Sabtu, 27 Januari 2024

Dialog antara Krisna dan Arjuna

 


Krishna membahas tentang penciptaan makhluk hidup dan apa yg terjadi setelah makhluk mati. Arjuna menjawab "Tubuh manusia terbuat dari tanah. Unsur air adalah darah yg mengalir dalam tubuh. Api adalah temperatur hangat tubuh manusia. Tanah, angin, air, api dan ether adalah Panca Maha Butha (5 unsur utama) dalam manusia."
Krishna mengarahkan pertanyaan bahwa
Panca Maha Butha juga terdapat pada orang yg dharmik (menjalankan dharma) & adharmik (tidak menjalankan dharma), lalu apa bedanya? Arjuna masih berpendapat bahwa pada tanah semua unsur manusia terikat. Krishna mengoreksi bahwa bukan tanahnya yg menentukan kualitas manusia. "Kualitas manusia ditentukan oleh sifat, kepribadian & tindakannya. Kehidupan manusia adalah berimbangnya sisi yg tidak tampak & yg tampak. Namun sifat & kepribadiannya berbeda-beda. Sebabnya adalah Tri Guna: Rajas (kebodohan), Tamas (tamak) & Sattvam (kebaikan)." Rajas adalah kegelapan (tidak punya pengetahuan/bodoh) yaitu tidak memikirkan baik/buruknya sesuatu. Tamas adalah bertindak hanya untuk memenuhi kebutuhan tubuh/diri sendiri. Sattvam adalah cahaya pengetahuan. Maksudnya sebelum bertindak memikirkan dulu dharma, kebaikan & tradisi. Keseimbangan antara Rajas, Tamas & Sattvam yg akan menentukan sifat seseorang.
Krishna menyuruh Arjuna menganalisa sifat orang-orang di pihak Kurawa. Duryudana dinilai sebagai orang yg tahu tentang dharma tapi tidak pernah menjalankannya. Dia angkuh maka sedikit bodoh (Rajas) & sama sekali tidak ada Sattvam. Dursasana dinilai sebagai orang yg mematuhi perintah abangnya tanpa memikirkan baik buruknya perintah itu. Krishna menilai Bhishma memiliki keseimbangan antara Sattvam & Tamas, tidak angkuh tapi terjebak pada pemikiran tentang tradisi lama & sumpahnya. Sehingga walaupun ingin, dia tidak bisa melanggar sumpahnya. Guru Drona mempunyai pengetahuan & keangkuhan. Keangkuhannya membuatnya tidak mendapat pembebasan (mukti/moksha).
Arjuna: Jika tindakan manusia ditentukan dari Tri Guna maka tindakan sudah ditakdirkan? Kalau begitu, mengapa dharma penting & adharmik harus dihukum?
Krishna: Manusia tidak hanya gabungan dari Panca Maha Butha, Panca Gyanendriya (Panca Indera), Panca Karmendriya (5 organ fisik) & Tri Guna. Manusia butuh Chetan (Kehendak). Manusia terdiri dari 24 entitas yg disebut jiwa (Atma). Manusia adalah partikel terkecil dari Tuhan (Parmatma). Jika manusia & Tuhan menyatu, bagian terkecil dari Tuhan ada dalam diri manusia maka manusia itu disebut hidup.
Arjuna bertanya apa itu jiwa? Krishna menjawab jiwa menggunakan media yaitu tubuh. Melalui tubuh, jiwa akan mengalami suka & duka. Jiwa tidak bisa dihancurkan tapi tubuh akan hancur setelah mati. "Seperti halnya manusia ganti baju dari baju lama ke baju baru, maka jiwa akan meninggalkan tubuh yg lama lalu berganti-ganti ke tubuh yg baru." (Konsep reinkarnasi)
Arjuna menganggap hanya dengan memahami tubuhnya dia dapat mengenali jiwanya. Krishna mengajarkan bahwa orang buta, bisu, yg tidak punya tangan & kaki, kehilangan ingatan juga hidup. Jadi bukan tubuh yg menjadi faktor. Arjuna bertanya apa tujuan jiwa? Krishna menjawab mengenali & menyadari bahwa dirinya bagian dari Tuhan. Jika seseorang tidak menyadari tentang jiwa yg murni, menjalankan dharma & meninggalkan adharma maka mereka akan terus lahir & mati. Itulah Brahma Vidya. Krishna mengajarkan setiap yg lahir pasti mati. Setiap yg mati pasti akan lahir. Ini disebut Sankya Yoga.

