Mumpung hari ini Imlek, saya menghabiskan satu hari spesial ini untuk memperdalam khazanah astronomi Jyotisa yang ternyata memiliki dasar perhitungan yang mirip dengan kalender Tiongkok kuno. Agama-agama dan kepercayaan kuno di dunia selalu memiliki momen tahun baru, dan jatuhnya tahun baru itu sering tidak sama dengan tanggal tahun baru yang kita kenal.
Kabar buruknya, saya dengan berat hati ingin menyatakan bahwa tanggal 1 Januari sebenarnya tidak memiliki makna apa-apa secara astronomis maupun astrologis. Mengapa? Karena tanggal 1 Januari tidak mewakili momen astrologi maupun astronomi apa pun. Itu hanya sebuah tanggal yang sepakat ”dijadikan” hari tahun baru oleh masyarakat modern setelah lelah berhitung sampai 365.
Dalam ilmu astronomi dan astrologi, ada definisi yang jelas mengenai apa itu tahun baru. Dalam tulisan ini, saya akan mencoba membagikan tiga definisi (setidaknya ada tujuh definisi berbeda). Pertama, apa yang disebut ”tahun baru” dapat dilihat dari gerakan matahari tahunan. Satu tahun matahari berarti waktu yang ditempuh oleh gerak semu matahari untuk kembali ke titik nol derajat rasi pertama. Menurut astronomi Jyotisa, rasi pertama adalah Mesa (Aries [0-30 derajat langit]), bukan Capricorn seperti apa kata surat kabar. Jadi, satu tahun matahari adalah waktu yang dibutuhkan matahari untuk kembali ke titik 0 derajat Aries. Pada saat ini, titik nol derajat Aries ini terjadi di pertengahan bulan April, sehingga tahun baru versi tahun astronomis matahari sesungguhnya terjadi setiap bulan April. Namun, setiap sekitar dua-tiga ribu tahun, titik ini akan bergerak mundur. Jadi, di tahun 4000 nanti, tahun baru matahari akan terjadi di bulan Maret, lalu bergeser terus ke Februari, dan seterusnya. Hal ini disebabkan oleh gerak presesi kutub (precession of equinoxes).
Kedua, sesuai dengan kebudayaan-kebudayaan kuno di Mesir, Mesopotamia, Eropa, India, dan Tiongkok, tahun baru dirayakan saat matahari mencapai khatulistiwa. Ini disebut sebagai ekuinoks musim semi (atau musim gugur, tergantung Anda dari Australia atau dari Amerika). Ekuinoks adalah titik di mana garis edar semu matahari (ekliptika) bersinggungan dengan garis ekuator (khatulistiwa). Ada dua titik ekuinoks. Titik ekuinoks pertama saat ini terjadi di Rasi Pisces-Aquarius (Mina-Kumbha), dan titik kedua ada di Kanya (Virgo). Jadi, ketika matahari terbit bersama Rasi Aquarius-Pisces, tahun baru dimulai. Lima ribu tahun lalu, titik ekuinoks pergantian tahun ada di Rasi Taurus-Aries, sehingga tahun matahari berganti pada bulan April. Namun, karena gerak presesi kutub, saat ini tahun ekuinoks berganti pada bulan Maret. Sekitar 4.000 tahun lagi, tahun ekuinoks akan terjadi pada bulan Februari. Pergantian ini akan menyebabkan bergantinya siklus musim di dunia. Saat ini, musim semi terjadi di bulan Maret, tetapi lima ribu tahun lalu, di zaman Mahabharata, musim semi terjadi pada bulan April. Sekitar 5000-6000 tahun dari sekarang, musim semi akan terjadi di bulan Januari-Februari.
Ketiga, tahun baru dihitung berdasarkan peredaran bulan. Tatkala bulan masuk ke rasi 180 derajat dari posisi matahari di rasi pertama (Aries), maka itulah saat pergantian tahun bulan (lunar calendar). Dimulai sekitar waktu turunnya Buddha Avatara, momen ini terjadi di Rasi Aries-Pisces, dan 180 derajat dari rasi itu adalah Virgo-Libra. Saat matahari ada di Aries dan bulan masuk ke Virgo, maka bulan masuk ke wilayah bintang (Naksatra) Citra. Karena itulah, tahun baru berdasarkan perhitungan bulan selalu dimulai di bulan Caitra (dari nama bintang Citra). Kebudayaan-kebudayaan kuno seperti India dan Tiongkok selalu merayakan tahun baru pada bulan Caitra, yang kini kita lihat sebagai hari raya Imlek dan Nyepi.
Demikian tiga definisi tahun baru menurut momen astrologi dan astronomi klasik. Inilah sebab mengapa tahun baru keagamaan yang dirayakan oleh agama-agama tua di dunia biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Semuanya terkait dengan momen astrologi dan astronomi sehingga memancarkan energi (vibrasi) elementer yang kuat dan bermakna dalam kehidupan.
Semoga bermanfaat, dan selamat tahun baru naga.
Bagikan artikel ini jika Anda menyukainya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar