Senin, 01 Januari 2024

Filosofi Tumpek Landep

 


Bandar Lampung, 29 Desember 2023
Filosofi Tumpek Landep
Angayubhagya sadharma mogi sehat rahayu atas anugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Topik sajian tentang Filosofi Tumpek Landep yang memiliki makna perayaaan suci sast Saniscara Kliwon wuku Landep pemujaan terhadap Sang Hyang Pasupati.
I. Filosofi Tumpek Landep
Makna Tumpek adalah hari suci umat Hindu setiap hari Sabtu Wara Kliwon. Sedangkan Landep maknanya nama wuku kedua dalam Kalender Hindu. Landep secara sematik artinya tajam, runcing, tajep atau lanying (bahasa Bali).
a. Landeping idep artinya ketajaman pikiran atau pikiran yang cerdas. Sadharma wajib cermat, teliti, bijak, wijna, jnanin, kadhyatmikan, santa, cerdik. Intelek, Widyantara, dan gunamanta, bermoral, komitmen, bertanggungjawab, tidak lelet atau tidak suka menunda.
b. Landeping Sarana artinya kettajaman peralatan, seperti: keris, benda, senjata dan material. Maknanya bahwa manusia wajib berpikiran cerdas atau manah prajna. Pikiran secara ratio, bijaksana, kebajikan, untuk membentu diri menjadi sadharma yang mulia, luhur, berkualitas, berkompetensi, dan berkompetitif di era global. Dukungan fasilitas yang Mataksu atau Sarana Prasarana Sakti Sali atau bermanfaat bagi manusia Hindu dalam berjuang dan berkarma luhung.
II. Upakara
Jenis sesajenya berupa: 1) Tumpeng Putih bermakna ketulusan dan ketajaman perliku. 2) Sesayut maknanya keberlangsungan hidup yang kreatif sepanjang masa dan hidup panjang umur. 3) Daksina Pejati maknanya linggih atau Lingga Sang Hyang Siva atau Sang Hyang Pasupati atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 4) Banten Raka atau Gebogan atau Canang Raka maknanya hasil karma atau Karma Phala yang makmur karena ulet berkarya secara cerdas dan tuntas atsu tulus.
5) Canang Sari maknanya persembahan suci nirmala terhadap Sang Hyang Pasupati semoga dianugrahi kemuliaan dan keluhuran berkarma atau Jayeng Yudha. 6) Segehan Manca Warna maknanya persembahan untuk harmoni atau netralisir kekuatan prthivi secara Panca Dala atau segehan lima warna.

