Senin, 10 April 2023

Makna Penggunaan Kajang Dalam Upacara Ngaben



Secara etimologi Kajang berasal dari bahasa Jawa Kuno yakni tirai atau tutup. Kajang pada umumnya terbuat dari kain putih yang memiliki ukuran kurang lebih satu setengah meter. Dalam tradisi Hindu khusunya di Bali, kajang ditulisi aksara Modre dan aksara Swalalita kemudian diletempatkan pada pelengkungan orang yang akan diaben. Kajang dalam tradisi Hindu Bali merupakan simbol (pengawak) dari badan rohani dan jasmani orang yang telah meninggal.




Foto: Nirmalajati
Rerajahan yang terdapat pada kain putih orang yang diaben melambangkan lapisan badan rohani dan atman. Sedangkan kain putih sendiri adalah lambang badan jasmani. Rejahan yang digunakan pada kain putih merupakan lambing dari dewa-dewa manifestasi Sang Hyang Widhi. Kajang pada umumnya dibuat dengan suatu upacara dan puja oleh pandita pemimpin upacara. Tahap pembuatan kajang, dari awal sampai melaspas menggunakan banten dan puja tertentu, hal ini dilakukan agar kajang yang dihasilkan bernilai sacral.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Aksara suci yang digunakan untuk merajah pada kain putih kajang adalah aksara suci yang disebut Dasaksara. Dasaksara merupakan lambing urip bhuwana simbol kemahakuasaan Tuhan. Lapisan-lapisan yang membungkus atman dilukiskan dalam kajang tersebut. Lontar Wrhaspati Tattva mengatakan badan manusia terdiri dari tiga badan yang disebut Tri Sarira yaitu Stula, Suksma dan anta karana Sarira. (Wiana. 2002.54)

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



Lain halnya dengan lontar Taittiriya Upanisad mengatakan bahwa badan manusia terdiri dari lima lapisan yang disebut Panca Maya Kosa. Adapun bagian-bagiannya adalah sebagai beriku:

Anamaya Kosa adalah lapisan badan manusia yang berasal dari makanan.
Pranamaya Kosa yaitu lapisan tenaga.
Manomaya Kosa yaitu lapisan pikiran
Wijnanamaya Kosa yaitu lapisan kebijaksanaan
Anandamaya Kosa yaitu lapisan kebahagian


Lapisan-lapisan inilah yang kemudian digambarkan dengan kajang dalam upacara Ngaben. Pada umumnya lukisan aksara kajang berbeda-beda berdasarkan warna orang yang akan diaben. Misalnya untuk Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Alasan perbedaan tersebut di dasarkan pada Guna (bakat) dan karma (perbuatan/pekerjaan) dari masing-masing warna. Gina Karma dari Brahmana Warna sangat berbeda dengan Guna Karma dari Ksatrya Karma. Demikian Juga Guna Karma Waisya dan Sudra Warna. Masing-masing kajang juga berbeda. (Wiana. 2002.54)


Contohnya misalnya kajang Brahmana terdiri dri berbagai jenis misalnya, Kajang Brahmana Outus, Kajang Brahmana Utama, Brahmana Walaka. Kemudian Contoh Kajang Kesatrya adalah Kajang Kesatrya Utama, Kajang Kesatrya Anyakra Werti, Kajang Kesatrya Waisya Putus, Kajang Prasatria dan lain sebagainya.



Pada umumnya, kajang diberikan oleh Pandita yang menjadi Nabe atau Guru Kerohanian. Selain itu, kajang juga dapat diperoleh dari Pura Kawitanya dan dari keluarga dekat. Kajang merupakan badan pengganti dari atman yang sudah lepas dari badanya yang lama. Karena badan itu sangat penting sebagai kendaraan Atman menuju alam Niskala. Sebagai badan pengganti tentunya sangat diharapkan badan itu badan yang searah dengan sifat-sifat suci Atman. Dengan demikian antara wada dan isinya menyatu.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kajang yang dibuat oleh Pandita diharapkan Kajang yang Suci, karena jika tidak justru akan menutup sinar suci Atman. Demikian juga Kajang Kawitan dan Kajang dari keluarga haruslah suci karena itu akan dijadikan wahana baru oleh Atman menghadap Sang Hyang Widhi. Kajang sebagai pelindung sang Pitara menuju alam niskala.


Cerita yang berkaitan dengan Makna Penggunaan Kajang dalam upacara Ngaben terdapat di dalam Kekawin Bharatayudha ketika Dewi Hidimbi memohon kepada Drupadi agar diberikan penutup diri agar di perjalanannya ke Swarga menemui leluhur tidak mendapat hambatan. Dikatakan Juga bahwa Kajang adalah anugra yang diberikan Batara Siva.



RELATED: https://www.mutiarahindu.com/2018/02/makna-penggunaan-kajang-dalam-upacara.html
Makna dan Fungsi Bunga Dalam Upacara Yajna Agama Hindu
Macam-Macam Jenis Air Suci Tirta Dalam Upacara Yajna Agama Hindu
Makna dan Fungsi Air Suci Tirta Dalam Upacara Yajna Agama Hindu
Reff:
Wiana, I Ketut. 2002. Makna Upacara Yajna Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita

Lahir Melik Bukan Kutukan, Anugerah yang Berisiko, Ini Penjelasannya








BALI EXPRESS, DENPASAR - Seseorang yang terlahir Melik, konon terbatas dalam kehidupan kesehariannya. Bahkan, kerap dinilai tak berumur panjang. Kenapa disebut Melik, apakah anugerah atau sebaliknya?

