebabnya mereka menyatakan, "Kebenaran adalah Satu, Tuhan adalah Satu, para Maharesi menyebutnya dengan berbagai nama." Kami menerima banyak agama, banyak ritual, tapi kami tahu Kebenaran adalah Satu, Kebenaran adalah Tuhan, dan Tuhan ada dalam diri kita.
Kalau kita menamakan Tuhan itu warnanya merah tidak berarti Tuhan tidak mempunyai warna lain. Ia juga mempunyai warna yang putih. Ia juga mempunyai warna jingga. Ia juga mempunyai warna hijau. Semua warna ada padanya. Begitulah akhirnya Ia memiliki banyak nama. Apakah dengan nama yang banyak berarti Tuhan itu banyak? Tentu tidak bukan. Ia tetap Esa. Yang Maha Tunggal.
Sistem pemberian banyak nama kepada Tuhan sesuai peranan-Nya di dalam ajaran agama Hindu disebut "Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti" artinya "Tuhan itu satu tetapi para bijak menyebut-Nya dengan berbagai nama".
Demikian para Rsi menamakan Tuhan itu. Para Rsi itu disebut Wipra. Orang yang arif bijaksana. Orang yang ahli dan pandai.
Pemujaan Tuhan, Tuhan dipuja dalam berbagai manifestasinya dengan berbagai cara. Ia dipuja sebagai Istadewata artinya dewata yang diingini kehadirannya. Demikianlah Ia dipuja sebagai Brahma, Wisnu, Siwa. Ia dipuja sebagai Saraswati, Tuhan sebagai penganugrah ilmu pengetahuan. Ia dipuja sebagai Kama Ratih, Tuhan penganugrah rasa cinta. Ia dipuja sebagai Bhatara Surya, Tuhan yang menguasai matahari, sumber tenaga dunia ini. Banyak lagi sebutan-Nya dalam pemujaan.
Tuhan yang gaib disimbolkan dengan berbagai-bagai simbol untuk memudahkan pemahaman. Ia disimbolkan dengan gambar dan aksara. Dewa Brahma disimbolkan dengan aksara Ang, Wisnu dengan aksara Ung, dan Siwa dengan aksara Mang. Apabila simbol dari ketiga Dewa tersebut digabungkan, maka akan menjadi "AUM" yang dibaca "OM" yang merupakan simbol suci agama Hindu. OM adalah lambang Tuhan Yang Maha Esa. Lambang-lambang juga kita jumpai dalam berbagai upakara Yajña. Dasar pemujaan kepada Tuhan adalah bhakti. Bhakti itu direalisasikan dalam beraneka macam cara dan bentuk. Barang siapa yang bhakti kepada-Nya akan diberkahi.
Aksara suci OM ini juga disebut Pranawa Mantra, yaitu intisari dari semua mantra yang biasanya diucapkan untuk memulai pengucapan mantra-mantra lain. Pranawa Mantra sangat disucikan oleh Pendeta dan umat Hindu secara menyeluruh.
Dalam melaksanakan Dewa Yajña ini hendaknya disesuaikan dengan Desa, Kala, Patra yaitu : hendaknya menyesuaikan dengan daerah dimana tempat diselenggarakannya Yajña, waktu menyelenggarakan Yajña dan keadaan kemampuan menyelenggarakan Yajña, seperti disebutkan dalam kitab Bhagawad Gita Bab IX. 26 sebagai berikut :
Patram puspam phalam toyam
yo me bhaktya prayacchati
tad aham bhaktyaepahrtam
asnami prayatatmanah (Bhagawad Gita IX. 26).
Artinya :
Siapapun yang dengan bhakti mempersembahkan kepada-Ku daun, bunga, buah-buahan, air, persembahan yang didasarkan atas bhakti Aku terima.
Yang dimaksud dengan "Aku" di sini adalah Ia Yang Maha Kuasa (Brahman).
OM Shanti.