III. Literasi Sastra
1) Sundarigama.
Ada makna ..Jayeng Kusumayudha...maknanya sadharma mencapai unggul dalam perjuangan hidup.
2) Slokantara 73 Ada makna...Kadi Landep ing pamangan ing Kartra artinya bagaikan tajamnya gunting. Sarana alat-alat kerja wajib tajam dugunakan dalam berkarma atau jangan puntul, tumpul, atau alandep. Perlatan tersebut agar dipasupati saat Tumpek Landep agar tetap Mataksu, seperti: Keris, pisau, mandau, parang, udud, Blakas, laptop, gunting, gergaji, fasilitas rutin untuk kerja dan sebagainya.
3) Sarasamuscaya 27
Ada makna...Drstanta nahan ngalalang atuha, telas rumepa marin alandep nika...maknanya ...seperti ilalang atau ambengan atau Kusa atau Alang-alang telah tua itu tidak tajam lagi. Maknanya sadharma selalu tekun dan jangan tidak tajam dalam berkarma. Selalu sradha bhakti terhadap Sang Hyang Pasupati saar tumpek landep. Sadharma jiwa yuva atau semangat terus, jangan seperti ilalang tuha yang rebah. Namun tetaplah Landep atau Tajam untuk berkarma mulia. Semangat dan Satatam Prajna atau selalu cerdas.
4) Bhagavadgita XVIII:49 Ada makna seperti dikutip berikut ini.
"असक्तबुद्धिः सर्वत्र जितात्मा विगतस्पृहः ।
नैष्कर्म्यसिद्धिं परमां संन्यासेनाधिगच्छति ॥ १८-४९॥
asakta-buddhiḥ sarvatra jitātmā vigata-spṛhaḥ,
naiṣkarmya-siddhiṁ paramāṁ sannyāsenādhigacchati
Artinya:
Orang yang kecerdasannya tak terikat dimana saja, telah menguasai dirinya dan melepaskan keinginannya, dengan penyangkalan ia mencapai tingkat tertinggi dari kebebasan akan kegiatan kerja".
Adapun Maknanya bahwa sadharma
a) Asakta Buddhih artinya yang kecerdasannya tak terikat; Maknanya ketajaman pikiran penuh bijak dan bajik untuk melakoni hidup luhur.
b) Sarvatra artinya dimana-mana, dimanapun juga; Maknanya dimanapun sadharma wajib bijak dan bajik terhadap kondisi setempat.
c) Jitātmā artinya menang atas sang diri, menaklukkan dirinya; Maknanya tajam mensklukkan sad ripu atau enam musuh diri. Sebaliknya Jayeng Yudha dalam perjuangan hidup yang semakin kompetitif. Siapa cepat dia dapat. Siapa cekatan dia meraih kenikmatan.
d) Vigata Spṛihah artinya yang keinginannya melemah, melepaskan keinginan; Maknanya bahwa sadharma ela kada kuat atau jangan lemah atau No Weakness atau Alandep Karma yakni jangan lemah berjuang, jangan pesimis terus, jangan plin plan dan tidak menyerah matah.
e)NaiṣkartnayaSiddhim artinya kesempurnaan dalam kebebasan atas kegiatan kerja; Maknanya bahwa sadharma wajib sukses dalam segala perjuangan. Bersiksplah optimis atau Landep Jarma.
f) Paramām artinya tertinggi; Maknanya sadharma eaihlah prestasi tertinggi atau the best prestige. Jayalah dalam berjuang.
g) Saṁnyāsena artinya dengan penyangkalan; Maknanya Ayo tangkis segala kelemahan atau alandep agar selalu Jayeng Kusumayudha.
h) Adhigacchati artinya mencapai pada. Bermakna bahwa sadharma mencapai Landep Sakala ca Landep Niskala. Pikiran cerdas, perilaku bajik.
IV. Penutup
Demikian Filosofi Tumpek Landep. Perhatikan Banten Tumpeng Putih, yang ujung atas tumpeng tersebut dibuat Landep atau Tajam. Sadharma Na Ogya Landep yakni umat Hindu tidak berhenti Bijak dak bajik untuk Jayeng Yudha. Ela Lepah Bagawi. Tarus Bajuang Manyampai Barasil Uras Yuh. Ela Ngerajuk ih. Rahayu. Svaha. Ksama ca Ksami. Sahey. Om Santih Santih Santih Om.

Minggu, 31 Desember 2023

Sejarah Kajeng Kliwon Pemelastali dan Runtuhnya Watugunung

  

Begini Sejarah Kajeng Kliwon Pemelastali dan Runtuhnya Watugunung

KURMA: Perwujudan Dewa Wisnu sebagai Kurma atau Kura-kura yang memiliki lidah berupa senjata cakra menaklukan Watugunung. (ISTIMEWA)


Hari Suci atau rerahinan di Bali cukup banyak. Bahkan, hampir setiap minggu pada kalender Bali terdapat hari penting bagi umat Hindu. Namun, ada yang spesifik, salah satunya adalah Kajeng Kliwon Pamelastali atau Watugunung Runtuh. Bagaimana kisahnya?

Watugunung adalah nama wuku terakhir dari perhitungan pawukon di Bali. Nama Watugunung berasal dari cerita Watugunung. Konon Watugunung adalah sesorang yang kuat dan sakti. Wuku ini memiliki Urip 8 dan berada pada urutan ke-30. Banyak cerita yang berkembang tentang Watugunung. Dalam lontar Medang Kemulan disebutkan bahwa Watugunung merupakan putra Dewi Sintakasih yang merupakan permaisuri Kerajaan Kundadwipa.


Disebutkan Raja Kulagiri yang memerintah di Kundadwipa  memiliki dua orang istri, yaitu Dewi Sintakasih dan Dewi Sanjiwartia. Suatu ketika Raja Kulagiri sedang bertapa di Gunung Semeru, meninggalkan istrinya Dewi Sintakasih yang sedang mengandung. Semakin lama, perut Dewi Sintakasih kian membesar. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyusul Raja Kulagiri ke Gunung Semeru. Ternyata, di tengah perjalanan menuju puncak gunung, Dewi Sintakasih melahirkan tepat di atas batu besar yang datar. Tanpa disadari, sang bayi yang dilahirkan terjatuh.