Arjuna bertanya apa itu dharma & adharma? Krishna menjawab "Jalan yg membawa manusia menyadari dirinya sebagai percikan terkecil Tuhan disebut dharma. Karena dengan menyadari dirinya sebagai percikan terkecil Tuhan, dia mendapat pencerahan bahwa Tuhan adalah ciptaan & ciptaan adalah Tuhan. Tidak ada bedanya antara Tuhan & ciptaan. Dia tidak akan kejam pada makhluk. Sebab dia sadar penderitaan 1 orang membuat seluruh orang di dunia menderita. Maka hatinya dipenuhi belas kasih. Ini juga disebut dharma. Adharma adalah jalan yg menjauhkan manusia dari Tuhan. Seperti orang yg Tamas hanya mementingkan diri sendiri & memberi penderitaan pada orang lain."
Arjuna mulai memahami bahwa adharma adalah ignorance (tidak peduli maka kita harus kasihan pada orang-orang tersebut. Lalu mengapa harus dihukum? Agar generasi mendatang mendapat keadilan, maka adharma yg saat ini terjadi harus dibinasakan. Namun karena Arjuna harus menghukum/membunuh dia jadi ragu karena nantinya dia akan kehilangan belas kasih. Krishna menjelaskan "Setiap amal (karma) adalah perbuatan (karya) tapi tidak setiap perbuatan merupakan amal. Amal adalah sesuatu yg hasilnya sangat diharapkan. Amal yg mengharapkan sesuatu disebut Sakam Karma Yoga sedangkan yg tidak mengharapkan sesuatu disebut Nishkaam Karma Yoga. Makanya manusia dilahirkan berkali-kali. Manusia tidak terikat oleh karmanya tapi oleh pengharapan dari karmanya itu."
Arjuna bertanya bagaimana bisa manusia tidak terikat oleh karmanya tapi oleh pengharapan dari karmanya itu? Krishna menjelaskan "Jika kau berharap menang dalam perang ini, saat kau kalah kau akan menderita & melakukan apapun bahkan berharap dilahirkan kembali. Namun jika kau menang kau akan angkuh & terus-menerus membunuh sehingga kau akan berdosa. Jika kau tidak punya ekspektasi untuk mendapatkan & tidak takut kehilangan, apa kau akan bahagia atau sedih di akhir perang ini?" Arjuna menyadari tanpa ekspektasi & tanpa takut kehilangan dia akan bahagia pada akhirnya bagaimanapun perang ini berakhir. Krishna melanjutkan, "Jadi jika kau senang & sedih secara seimbang tanpa khawatir kalah, kehilangan , dan sebagainya kau tidak akan berdosa. Inilah Karma Yoga."
Arjuna berpendapat "Bukankah lebih baik meninggalkan duniawi & mengasingkan diri dari dunia (sanyasin)?"