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Begitu banyak mitos di masyarakat yang memaparkan tentang kelahiran dengan kondisi Melik. Dalam lontar Purwa Gama menjelaskan, seseorang yang terlahir dengan kondisi Melik memiliki rerajahan tertentu yang dibawanya sejak lahir. Rerajahan yang umumnya berbentuk senjata para dewa itu dikatakan akan menyebabkan kematian.



Melik merupakan suatu anugerah energi ketuhanan atau energi kesidhian yang dibawa seseorang karena karma yang dibawanya ke kehidupan saat ini.


Ida Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa menjelaskan, umumnya mereka yang terlahir Melik memiliki energi kesidhian jauh lebih besar dibanding mereka yang terlahir biasa. Hal itu bisa disebabkan karena karma. “Ada banyak kemungkinan, bisa jadi karena memang anugerah yang diturunkan begitu saja padanya, atau bisa juga di kehidupan sebelumnya dia penekun spiritual yang bisa berlatih prana atau yoga, sehingga ketika reinkarnasi kembali ia terlahir membawa energi yang sama,” ungkap
sulinggih dari Griya Mengwi ini.


Secara kasat mata, lanjutnya, sangat susah mengetahui apakah seseorang terlahir Melik atau tidak, karena mereka yang terlahir Melik secara fisik tak ada perbedaan berarti dibanding orang kebanyakan. Dalam lontar Purwa Gama, terdapat beberapa caciren atau ciri – ciri seseorang dikatakan Melik, diantaranya memiliki tanda lahir berupa rerajahan senjata para dewa.

“Tanda lahirnya berbentuk gatra, cakra, trisula, dan masih banyak lagi. Nah kadang tak hanya berbentuk senjata para dewa, rerajahan tersebut juga berbentuk unsur seperti api air dan unsur Panca Mahabhuta lainnya," terangnya.

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



Dikatakannya, ada beberapa kasus di mana tanda lahir tersebut justru tak dibawa hingga dewasa. "Maka itu para ibu harus teliti memperhatikan anaknya, apakah Melik atau tidak. Karena semakin cepat mengetahui seseorang terlahir Melik semakin cepat bisa Mabayuh,” ujarnya.


Dalam lontar Purwa Gama juga dijelaskan, anak yang terlahir Melik dicirikan juga dengan kondisi ketika lahir terlilit dengan tali pusar, ada juga yang terlahir dengan memiliki usehan lebih dari satu.


Mereka yang Melik juga dicirikan dengan memiliki rambut yang gimbal serta memiliki warna lidah yang berbeda, seperti ada warna kehitaman pada daun lidah. “Ciri – ciri seseorang dikatakan Melik itu relatif, kadang ada yang hanya memiliki salah satunya contohnya terlahir dengan tali pusar yang melilit. Ada juga yang memiliki ciri itu hingga dua atau lebih ciri yang disebutkan dalam lontar,” ungkapnya.

Sulinggih yang sangat gemar dengan sepakbola ini, memaparkan, seseorang yang terlahir Melik biasanya terbawa karena karma yang ia bawa dari kehidupan sebelumnya. “Mereka yang terlahir Melik biasanya orang – orang pilihan. Kalau masyarakat umum bilang Melik itu memiliki Sixsenses atau orang dengan indra keenam. Bisa saja di kehidupan yang dulu orang tersebut memiliki karma yang bagus, bisa juga dia seorang spiritualis,” ujarnya.


Sulinggih berperawakan tinggi ini juga menjelaskan, mereka yang terlahir Melik sangat riskan, memiliki umur yang pendek. “Memang rata – rata ia yang terlahir dengan anugerah itu umurnya pendek. Malah tak jarang penyebab kematiannya karena salah pati. Tapi hal itu bisa dinetralisasi dengan melaksanakan upacara Mabayuh,” ungkapnya.


Mabayuh merupakan sebuah upacara yang bertujuan untuk menetralisasi kekuatan negatif dan mensinergikan energi yang ada pada Bhuana Agung serta Bhuana Alit. “ Mereka yang Melik, energi mereka justru berkebalikan dengan energi alam atau Bhuana Agung yang seharusnya bersinergi. Karena itu jika tidak Mabayuh akan berbahaya,” ungkapnya.


Ketika ditanya apakah ada tata cara tertentu merawat anak dengan kelahiran Melik? Ayah dari dua orang anak ini, mengungkapkan, memiliki anak dengan kelebihan memang harus lebih telaten. “Kalau larangan khusus tidak ada, hanya saja memang cara memperlakukan mereka yang lahir Melik agak sedikit berbeda,” ujarnya. Menurutnya, berbeda yang dimaksudkan adalah dengan menjaga perilaku serta pola hidup si anak. “Mereka yang terlahir dengan kelebihan itu biasanya memiliki atman yang setingkat lebih suci, ibaratnya dia sudah bersih. Nah untuk itu harus ekstra dijaga. Dari pola makannya, perilakunya, dan pola pikirnya,” ungkapnya.


Lebiih jauh ia menjelaskan, jika memiliki anak yang terlahir Melik, orang tuanya harus sering mengajaknya malukat, untuk makanan sebisa mungkin mengurangi daging yang berkaki empat, khususnya sapi, babi ataupun kambing. “Makanannya harus dijaga, jangan bermain ke tempat – tempat yang dianggap tenget dan harus lebih banyak sembahyang dan belajar ilmu agama,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa orang tua yang memiliki anak yang terlahir Melik, bukanlah sebuah kutukan, Melik itu anugerah.

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

"Melik itu sebuah anugerah yang berisiko. Namun, risiko itu dapat ditanggulangi dengan cara Mabayuh. Kalau ada yang bilang Melik dapat dihilangkan itu salah. Melik tidak dapat dibuang atau dihilangkan, namun energinya dapat dinetralkan. Makanya harus rajin malukat, rajin sembahyang," terangnya. Bagi orang tua, lanjutnya, agar memperhatikan anaknya dengan teliti dan mengenali tanda tandanya. Bila diketahui Melik agar segera mebayuh agar tidak terlambat.

(bx/tya/rin/yes/JPR)

https://baliexpress.jawapos.com/read/2018/08/15/92882/lahir-melik-bukan-kutukan-anugerah-yang-berisiko-ini-penjelasannya

Minggu, 09 April 2023

Menguak Misteri Manusia Bawa Panah Naik Gajah di Gedong Kirtya


KUNO : Gapura Gedong Kirtya saat diresmikan 14 September 1928 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tempat naskah kuno ditata rapi, sehingga mudah menemukan yang dicari. (Dian Suryantini/Bali Express)





CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI



SINGARAJA, BALI EXPRESS-Naskah kuno yang sangat berguna di bidang keilmuan berupa lontar pada zaman Belanda, hingga kini banyak tersimpan rapi di Gedong Kirtya, Jalan Veteran 20, Singaraja.


Gedong yang diresmikan pada 14 September 1928 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ini, dahulunya dinamai Gedong Lifrind Vandertook.


Dijelaskan Dosen Sejarah Undhiksa, I Made Pageh, ide mengabadikan semua daun lontar yang berisikan tentang cerita dan ilmu pengetahuan itu, muncul dari cendekiawan Belanda, yakni F.A Lifrind dan Vander Took.


Keduanya merupakan penyelidik kebudayaan, adat istiadat dan bahasa Bali. Ide ini kemudian disambut Residen Bali dan Lombok dan juga cendikiawan Belanda L.J.J Caron, hingga terwujudlah pertemuan di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli.

Dari pertemuan itu terbentuk sebuah yayasan tempat penyimpanan lontar atau manuskrip. Yayasan lontar ini digalang Doktor Poerbadjaraka, Doktor WR Staterhaem, Doktor Goris, Doktor Pighaen dan Doktor Sheehoikess.

Para cendekiawan ini dibantu pinandita dan raja-raja se-Bali. Mengingat kala itu Singaraja merupakan sebuah Ibukota Provinsi Sunda Kecil, maka yayasan itu didirikan di Buleleng pada 2 Juni 1928.

“Kalon adalah seorang residen Bali-Lombok pada saat itu, dia mendirikan Gedong Kirtya itu dalam usahanya menghargai jasa seorang cendikiawan Belanda yang banyak melakukan penelitian, penyelidikan, dan kajian tentang Bali, yaitu dua tokoh besar yang dihormati itu adalah F.A Lifrind dan Vander Took,” jelasnya.

Di samping itu, pendirian Gedong Kirtya juga untuk menghormati tokoh besar yang banyak melakukan penelitian ini. Seperti kajian dan penelitian di bidang kebudayaan Bali, bahasa Bali, adat istiadat Bali. Sehingga muncul keinginan dari Caron untuk mengumpulkan hasil kajian guna dijadikan bahan pelajaran, sehingga lebih monumental. 

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



Hasil-hasil budaya, terutama artefak yang berupa lontar, tutur, dan sebagainya yang memang dijadikan pedoman hidup oleh orang Bali dikumpulkan di Gedong Kirtya, terutama adalah lontar-lontar yang tersebar di daerah Bali dan Lombok.

Bali dalam artian umum, baik Bali Utara maupun Bali Selatan, Lombok terutama yang banyak di Lombok Barat, termasuk lontar-lontar yang tertulis dalam bahasa Sasak.

“Tiga bulan kemudian, yaitu pada 14 September 1928 baru diresmikan penggunaannya secara resmi oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang ada di Batavia pada saat itu. Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) datang ke Bali untuk meresmikan,” tuturnya.

Pageh menjelaskan, perubahan nama Gedong Lifrind Vandertook menjadi Gedong Kertya, tak lain karena orang Bali kesulitan melafalkan nama asing. Hasil-hasil kajian akademis, termasuk hasil-hasil sumber ilmu pengetahuan tradisional dalam bentuk lontar dan tutur, sesungguhnya memang mulanya diberi nama Gedong Lifrind Vandertook.

"Tetapi ketika Buleleng diperintah seorang Raja Gusti Putu Jelantik dari tahun 1937 atau 1940-an, maka kata Gedong Lifrind Vandertook itu ditambah dibelakangnya dengan kata Kirtya. Kirtya (Kerthi) yang artinya Yasa. Nangun Kerthi artinya Nangun Yasa, Miasa. Lambat laun akhirnya menjadi Gedong Kirtya.

“Itu mungkin berkaitan dengan lidah Bali yang tidak terbiasa dengan kata asing. Umumnya membuang yang likad (sulit) untuk dibicarakan, sehingga diperpendek menjadi Gedong Kirtya. Gedong sudah popular di masyarakat, Kirtya lebih popular lagi. Sedangkan Vandertook hanya beberapa orang mungkin yang kenal,” katanya.

Nah, jika diperhatikan pada bagian pintu gerbang (angkul-angkul) Gedong Kirtya terlihat pahatan manusia menaiki gajah dengan busur panah di tangannya, kemudian membunuh musuhnya, dan orang yang kena panah itu pun mati. Gambar ini diperlihatkan dengan monogram atau Chandra Sengkala.

Adapun makna simbol gambar tersebut diantaranya bahwa manusia merupakan simbol angka satu, gajah simbol angka delapan, panah simbol angka lima, dan orang mati nilainya 0. Jadi, kalau dibaca tahun Icakanya adalah Icaka 1850. 

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

“Kalau kita masuk Gedong Kirtya itu, kanan kiri di pintu masuk tergambar manusia menunggang gajah. Manusia yang menunggang gajah itu memegang busur panah yang anak panahnya mengenai manusia yang tergambar di pintu sebelahnya, sehingga manusia itu mati," urainya.

Kalau itu diartikan ke tahun Caka, lanjutnya, maka akan menjadi manusia bernilai satu berasal dari manu, manah atau pikiran, satu. Setelah itu, gajah asta, asti. Ingat istilah Karang Asti atau Karang Gajah? Asta itu sama dengan delapan. Kemudian panah itu lima sama denga Panca. Panah itu diambil dari Panca Tirta. Sedangkan orang mati itu 0. Sehingga mejadi 1850 Caka.

Jika itu dibawa ke Masehi, maka ditambah 78 menjadi 1928. Dan, itu adalah tonggak sejarah. "Namun sayang saat ini gambar tersebut tidak ada, sudah dicat,” paparnya.

Diakuinya, dahulu banyak yang beranggapan ketika memasuki Gedong Kirtya, maka dianggap berkeinginan untuk melajah ngaleak, melajah dadi balian.

"Itu merupakan anggapan kuno dan tidak modern. Karena sesungguhnya banyak ilmu tersimpan dalam Gedong Kirtya yang tersirat dalam ribuan lontar di dalamnya. Gedong Kirtya yang telah berusia ratusan tahun menyimpan banyak guratan sejarah Buleleng, bahkan Bali," urainya.

Dalam Gedong Kirtya tersimpan 5.200 salinan lontar dan terdapat koleksi lontar sebanyak 1.808 cakep. Dari ribuan koleksi tersebut, diklasifikasikn menjadi tujuh, yakni Lontar Weda, Agama, Wariga, Itihasa, Babad, Tantri, dan Lelampahan.

(bx/dhi/rin/JPR)

Selasa, 04 April 2023

Leak Adalah Ilmu Spiritual Tingkat Tinggi Warisan Leluhur Bali




Leak merupakan suatu ilmu kuno yang diwariskan oleh leluhur Hindu di Bali. Kata leak sudah mendarah daging di benak masyarakat hindu di Bali atau asal Bali yang tinggal di perantauan sebab kata-kata ini sangat sering kita dengar dan membuat bulu kuduk merinding atau hanya sekedar ga berani keluar malam gara-gara kata “leak" ini.

Begitu juga keributan sering terjadi antar tetangga gara-gara seorang nenek di sebelah rumah di tuduh bisa ngeleak. Bahkan bayi menangis tengah malam, yang mungkin kedinginan atau perut kembung yang tidak di ketahui oleh ibunya, juga tuduhannya pasti “amah leak” apalagi kalau yang bilang balian sakti (paranormal).

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Asumsi kita tentang leak paling-paling rambut putih dan panjang, gigi bertaring, mata melotot, dan identik dengan wajah seram. Hal inilah yang membuat kita semakin tajam mengkritik leak dengan segala sumpah serapah, atau hanya sekedar berpaling muka bila ketemu dengan orang yang bisa ngeleak.

Secara umum leak itu tidak menyakiti, leak itu proses ilmu yang cukup bagus bagi yang berminat. Karena ilmu leak juga mempunyai etika-etika tersendiri. Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif, khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin lebih unggul, ilmu inilah yang disebut pengiwa. Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang di kalangan masyarakat seringkali dicap sebagai ilmu leak.

Tidak gampang mempelajari ilmu leak. Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk mempelajari ilmu leak. Dulu ilmu leak tidak sembarangan orang mempelajari, karena ilmu leak merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh. Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya. Tujuannya untuk sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar. Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak ini memang rahasia. Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari. Namun zaman telah berubah otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Namun esensinya sama dalam penerapan.

Pada dasarnya ilmu leak adalah “ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci”.

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut dengan leak, yang ada adalah “Lia Ak" yang berarti lima aksara (memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu). Kekuatan aksara ini disebut “Panca Gni Aksara” yang merupakan pemuteran "Dasa Aksara", siapapun manusia yang mempelajari kerohanian merek apapun apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura).

Cahaya ini bisa keluar melalui lima pintu indra tubuh; telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan. Pada umumya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut, sehingga apabila kita melihat orang ngelekas di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut orang tersebut.
BACA JUGA
Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di Bali
Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas. Bersikap sewajarnya saja. Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan. Endih ini tidak menyebabkan panas. Dan endih tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda. Endih leak bersifat niskala, tidak bisa dijamah.

Pada prinsipnya ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang, yang di pelajari adalah bagaimana dia mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut. Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui “ngelekas” atau ngerogo sukmo.

Kata “Ngelekas” artinya kontraksi batin agar badan astral kita bisa keluar, ini pula alasannya orang ngeleak apabila sedang mempersiapkan puja batinnya di sebut “angeregep pengelekasan” sering juga disebut NGEREHan.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut “ndihan” bola cahaya melesat dengan cepat. Ndihan adalah bagian dari badan astral manusia yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain.

Dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya,

Tidak sembarangan berani/boleh keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak, sehingga tidak semua orang bisa melihat ndihan.
Tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati, orang ngeleak hanya main2 di kuburan (pemuhunan) apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya, begini bunyi doanya leak memberikan berkat, "ong, gni brahma anglebur panca maha butha, anglukat sarining merta, mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahutama, ong rang sah, prete namah.." sambil membawa kelapa gading untuk dipercikkan sebagai tirta.Ditinjau dari sumber ilmunya ada 2 jenis ilmu leak:

Leak Panugerahan adalah kemampuan spiritual yang diberikan oleh Tuhan sebagai gift (hadiah lahir) karena yang bersangkutan memiliki karma yang sangat baik dalam kehidupan sebelumnya. Orang yg menguasai Leak Panganugerahan mampu menghidupkan sinar Tuhan dlm tubuhnya yg diistilahkan dgn “api” dan mampu memadamkannya dgn unsur2 cair yg ada dlm tubuhnya juga. Biasanya unsur2 cair ini akan keluar dalam bentuk ludah/air liur/dahak. Dia juga mampu menyatukan unsur bhuana alit (tubuh manusia) dgn bhuana agung (alam semesta). Dgn demikian ybs mampu menguasai semua makhluk2 halus (jin, setan,dll) yg ada di dalam tubuh manusia dan di alam semesta dalam genggamannya. dan sekali yang menerima anugrah tersebut melanggar aturan atau berbuat diluar kebajikan, maka semua ilmunya akan sirna dan hidupnya pasti menderita. Sehingga apapun yang akan dilakukannya berkaitan dengan ilmu leak, selalu minta ijin terlebih dahulu dari Sesuhunannya atau paling tidak mengadakan pemberitahuan (matur piuning).
Leak Papalajahan adalah kemampuan yg didapat dgn cara belajar baik dengan meditasi, tapa semadhi atau yoga atau belajar dari guru. orang yg menguasai Leak Papalajahan hanya mampu menghidupkan api saja tanpa mampu memadamkannya. Dia juga tdk mampu menguasai makhluk2 halus yg ada di alam semesta dalam dirinya, tapi bisa memerintahkan mereka dgn jalan memberikan seperangkat sesajen tertentu utk menyenangkan makhluk2 halus, karena sesajen2 ini adalah makanan buat mereka.Dalam sebuah tayangan episode televisi ada seorang praktisi leak yang mencoba menghapus kesan buruk ilmu leak dengan menayangkan prosesi nglekas. Dinyatakan di sana bahwa kru televisi dari luar Bali pada ketakutan dan menjauh dari sang praktisi karena melihat perubahan wujud menjadi sangat menyeramkan. Padahal dari rekaman video perubahan wujud itu tidak tampak sama sekali. Hanya dari beberapa bagian tubuh sang praktisi mengeluarkan cahaya terang, terutama mulut dan ubun-ubun, sedangkan dari telapak tangan keluar asap putih. Itu bedanya mata manusia yang memiliki sukma dan mata teknologi (kamera).

Jadi Kesimpulannya adalah

Leak tidak perlu di takuti, tidak ada leak yang menyakiti,
Takutlah terhadap pikiran picik, dengki, sombong, pada diri kita sebab itu sumber pengiwa dalam tubuh kita. Bila tidak diantisipasi tekanan darah jadi naik, dan penyakit tiga S akan kita dapat, Stres, Stroke, Setra.
Pada hakekatnya tidak ada ilmu putih dan hitam semua itu hati yang bicara
Sama halnya seperti hipnotis, bagi psikiater ilmu ini untuk penyembuhan, tapi bagi penjahat ilmu ini untuk mengelabui serta menipu seseorang, tinggal kebijaksanaan kita yang berperan.
Pintar, sakti, penting namun..ada yang lebih penting adalah kebijaksanaan akan membawa kita berpikir luas, dari pada mengumpat serta takut pada leak yang belum tentu kita ketemu tiap hari.
Sumber : cakepane.blogspot.com

Cerita yang Berkaitan dengan Tri Parārtha; Srī Kṛṣṇa dan Semut dan Burung Merpati



Srī Kṛṣṇa
Di sebuah desa, hiduplah seorang ibu bernama Gandari. Ia tinggal bersama anaknya yang masih balita bernama Dhanan. Gandari bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pekerjaannya membereskan rumah majikannya, mencuci, dan menyetrika. Ia selalu membawa anaknya ikut serta karena mereka hidup hanya berdua. Suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu.



Image; rajastore_bali

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI


Kini, Dhanan telah menginjak umur 6 tahun. Gandari harus memikirkan pendidikan untuk anaknya. Desa tempat mereka tinggal tidak terdapat sekolah yang dekat. Letak sekolah jauh di desa seberang dan harus melewati hutan serta menyeberangi sungai. Gandari merasa bingung. Namun, demikian ia berpikir kembali bahwa pendidikan untuk Dhanan sangat penting.


Hari pertama Dhanan sekolah, Gandari meminta izin kepada majikannya untuk mengantarkan Dhanan ke sekolah, berlanjut hari kedua dan ketiga. Karena izin yang diberikan majikannya sudah habis, Gandari mencari alasan agar anaknya berani untuk berangkat ke sekolah sendiri. Gandari terpaksa berbohong kepada Dhanan.


“Anakku, Dhanan, mulai sekarang, kamu harus berani ke sekolah sendiri karena Ibu harus bekerja,” kata ibunya


“Tapi, aku takut, Ibu, aku tidak berani berjalan di hutan dan menyeberangi sungai,” Dhanan merengek kepada ibunya.


“Kamu tidak perlu takut, karena sebenarnya kamu mempunyai kakak yang tinggal di hutan bernama Kṛṣṇa. Jika kamu merasa takut, panggillah kakakmu, ia akan datang,” kata ibunya membujuk.



“ Benarkah, Ibu, aku mempunyai kakak bernama Kṛṣṇa?”, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 13).


“Iya, sayang, Percayalah, dia akan datang membantumu saat kamu ketakutan dan membutuhkan bantuan.”