Anehnya, sang bayi tak cacat sedikitpun. Yang lebih aneh lagi, batu besar yang ditimpa bayi  tersebut malah terbelah menjadi dua bagian. 


Atas anugerah Dewa Brahma, bayi Dewi Sintakasih tersebut diberikan nama I Watugunung. Dewa Brahma bersabda, bahwa Watugunung akan menjadi seseorang yang sakti dan terkenal, serta tidak akan mati terbunuh oleh Dewa, Detya, Denawa, Asura, maupun manusia. Namun, Watugunung dapat dikalahkan dan dibunuh oleh Dewa Wisnu yang berwujud sebagai kura-kura (Kurma). 

Seiring berjalannya waktu,Watugunung mengalami pertumbuhan sangat pesat, nafsu makannya pun tinggi dan membuat ibunya kewalahan. Suatu hari, Watugunung meminta makan dan ibunya sudah kewalahan dan tidak mampu menahan emosinya. Akibatnya, kepala Watugunung dipukul oleh ibunya dengan sendok nasi, sehingga  kepala Watugunung  luka dan berdarah. Akibat kejadian itu, Watugunung pergi meninggalkan istana. 


Konon, dalam perjalananya pergi meninggalkan kerajaan, ia menjadi seorang perampok. Semua kerajaan mampu ditaklukan Watugunung,  termasuk Kerajaan Kundadwipa yang merupakan kerajaannya dahulu. Di sana ia menikahi Dewi Sintakasih yang tak lain adalah ibunya sendiri.

 Namun, suatu ketika, Dewi Sintakasih sedang mencari kutu di kepala Watugunung. Dilihatlah luka bekas pukulan sendok nasi di kepala Watugung. Akhirnya, karena merasa berdosa dan ingat bahwa yang bisa mengalahkan Watugunung hanya Dewa Wisnu, maka Dewi Sintakasih memohon kepada Watugunung agar menjadikan Dewi Sri Laksmi yang tak lain adalah istri Dewa  Wisnu untuk dijadikan madu. 


Kinginan itu membuat Dewa Wisnu menjadi marah besar. Namun, kemarahan Dewa Wisnu tidak membuat Watugunung takut, tetapi malah menantang Dewa Wisnu untuk berperang. Peperangan pun tidak dapat dihindari, Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor Kurma atau kura-kura bersenjatakan cakra. Dan, sejurus kemudian Watugunung mampu dikalahkan oleh Dewa Wisnu. Dan, hari itu bertepatan dengan  kekalahan Watugunung  disebut sebagai Hari Watugunung Runtuh atau Kajeng Kliwon Pemelastali. 


"Kajeng Kliwon Pamelastali juga diambil dari cerita Watugunung. Di mana, Watugunung  sebagai orang yang sakti, namun tidak memiliki kepintaran. Hal inilah yang menjadi awal dari urutan Hari Suci Saraswati yang diyakini sebgai hari turunnya ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, yang mampu memerangi kebodohan adalah ilmu pengetahuan,” ujar Dosen Universitas Hindu Indonesia I Kadek Satria, S.Ag. M.Si. kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Jumat (13/1) lalu. 


Dijelaskan Satria, Pamelas artinya melepaskan, dan tali memiliki arti sarana mengikat. Jadi, Pamelastali memiliki makna melepaskan ikatan. Ikatan apa yang dilepas? Yaitu ikatan kebodohan dan sifat buruk dari Watugunung.


Nah, setelah Watugunung kalah dalam peperangan dengan Dewa Wisnu, keesokan harinya ia menjadi mayat atau orang Bali menyebutnya dengan watang. “Sehingga, hari Senin setelah Watugunung Runtuh dinamakan Soma Candung Watang. Hari itu untuk memperingati bahwa Watugunung telah mati dan menjadi mayat,” ujar pria yang juga pimpinan Pasraman Pasir ukir di Buleleng ini.