Krishna: Inilah satu-satunya pemikiran dari perang ini. Ketika orang yg menguasai Gunas & berpengetahuan berhenti melakukan dharma, dunia akan dikuasai oleh adharmik. Jika Bhishma tidak meninggalkan duniawi maka penderitaan dunia tidak akan seluas sekarang. Jika ayahmu tidak mengasingkan diri maka Yudhistira akan memerintah dengan tenang sekarang lalu mengajari rakyatnya tentang dharma. Masalahnya manusia yg baik memang akan selalu berpikir meninggalkan duniawi seperti uap sedangkan debu tetap di sana (orang yg tidak baik tidak akan meninggalkan duniawi). Karma Yoga melindungi dunia. Karmi Yogi (orang yg menjalankan Karma Yoga) tidak akan berharap pada apapun. Dia melakukan apapun tapi tidak kehilangan dirinya. Jika makhluk adalah Tuhan & manusia bagian dari Tuhan maka semua tindakan disebabkan oleh Tuhan. Manusia tidak melakukannya atas keinginannya sendiri. Inilah prinsip Karma Yoga."
Jadi intinya manusia berbuat lalu serahkan hasil akhirnya pada Tuhan.
"Lalu bagaimana Karma Yogi bisa dikenali," tanya Arjuna?
Krishna: Orang yg meninggalkan makanan hanya meninggalkan rasa dari makanan sesungguhnya akan merasa lebih lapar karena dia masih punya keinginan untuk makan. Jadi lebih baik tinggalkanlah keinginan untuk makan itu sendiri. (Prinsip puasa). Seperti itu juga Karmi Yogi yg menjalankan kewajibannya tapi tidak mengharapkan apapun. Orang yg tidak terguncang setelah gagal & tidak menganggap dirinya yg terhebat setelah sukses disebut Karmi Yogi. Orang seperti inilah yg akan sukses berulang-ulang."
Krishna menyimpulkan Karma Yoga adalah jalan lain mendapatkan pengetahuan Dewata, menguatkan keyakinanmu pada Sang Pencipta, membuatmu mengenali jiwamu, membebaskanmu dari belenggu, dan melepaskan ekspektasi atas perbuatanmu.
Arjuna: Dengan menjadi Karmi Yogi, bagaimana aku berbakti pada Tuhan?
Krishna: Sankhya Yoga membuatmu terus mengingat Tuhan. Mengingat Tuhan melahirkan rasa pengabdian yg disebut bakti. Bhakti mampu membedakan yg salah & yg benar. Ini akan membuat manusia dapat mendapat penglihatan tentang Tuhan. Orang yg paling mendapat penglihatan tentang Tuhan adalah yg paling berbakti & terbebas dari lingkaran kelahiran kembali. Terbebas dari kelahiran kembali adalah tujuan semua jiwa & akhir dari jalan dharma."
Arjuna bertanya bagaimana cara mendapat penglihatan tentang Tuhan? Krishna memberitahu caranya adalah melepaskan keangkuhan, kemarahan & prasangka. Orang yg bisa melihat jiwanya mampu 'melihat' Yang Maha Kuasa. Arjuna menyadari bahwa Krishna adalah Yang Maha Kuasa.
Krishna membenarkan hal itu. Dia berkata "Aku bintang & bulan. Aku lebih tua dari matahari tapi sesegar bunga yg baru mekar. Aku adalah seluruh manusia. Aku Duryudana & juga Arjuna."
Arjuna: Tapi manusia telah menyaksikan kelahiranmu. Ibumu masih hidup. Bagaimana bisa kau lama & juga baru?