Keesokan harinya, Dhanan berangkat ke sekolah seorang diri. Sesampainya di hutan dan mau menyeberangi sungai, ia merasa takut. Ia ingat pesan ibunya. Lalu, Dhanan memanggil-manggil nama Kṛṣṇa dengan penuh keyakinan. Lalu, Kṛṣṇa pun datang dan menunjukkan diri-Nya kepada Dhanan, Kṛṣṇa membantu Dhanan menyeberangi sungai. Itulah yang ia lakukan ketika berangkat ke sekolah.


Di sekolah, pada hari ketujuh, dilaksanakan perayaan hari raya Śivarātri. Hari Raya Śivarātri adalah hari raya untuk memuja Deva Śiva. Anak-anak diminta untuk membawa susu pada hari tersebut. Dhanan merasa bingung. Dari mana ia mendapatkan uang untuk membeli susu? Meminta kepada ibunya pun segan. “Harga susu pasti mahal sekali. Kasihan jika harus membebani Ibu,” ucapnya dalam hati.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

SrīKṛṣṇa mengetahui kegundahan hati Dhanan. Bertepatan dengan Hari Raya Śivarātri, Dhanan berangkat ke sekolah dengan hati yang sedih karena tidak membawa susu. Datanglah Kṛṣṇa dan memberikan susu kepada Dhanan. Hati Dhanan sangat senang dan berjalan ke sekolah dengan riang.


Sesampainya di sekolah, teman-temannya bertanya kepada Dhanan. “Dhanan, dari mana kamu mendapatkan susu itu? Memangnya kamu punya uang untuk membeli susu itu?” Kemudian, Dhanan bercerita kepada teman-teman dan gurunya bahwa ia mendapatkan susu itu dari kakaknya yang bernama Kṛṣṇa. Namun, tidak ada satu pun yang percaya dengan perkataannya. Mereka mengetahui bahwa Dhanan tidak mempunyai saudara, teman-temannya mengejek Dhanan.


“Aku tidak berbohong. Aku benar-benar mempunyai kakak yang tinggal di hutan,” kata Dhanan sambil menangis, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 14).


“Kamu pasti bohong... kamu pasti bohong,” teman-temannya mengejek.


Perayaan segera dimulai. Para siswa mulai menuangkan susu ke patung Śiva secara bergiliran. Kini, giliran Dhanan. Ketika susu dituangkan, isi susu tersebut tak ada habis-habisnya. Semua orang merasa heran dengan apa yang disaksikannya.



Pada saat itulah, Kṛṣṇa menunjukkan wujudnya, Dhanan tersenyum dan membuktikan kepada teman-teman dan guru-gurunya bahwa ia berkata jujur. Ia mempunyai kakak bernama Kṛṣṇa.


Dijelaskan dalam Kitab Bhagavadgītā :
"may eva mana ādhatsva
mayi buddhim niveśaya
nivasisyasi may eva
ata ūrdhvam na saṁśayah", (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 15).


Pusatkan pikiranmu hanya pada-Ku, maka Aku akan datang padamu, biarlah kesadaranmu ada pada-Ku, setelah itu engkau akan hidup di dalam-Ku, dan ini tak perlu disangsikan lagi (Pudja: 2004: 313).
Bhagavadgītā XII.8


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI



Semut dan Burung Merpati


Pada suatu hari, seekor semut berjalan-jalan mencari makanan di pinggir sungai. Ѕeperti biasa, dia berjalan dengan riang dan penuh keceriaan. Tiba-tiba, semut terjatuh ke dalam sungai karena tidak berhati-hati.

Dagang Banten Bali

Semut timbul-tenggelam dihanyutkan oleh arus sungai. Semut berusaha untuk berenang ke tepian, tetapi tidak berhasil sehingga semut pun mengalami kepanikan. Kejadian itu disadari oleh seekor burung merpati. Burung merpati merasa kasihan terhadap nasib malang yang menimpa semut itu dan ingin menyelamatkannya.


Lalu, burung merpati memetik daun dan menjatuhkannya berdekatan dengan semut. Semut merayap naik ke atas daun dan akhirnya dapat menyelamatkan dirinya. Daun yang dinaiki semut perlahan-lahan bergerak ke pinggir sungai, dan semut pun terselamatkan. Kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang mengendap- endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya. Semut menyadari bahaya yang akan menimpa burung merpati yang baik tersebut. Semut segera berlari mendekati pemburu dan menggigit kaki sang pemburu.


Sang pemburu mengalami kesakitan dan terkejut, lalu mengibaskan ranting yang digunakan untuk menangkap burung. Burung merpati menyadari kehadiran pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting dan kesakitan. Akhirnya burung merpati itu pun terbang menyelamatkan dirinya (anonim), (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 17).


Referensi: https://www.mutiarahindu.com/2018/12/cerita-yang-berkaitan-dengan-tri.html


Susila, Komang dan Sri Mulia Dewi, I Gusti Ayu. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (kelas 3) / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.


Sumber: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas III
Kontributor Naskah : Komang Susila dan I Gusti Ayu Sri Mulia Dewi
Penelaah : I Wayan Paramartha dan I Made Redana
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015

Karma Phala Merupakan Hukum Universal






Karma Phala Merupakan Hukum Universal
Dalam melangsungkan kehidupan, maka kita senantiasa melakukan bermacam-macam gerak dan aktivitas. Gerak dan aktivitas yang kita laksanakan itu pada umumnya untuk memenuhi segala kepuasan dan kenikmatan hidupnya secara lahir dan bhatin, yang disesuaikan dengan pandangan dan kebutuhan hidup masing-masing. Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu disebut dengan karma. Menurut hukum sebab akibat, maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikian pulalah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau phala seperti buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya.