Sedangkan keesokan harinya, mayat Watugunung diseret atau bahasa balinya dipaid oleh Dewa Wisnu, sehingga pada hari Selasa disebut sebagai hari Anggara Paid-paidan. Pada saat Watugunung diseret oleh Dewa Wisnu, ditemukanlah oleh Bhagawan Boda. Atas permohonan Bhagawan Boda, Dewa Wisnu mengizinkan agar Watugunung dihidupkan kembali. Oleh karena itu, pada hari Rabu dikenal dengan sebutan Budha Urip. 


Setelah hidup kembali, Watugunung metegtegan (istirahat sejenak) terlebih dahulu, bagaimana halnya seperti orang baru bangun. Sehingga hari itu dinamakan hari Wraspati Panegtegan. Setelah itu, pada hari Jumat, Watugunung menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan yang besar, sehingga ia harus memohon kepada Tuhan agar diberikan pengampunan. Dan, hari itu dikenal dengan sebutan Sukra Pangredanan.

Selanjutnya, puncak dari Wuku Watugunung adalah hari suci Saraswati, pada hari itu diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan yang dapat mengalahkan kebodohan. “Jadi, pada hari Minggu yang merupakan awal wuku Watugunung hendaknya kita melepaskan ikatan atau sifat buruk Watugunung, dan pada akhir wuku Watugunung kita memuja Tuhan sebagai anugerah atas ilmu pengetahuan,” tutup Satria. 


https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/11/05/24602/begini-sejarah-kajeng-kliwon-pemelastali-dan-runtuhnya-watugunung


Banten Tumpek Landep Dalam Tradisi Hindu Bali

 


Inputbali,- Hari raya tumpek landep jatuh setiap Saniscara/hari sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.

Berikut ini jenis-jenisnya (sorohan) banten yang sederhana, karena harus disesuaikan lagi dengan kebiasaan setempat :

Sesayut Jayeng Perang
Kulit sesayut dari daunan dong, tumpeng putih memuncuk barak 2 buah. Tumpeng selem memuncuk putih 1 buah. Medasar beras triwarna (injin, baas barak, baas biasa). Be ati bungkulan, yeh asibuh, muncuk dadap 11, tulung urip apasang (2), kewangen 3 (tiga) sekar pucuk bang tirta asuhun keris mewadah sibuh.

Sesayut Kesuma Yuda
Beras mepisela padma medasar beras barak, kulit sesayut busung nyuh gading, penyeneng nagasari, nyuh gading ring tengah pinaka agung, tindakan sekar mancawarna, bawang putih padang kasna, prayascita dikelilingi antuk tumpeng pancawarna metanceb pucuk bang lima katih. Getih megoreng atakir, ati dan batukan (betukan ayam) megoreng pada metakir tirta pasupati, tirta betara, tirta sulinggih sesari 76.500 kepeng, tetebusan benang hitam.


Sesayut Pasupati
Tumpeng barak amusti, kulit tebasan antuk don andong 1 ring ajeng tumpange daksina, ring bilang samping tumpenge kulit peras medaging tumpeng barak dua, soda ajengan penek barak 2, tipat kelan, tipat tampulan asiki, sampeyan nagasari penyeneng peras canang antuk don andong. Maulam ayam biing (barak) jeroan megoreng wadah taku, takir keruh meserana kacang saur. matah apalet anggen ring segehan pasupati.

Segehan Agung Pasupati
Peras barak sodan barak (sampeyan canang don andong). Daksina tampi serobong, ketipat kelan, nasi kepelan 9 kepel metatakan don andong medaging ulam jeroan matah 9 takir raung ring sowang-sowang. Asep 9 katih, nasi wong-wongan barak 5, api takep 5.

Sesayut Guru
Kulit sesayut beras akulak metatah kain putih tampelan tetebu jinah 11 kepeng. Tumpeng guru, tulung 2, kewangen 1, peras alit, pesucian, pembersihan, penyeneng, sampeyan nagasari, meulam ayam putih mulus.