Khrisna: Kau melihat tubuh sedang aku bicara tentang jiwa. Aku sudah berkali-kali terlahir dalam banyak tubuh/wujud. Aku perwujudan Matsya, aku Parasurama & aku juga Sri Rama. Aku Brahma, Wisnu, Maheshwara (Dewa Shiva) dan juga Saraswati, Lakshmi & Kali. Ini sudah terjadi dari dulu & akan berlanjut di masa depan. 'Setiap adharma menguasai dunia maka untuk menghancurkannya aku akan lahir terus-menerus' (Arti dari shloka Yada Yada Hi Dharmasya)
Krishna melanjutkan "Jika kau merenungkan makna jiwamu kau akan terhubung pada Ku & akan menyadari kau adalah bagian dari avatar(awatara) Ku. Tapi untuk itu kau harus berdedikasi/berkomitmen."
Dedikasi/komitmen yg dimaksud adalah memusatkan pikiran & melepaskan segala keinginan. Hal ini disebut bakti.
Arjuna membandingkan dengan komitmen istri pada suami, prajurit pada jendral, murid pada guru. Krishna menjelaskan semua komitmen tersebut tergantung pada acuannya. Krishna mencontohkan Karna yg berkomitmen pada orang jahat seperti Duryudana sehingga menghina Drupadi saat itu. (Kalau begitu, Drupadi menghina Karna saat sayembara berkomitmen pada apa/siapa? Berkomitmen atas keinginan menikah dengan Arjuna kan?) Maka komitmen yg sejati adalah komitmen pada Tuhan.
Arjuna masih ragu berperang yaitu karena baginya membunuh orang-orang itu bukankah mengambil kesempatan pelepasan mereka? Krishna menjelaskan bahwa pendosa hanya bisa diberi kesempatan berubah untuk batas tertentu. Seperti dia memberi kesempatan Shishupala untuk melakukan 100 kesalahan. Setelah itu jika jiwanya lepas dari tubuhnya dia akan mendapat tubuh baru yg mungkin akan membuatnya lebih baik. Berpikriah seperti itu dalam perang ini, saran Krishna. Bagi manusia, tubuh adalah properti & batasannya.
Arjuna bertanya "Orang yg memuja sedang berbakti, bukan mengabdi?"
Krishna: Tidak, itu langkah pertama dari pengabdian. Sesungguhnya bakti bukan sebuah tugas. Itu hanya pemusatan pikiran. Penting bagi manusia untuk memurnikan jiwanya dengan berbagai ritual & doa dengan tetap berbakti pada Tuhan.
Arjuna bertanya apa itu kebajikan & kebaikan? Ahimsa adalah yg tertinggi & bersamanya adalah kebenaran. Tidak boleh marah, berkorban, pikiran yg tenang, tidak boleh menghina, belas kasih, melakukan sesuatu tanpa pamrih, memaafkan, menyucikan tubuh, tidak bangga pada dirinya, tidak egois adalah properti utama manusia. Orang seperti inilah yg bhakta sejati. Aku akan memberinya kebahagiaan & menyerapnya pada Ku setelah dia mati. Krishna telah mengajarkan Bhakti Yoga.
Arjuna memohon agar Krishna menampakkan wujud kedewaannya. Maka diperlihatkanlah alam semesta lalu Dewa Krishna yg menggenggam tata surya di depan mata Arjuna. Tata surya dilemparkan ke langit & kembali lagi ke bumi dalam bentuk meteor. Dari meteor itu timbullah bunga lotus yg begitu mekar muncul Dewa Brahma memercikkan air suci. Kemudian mata ketiga Dewa Shiva terbuka & Dewa Shiva memercikkan air. Kini Arjuna emlihat sendiri di depan matanya adalah Dewa Wisnu berdampingan dengan Dewa Shiva, Dewa Brahma, Dewa Ganesha, Dewa Hanuman, dan dewa-dewa lainnya. Inilah yg disebut vishwaroop.
"Dari sankhya yoga ke karma yoga ke bhakti yoga begitulah caranya manusia mendapatkan pengetahuan. Melihat wujud murniku ini adalah pengetahuan, Arjuna. Ini adalah pengetahuan tertinggi. Wujud dasar dari semua ilmu. Bahkan para Dewa tidak semuanya bisa melihat wujud ini."
Dewa Wisnu menjelaskan wujud vishwaroop nya. Dewa Wisnu mengakhiri penjelasannya dengan berkata "Aku adalah kematian bagi semua yg hadir di sini. Bahkan jika kau tidak mengangkat senjata, aku akan tetap membinasakan mereka semua." Dewa Wisnu menyemangati Arjuna untuk berperang. Barulah Arjuna benar-benar mantap untuk berperang. Arjuna memohon Dewa Wisnu kembali ke wujud manusianya yaitu Dewa Krishna. Arjuna & Dewa Krishna kembali ke kereta kuda. Dewa Krishna mengendarai kereta hingga ke posisi semula lalu meniup sangkakala memulai perang...