Karma phala ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keadaan hidup seseorang. Karena karma phala itulah yang menentukan bahagia atau menderitanya hidup seseorang, baik dalam masa hidup didunia ini, diakhirat maupun dalam penjelmaan yang akan datang. Nasib seseorang tergantung pada karmanya sendiri. Barang siapa yang berbuat baik akan mengalami kebahagiaan, yang berbuat jahat akan mendapat hukuman. Apa saja yang dibuatnya, begitulah hasilnya. Apa yang ditanam begitulah tumbuhnya. Menanam padi tentu tumbuhnya padi.

- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI




Pengaruh hukum karma itu pulalah yang menentukan corak serta nilai dari pada watak seseorang. Oleh karena karma itu bermacam-macam jenisnya dan tak terhitung banyaknya. Maka watak seseorang pun beraneka macam pula ragamnya. Karma yang baik menciptakan watak yang baik dan karma yang buruk akan mewujudkan watak yang buruk pula. Segala macam karma yang kita lakukan akan selalu tercatat dalam alam pikiran kita. Yang kemudian akan menjadi watak dan berpengaruh terhadap Atma atau Roh.


Hasil dari perbuatan itu tidak selalu langsung dapat kita rasakan dan kita nikmati, seperti halnya tangan yang menyentuh es akan seketika terasa dingin, namun menanam padi harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa menikmati hasilnya. Setiap karma akan meninggalkan bekas, ada bekas yang nyata, ada bekas dalam angan-angan dan ada juga yang abstrak. Oleh karena itu hasil perbuatan atau phala karma yang tidak sempat kita nikmati pada saat berbuat atau pada kehidupan sekarang maka akan kita nikmati setelah meninggal dan pada kehidupan yang akan datang.


Hukum Karma yang mempengaruhi seseorang bukan saja akan dinikmatinya sendiri, namun akan diwarisi juga oleh para sentananya atau keturunannya. Misalnya seseorang yang hidupnya mewah dari hasil menghalalkan segala cara, namun setelah orang itu meninggal dunia, kekayaannya diwarisi oleh para sentananya, maka tidak jarang para sentananya mempunyai watak yang akan mewarisi watak purusanya atau leluhurnya. Sehingga kekayaan tersebut tidak akan bertahan lama untuk dinikmatinya dan pada akhirnya akan jatuh miskin, melarat dan menderita. Adanya suatu penderitaan dalam kehidupan ini walaupun seseorang selalu berbuat baik (subha karma), hal itu disebabkan oleh karmanya yang lalu (sancita karma phala), terutama karma yang buruk harus dinikmati hasilnya sekarang, karena tidak sempat dinikmati pada kehidupannya yang terdahulu, sehingga mengakibatkan neraka cyuta (kelahiran dari neraka). Begitu pula sebaliknya seseorang yang selalu berbuat tidak baik (asubha karma) namun hidupnya nampak bahagia, hal itu dikarenakan pada kehidupannya yang terdahulu ia memiliki phala karma yang baik karena ia merupakan kelahiran dari surga (swarga cyuta), akan tetapi perbuatan buruknya dalam kehidupan sekarang bisa dinikmati pada kehidupan sekarang, bisa juga dinikmati pada kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu marilah kita untuk senantiasa selalu dan selalu berbuat kebajikan, berjalan diatas dharma (kebenaran) sesuai dengan ajaran agama yang kita anut, semoga Hyang Widhi selalu memberikan waranugraha-Nya pada kita semua.


Itulah sebabnya mengapa Hukum Karma Phala dikatakan sebagai hukum yang bersifat universal, karena tidak ada seorangpun dan tidak ada satu mahluk hidup pun yang bisa terbebas dari hukum ini. Untuk memperoleh phala karma yang baik hendaknyalah kita memperbanyak berkarma yang baik, dan pada akhirnya kita mampu melepaskan diri dari penderitaan atau samsara (kelahiran yang berulang-ulang) menuju kebahagiaan yang abadi (Sat Cit Ananda) yaitu bersatunya Sang Atman dengan Brahman.

- CARA SIMPLE MENDAPATKAN PENHASILAN HARIAN DARI TRADING FOREX KLIK DISINI


berikut sloka yang mendukung keberadaan karma phala tersebut
dalam Slokantara sloka 13 disebutkan bahwa:

Artha grhe niwartante smasane mitrawandhawah,
sukrtam duskrtam caiwa chayawadanugacchati


Artinya:
kekayaan itu hanya tertinggal di rumah setelah kita meninggal dunia, kawan - kawan dan sanak keluarga hanya mengikuti sampai dikuburan. hanya karmalah yaitu perbuatan baik atau buruk itu yang mengikuti jiwa kita sebagai bayangannya.


disini dikatakan bahwa bukan kekayaan dan bukan keluarga, tetapi karma (perbuatan baik buruk) yang setia mengikuti kita sampai ke akhirat. untuk itu ini dapat dibandingkan dengan Kitab Niti Sastra III.2 yang berbunyi:


sadrunikanang artha ring greha hilangnya, tan hana winawanya yan pejah.
ikang mamidara swa wandhu, surud ing pamasaran umulih padang ngis
gawe hala hajeng, manuntun angiring, manuduhaken ulah tekeng tekan.
kalinganika ring dadi wwang i sedeng hurip angulaha dharma sadhana.