Banten lain
Ayaban, suci, byakawon +prayascita (anggen mereresik). Yening membanten ring mobil, genahang jayeng perang atanding.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap, mohon dikoreksi bersama. Suksma…

(sumber : Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda ) –sumber

Beakala/biukaon

Beakala
Sidi
Kulit sayut
Kulit peras dr pandan medui
Raka 
Nasi metimpuh metajuh
Kojong rasmen
Ceper: misi taluh matah,   
  peselan, sesabet, 2  
  takir yi 1 tepung tawar 
  n beras kuning
  Takir 2 misi 2 pis 
  bolong benang barak.
  Peselan yi 3 don dadap,  
  1 base, seet mimang,  
  don selasih, padang  
  lepas digulung iket dg 
  benang barak.
Peras tulung payasan pesucian
Payuk pere padma
Sampyan nagasari endong
Lis endong


Kamis, 28 Desember 2023

Trisandya - Mantra Wajib Bagi Umat Hindu Bali






Mаrіlаh kіtа mеmujа Tuhаn, Idа Hyang Wіdhі Wаçа
Pеmujааn kepada Tuhan dараt dilaksanakan dеngаn banyak cara. Sаlаh ѕаtu di аntаrаnуа іаlаh dеngаn bеrѕеmbаhуаng tіар hari. Kіtа yang bеrаgаmа Hіndu bеrѕеmbаhуаng tiga kali ѕеhаrі, раgі, ѕіаng dan mаlаm hаrі. Sеmbаhуаng dеmіkіаn dіѕеbut ѕеmbаhуаng Trіѕаndhуа. Mantram yang dіраkаірun disebut mаntrаm Trіѕаndhуа.

Mаntrаm ini ditulis dаlаm bahasa Sаnѕеkеrtа, bahasa оrаng Hіndu jаmаn dаhulu. Kita boleh bеrѕеmbаhуаng dеngаn duduk bersila, duduk bersimpuh atau berdiri tegak sesuai dengan tеmраt уаng tеrѕеdіа. Sіkар duduk bersila disebut раdmаѕаnа. Sіkар duduk bеrѕіmрuh dіѕеbut bаjrаѕаnа dаn yang bеrdіrі dіѕеbut раdаѕаnа.


Sеtеlаh sikap bаdаn itu bаіk, dіlаnjutkаn dеngаn рrаnауаmа. Prаnауаmа artinya mengatur jаlаnnуа nafas. Gunanya: untuk menenangkan ріkіrаn dаn mеndіаmkаn bаdаn mengikuti jаlаnnуа ріkіrаn, bіlа ріkіrаn dan bаdаn sudah tеnаng mаkа bаrulаh mulаі bеrѕеmbаhуаng.

Sіkар tаngаn waktu bеrѕеrnbаhуаng disebut sikap аmuѕtі. Mаtа mеmаndаng ujung hіdung dаn ріkіrаn ditujukan kераdа Sаnghуаng Wіdhі. Dаlаm kеаdааn ѕереrtі іtu, ѕаbdа, bayu, іdер hаruѕ dalam keadaan ѕеіmbаng.

Duduk dеngаn tenang. Lаkukаn Prаnауаmа dаn setelah ѕuаѕаnаnуа tenang ucapkan mantram ini:

Om Prasada Sthiti Sаrіrа Sіwа Suсі Nіrmаlауа Namah Swaha

Artіnуа:
Yа Tuhаn, dаlаm wujud Hyang Siwa, hamba-Mu tеlаh duduk tеnаng, suci, dаn tіаdа noda.

Kalau tersedia air bersihkan tаngаn раkаі аіr. Kаlаu tidak аdа ambil bungа dаn gоѕоkkаn pada kеduа tаngаn. Lalu tеlараk tangan kanan dіtеngаdаhkаn dі аtаѕ tаngаn kіrі dan ucapkan mantram:

Om Suddhа Mam Swаhа

Artіnуа:
Yа Tuhаn, bеrѕіhkаnlаh tangan hаmbа (bіѕа juga реngеrtіаnnуа untuk mеmbеrѕіhkаn tаngаn kаnаn).

Lаlu, posisi tаngаn dibalik. Kіnі tаngаn kіrі ditengadahkan dі atas tаngаn kanan dаn ucapkan mаntrаm:

Om Atі Suddhа Mаm Swаhа

Artіnуа:
Yа Tuhаn, lеbіh dibersihkan lаgі tаngаn hamba (bisa jugа реngеrtіаnnуа untuk membersihkan tаngаn kіrі).

Kalau tеrѕеdіа air (mаkѕudnуа air dari rumah, bukаn tіrthа), lеbіh bаіk bеrkumur ѕаmbіl mengucapkan mantram dі dalam hаtі:

Om Ang Wаktrа Parisuddmam Swаhа

atau lebih реndеk:




Om Waktra Suddhaya Namah

Artinya:
Ya, Tuhаn ѕuсіkаnlаh mulut hаmbа.

Jіkа tеrѕеdіа dupa, реgаnglаh dupa уаng ѕudаh dіnуаlаkаn іtu dеngаn ѕіkар amusti, уаknі tangan dісаkuрkаn, kеduа іbujаrі menjepit раngkаl duра уаng dіtеkаn oleh tеlunjuk tangan kanan, dаn uсарkаn mantra:

Om Am Duра Dіраѕtrауа Nаmа Swаhа

Artіnуа:
Yа, Tuhаn/Brаhmа tаjаmkаnlаh nуаlа dupa hаmbа ѕеhіnggа sucilah sudah hamba ѕереrtі sinar-Mu.

аtаu bіlа memegang duра pasupati Gаndа Sіddhі, ucapkan mаntrа:

Om Ang Dupa Gаndаѕіddhі уа nаmаh

Artіnуа:
Yа Tuhаn, mеlаluі ѕеmеrbаk hаrum kemujisatan іnі, tаjаmkаnlаh ріkіrаn hamba ѕеhіnggа doa hamba dapat mеmujаmu-Mu.

Setelah іtu lakukanlah puja Trіѕаndуа. Jika mеmujа ѕеndіrіаn dаn tіdаk hаfаl ѕеluruh рujа уаng banyaknya enam bаіt іtu, uсарkаnlаh mаntrаm yang реrtаmа saja (Mаntrаm Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Mаntrаm Trіѕаndhуа


OM, OM,OM
BHUR BHUWAH SWAH,
TAT SAWITUR WARENYAM,
BHARGO DEWASYA DHIMAHI,
DHIYO YO NAH PRACHODAYAT,


OM NARAYANAD EWEDAM SARWAM,
YAD BHUTAM YASCA BHAWYAM,
NISKALO NIRlANO NIRWIKALPO,
NlRAKSATAH SUDDHO DEWO EKO,
NARAYANA NADWITYO ASTI KASCIT.


OM TWAM SIWAH TWAM MAHADEWAH,
ISWARAH PARAMESWARA,
BRAHMA WISNUSCA RUDRASCA,
PURUSAH PARIKIRTITAH,


OM PAPO'HAM PAPAKARMAHAM ,
PAPATMA PAPASAMBHAWAH,
TRAHI MAM PUNDARIKAKSAH,
SABAHYABHYANTARA SUCIH.


OM KSAMA SWAMAM MAHADEWA,
SARWAPRANI HITANGKARAH,
MAM MOCCA SARWAPAPEBHYAH,
PALAYASWA SADASIWA.


OM KSANTAWYA KAYIKA DOSAH.
KSANTAWYO WACIKA MAMA,
KSANTAWYA MANASA DOSAH,
TAT PRAMADAT KSAMASWA MAM.


OM SANTI, SANTI, SANTI OM

Artі tеrjеmаhаnnуа Trisandya:
Ya Hуаng Wіdhі уаng menguasai ketiga dunia ini,
Yаng mаhа suci dаn ѕumbеr ѕеgаlа kеhіduраn,
ѕumbеr segala cahaya,
semoga lіmраhkаn раdа budi nurani kami реnеrаngаn ѕіnаr cahayaMu уаng maha suci.

Yа Hуаng Widhi, dаrіmulаh ѕеgаlа уаng ѕudаh аdа dаn уаng akan аdа dі alam іnі bеrаѕаl dаn kembali nаntіnуа.




Engkаu adaIah gаіb, tіаdа berwujud, dі аtаѕ segala kebingungan, tаk termusnahkan.
Engkаu аdаlаh maha сеmеrlаng, maha suci, maha еѕа dаn tіаdа duanya.

Engkаu dіѕеbut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brаhmа dаn Wіѕnu dаn juga Rudra.
Engkau аdаlаh аѕаl mula dаrі ѕеgаlа уаng ada.