Artinya:
tempat terakhir dari harta (benda) kekayaan itu ialah sampai dirumah saja, tidak dapat dibawa jika kita mati, orang yang melayat dan keluarga sendiri mengantarkan sampai dikuburan, lalu pulang sambil menangis. hanya pekerjaan buruk atau baik yang akan membawa kita ke akhirat. oleh karena itu kita sementara hidup sebagai manusia haruslah berbuat kebajikan sebagai alat untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia baka.


dalam pustaka Sarasamuccaya pada sloka 32 disebutkan juga sebagai berikut:


A dhumagrannivarttante jnatayah saha bandhavih
yena taih saha gantavayam tat karma sukrtam kuru


Artinya:
adapun semua sanak keluarga itu hanya sampai di pembakaran (di kuburan) batasnya mengantar. adapun yang ikut sabagai teman jika kita ke alam baka ialah perbuatan baik atau buruk itu jua adanya. oleh karena itu berusahalah berbuat baik yang akan merupakan sebagai sahabat yang akan menuntun jiwamu ke alam baka kelak.


dalam pustaka Sarasamuccaya pada sloka 33 disebutkan sebagai berikut:


mrtam sariramutsrjaya kastalostasaman anah,
muhurttamuparudyatha tato yanti paranmukhah, rudyatha.


Artinya:


pada saat kematian, tinggallah jasmani yang tak berguna ini yang pasti akan dibuang tak bedanya dengan pecahan periuk. nah itulah yang dipeluk, diratapi oleh keluarga untuk sementara waktu dan pada akhirnya mereka akan meninggalkannya juga. hanya itulah yang dapat dilakukan oleh sanak keluarga secara langsung. maka dari itu usahakanlah berbuat dharma sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau mencapai alam kehidupan dengan kebebasan abadi.


dalam Slokantara sloka 14 disebutkan bahwa:

balo yuwa ca wrddhasca yatkaroti subhasubham,
tasyam tasyamawasthayam bhukte janmani - janmani.

Dagang Banten Bali


Artinya:
sebagai seorang anak kecil, sebagai pemuda dan sebagai orang tua, setiap manusia itu akan memetik hasil segala perbuatannya yang baik atau yang buruk di kelahiran yang akan datang pada tingkat umur yang sama.


dalam Kekawin Arjuna Wiwaha XII.5 disebutkan bahwa:


hana mara janma tanpapihutang brata yoga tapa.
angentul aminta wiryya, sukhanning widhi sahasika,
binali kaken puri hnika lewih, tinemunya lara,
sinakitaning rajah tamah inandehaning prihantin.


Artinya:
ada juga orang yang tidak berbuat kebajikan sama sekali, tidak mempihutangkan brata yoga tapa. pongah saja ia memaksa - maksa meminta kebahagiaan dan kekuasaan, seolah - olah hendak memaksa dengan kekerasan agar permohonannya itu dipenuhi. akhirnya malah nasibnya dibalikkan dan yang diperolehnya adalah kesengsaraan dan derita belaka. kesedihan akan dideritanya akibat kekuatan rajah dan tamah (nafsu dan kebodohan) yang menyakiti badan dan jiwanya.


Demikian sekilas Karma Phala yang merupakan Hukum Universal, semoga bermanfaat.

Sumber : cakepane.blogspot.com



Pengertian Punarbhava, Surga Çyuta, dan Neraka Çyuta



Kata Punarbhava dari akar kata Punar (kembali) dan Bhava (lahir) bisa diartikan Reinkarnasi, yang memiliki arti kelahiran kembali ke mayapada atau bumi. Dalam pandangan filsafat, Atma berarti jiwa yang masih dibungkus oleh badan kasar (stula sarira) dan badan halus (suksma sarira), maka atma terbelenggu oleh unsur maya.




CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Kepercayaan terhadap Punarbhava mengajarkan kita untuk percaya diri. Dengan adanya Punarbhava, kita diberikan kesempatan untuk berbuat baik (subha karma) di dunia. Perbuatan baik (subha karma) yang dilakukan dapat membebaskan kita dari perputaran kelahiran kembali, (Duwijo dan Susila, 2014: 1).


Pengertian Surga Çyuta dan neraka Çyuta


Agama Hindu, mengajarkan setelah kematian akan ada alam lain (neraka, surga, dan moksa). Keadaanalamsetelahkematianhampirsamadengan keadaan alam dunia. Kelahiran manusia ke dunia juga berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh bekas perbuatannya (karma wasana), ada yang lahir dalamkeadaancacat,sempurna,kaya, miskin, cantik, tidak cantik, tampan, dan tidak tampan serta yang lain. Perbuatan itulah yang menyebabkan manusia dilahirkan dari surga atau neraka.



1. Pengertian Surga Çyuta


Surga Çyuta adalah seseorang yang terlahir dari surga. Orang tersebut terlahir dari surga, karena dalam hidupnya selalu menjalankan dharma. Dharma mengajarkan kita untuk menghargai sesama makhluk, berbuat kebajikan, suka menolong, welas asih, dan selalu mendekatkan diri ke hadapan Sang Hyang Widhi. Jika sudah menaati dharma, maka orang tersebut ditempatkan di Surga Loka.


2. Pengertian neraka Çyuta



Neraka Çyuta adalah seseorang yang terlahir dari neraka. Orang tersebut terlahir dari neraka karena dalam kehidupan masalampaunya selalu melakukan perilaku buruk (adharma). Mereka suka berbohong, durhaka kepada kedua orang tua, suka mencuri, malas, mencontek, korupsi, berlaku kasar serta segala perbuatan yang merugikan orang lain, dan tidak dibenarkan oleh agama.


Atas perbuatannya yang buruk itu, maka mereka akan dimasukkan ke neraka loka. Setelah menikmati hasil perbuatannya di neraka, mereka akan menjelma kembali ke mayapada atau bhumi. Kelahiran manusia dari neraka loka disebut dengan Neraka Cyuta, (Duwijo dan Susila, 2014: 2).


Dagang Banten Bali



Referensi:
https://www.mutiarahindu.com/2019/12/pengertian-punarbhava-surga-cyuta-dan.html

Duwijo dan Susila, Komang. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. - Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.