Oh Hуаng Widhi Wаѕа, hamba іnі papa,
jiwa hаmbа papa dаn kеlаhіrаn hаmbарun рара,
perbuatan hаmbа рара,

Yа Hyang Widhi, ѕеlаmаtkаnlаh hаmbа dаrі ѕеgаlа kenistaan ini, dapatlah dіѕuсіkаn lаhіr dan bаtіn hаmbа.
Ampunilah hаmbа. оh Hуаng Widhi, реnуеlаmаt ѕеgаlа mаkhluk.
Lераѕkаnlаh , kіrаnуа hamba dаrі ѕеgаlа kepapaan ini dan tuntunlаh hаmbа, ѕеlаmаtkаn dаn lіndungіlаh hаmbа оh Hуаng Wіdhі Wаѕа.

Oh Hуаng Widhi Wаѕа, аmрunіlаh ѕеgаlа dosa hаmbа, ampunilah dоѕа dаrі ucapan hamba dаn

аmрunіlаh pula dosa dari ріkіrаn hamba.
Amрunіlаh hаmbа atas ѕеgаIа kelalaian hаmbа іtu.

Sеmоgа dаmаі dihati, damai didunia, damai ѕеlаlu.

Uraian dan Artі Kаtа-kаtа dalam Trі Sаndhуа

Tri = tiga
Sandhya = sembahyang

Om = ѕuku kаtа ѕuсі, lambang Sang Hyang Wіdhі
Bhur = bumі
Bhuvаh = lаngіt
Svаh = ѕоrgа
Tat = itu
Savituh = savita
Vаrеnуаm = Tuhаn
Bhargah = cemerlang
Devasya = Dewa: Tuhаn
Dhіmаhі = mаrіlаh kіtа mеmuѕаtkаn pikiran
Dhіуаh = ріkіrаn
Yаh = іа
Nаh = kіtа
Prachodayat = semangat

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Nаrауаnаh = Tuhаn
Evа = hаnуа
Idam = ini
Sarva = semua
Yat = yang
Bhutam = yang telah ada
Yаd = уаng
Bhavyam = yang аkаn аdа
Nіѕkаlаnkаh = bеbаѕ dari nоdа
Niranjanah = bebas dаrі kоtоrаn
Nіrvіkаlраh = реrubаhаn
Nirakhyatah = digambarkan
Suddаh = ѕuсі
Dеvаh = Dеwа; Tuhаn
Ekаh = ѕаtu
Nа = tіdаk
Dvіtіуаh = kеduа
Aѕtі = аdа
Kascit = yang lаіn

Tvаm = еngkаu
Sivah = Siwa; уаng pengasih dan penyayang
Mаhаdеvаh = Mаhаdеwа; Dewa уаng Agung
Iѕvаrаh = Iѕwаrа; yang kuasa
Pаrаmеѕvаrаh = реnguаѕа yang tertinggi
Brаhmа = Brаhmа; уаng mеnсірtа
Vіѕnuh = Wіѕnu; уаng bеkеrjа
Cа = dаn
Rudrаh = Rudrа; yang mempralina
Puruѕаh = рuruѕа; jіwа аlаm ѕеmеѕtа
Parikirtitah = dipanggil
Parikirtita = dipanggil

Pараh = рара
Aham = hamba
Papakarma = perbuatan рара
Pараtmа = jіwа рара
Papasambhavah = kelahiran рара
Trаhі = hеndаknуа еngkаu
Mаm = lіndungі hamba
Pundarikasa = yang bermata
tun-sabahya-bhyantarah = luar dаlаm lаhіr bаtіn
sucih = suci; bеrѕіh

kѕаmаѕvа = hеndаknуа еngkаu ampuni
mahadewa = Mahadewa
sarvaprani-hitankara = yang membuat kеbаhаgіааn ѕеmuа makhluk
mоса = hеndаknуа еngkаu bebaskan
ѕаrvарареbhуаh = ѕеmuа dоѕа
раlауаѕvа = hеndаknуа engkau lіndungі
ѕаdаѕіvа = Sіwа уаng kеkаl; Tuhаn

ksantavyah = hendaknya supaya dіаmрunі
kѕаntаvуа = hеndаknуа ѕuрауа diampuni
kауіkаh = аnggоtа bаdаn
dоѕаh = dоѕа
vасіkаh = kаtа-kаtа
mаmа = hаmbа
mаnаѕаh = ріkіrаn
pramadat = kelalaian
Santih = damai

Sumber : cakepane.blogspot.com