Kawitan

 


Kawitan berasal dari bahasa sansekerta yaitu Wit yang artinya asal mula. Asal mula manusia adalah Tuhan, maka sesungguhnya setiap orang punya Kawitan. Jadi Kawitan adalah pengingat asal atau ada pula yang mendefinisikan Kawitan merupakan leluhur yang pertama kali datang di Bali atau lahir di Bali dan menetap di Bali sampai punya keturunan.
Pemujaan Kawitan didasari oleh Atma Tattwa dan Purnabhawa. Bahwa roh leluhur akan menjelma kembali menjadi manusia, bisa jadi anak-cucu kita, dalam kaitan ini pemujaan Kawitan adalah bagian dari Bhakti Marga, mewujudkan kasih sayang kepada leluhur dan keturunan kita. Pemujaan Kawitan juga dapat didasari oleh Moksa, karena dalam upaya mensucikan roh leluhur, salah satu caranya dengan menyembah roh leluhur, mendoakan tercapainya Amoring Acintya.
Seperti kita ketahui kalau di Bali adalah menganut sistem keturunan Patrilineal atau berdasarkan keturunan dari keturunan lelaki atau Purusa, jadi oleh sebab itu kita patut tahu sebelum kita membahas tentang Kawitan ini yang mungkin bisa menjadi dasar untuk mengetahui asal muasal dari Kawitan yang ada di Bali saat ini.
Di luar Bali kawitan itu ada tetapi tidak secara visual dalam bentuk merajan. Konsep merajan kawitan ada mulai abad ke-11 yang diterapkan oleh Ida Mpu Kuturan di Bali sebagai benteng pertahanan dan pengingat, karena bercermin dari pengalaman sejarah runtuhnya kerajaan Hindu di Jawa. Di jawa Kawitan tidak selengkap di Bali, di Jawa Kawitan yang ada hanya dalam bentuk candi pemujaan kerajaan leluhur dan sebagainya yang lebih bersifat umum, yang ikatannya tidak sekuat konsep Kawitan di Bali.

Mengenai adanya banyak Kawitan, ini bersumber dari kondisi sosial dan kedudukan leluhur kita di masyarakat pada jaman dahulu. Jika misalnya leluhur kita dahulu pernah menjadi raja, maka keturunannya akan memakai nama Kawitan tersebut. Begitu pula jika seandainya leluhur kita dulu menjadi wiku, maka keturunannya akan memakai mana Kawitan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya kita punya Kawitan para leluhur yang luar biasa, yang sakti, bijaksana, Dharma dan berwibawa. Sehingga bisa kita jadikan pedoman dan panutan kedalam diri sendiri.
Pura Kawitan adalah tempat pemujaan roh suci leluhur oleh umat Hindu yang memiliki ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis keturunannya. Jadi Pura Kawitan bersifat spesifik atau khusus sebagai tempat pemujaan umat Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunannya. Contoh-contoh pura yang termasuk dalam kelompok Pura Kawitan antara lain: Sanggah/Merajan, Pura Ibu, Dadia, Pedharman, dan yang sejenisnya.

Tattwa Wisesa Bertutur Tentang Hakikat Diri

 


Tattwa Wisesa, salah satu teks Tantra Bali. Berkisah tentang hakikat diri sebagai Sangatma. Atma adalah Manik dan berada dalam tubuh. Sedangkan tubuh diibaratkan Cecupu Manik yakni wadah dari Sangatma. Sungguh utama Katattwan manusia sebagai Atma dalam Cecupu Manik, dan ini hendaknya dituju bagi mereka yang berada pada jalan Yoga Sastra.
.
Sangatma tidak berbeda dengan Siwa, dan hanya dengan pengetahuan Kasiwan hal itu dapat diketahui. Oleh karena itu, Siwa dan Atma adalah inti dari Adnyana Wisesa atau Samyak Jnana bagi mereka yang mendalami sastra. Dengan kata lain, Samyak Jnana adalah intisari dari pengetahuan untuk menyatukan Siwa dengan Atma yang disebut Pengetahuan Kasiwan.
.
Kembali Tattwa Wisesa bertutur, bahwa inti pengetahuan Kasiwan merupakan aji kaweruh. Pengetahuan yang didapat dengan Anglukun Dasaksara, yakni menyatukan sepuluh aksara. Kemudian dari sepuluh dijadikan Pancabrahma. Pancabrahma dijadikan Triaksarana dan Triaksara dijadikan rwabhineda aksara. Kemudian satukan semua itu menjadi Sanghyang Ekaksara-wisesa. Dasaksara adalah simbol dari kesepuluh indria (Dasendria). Jadi siapa yang dapat menyatukan Dasendria, maka Ia menjadi Manusia Ong.

.
Manusia Ong tidak lagi disebut Cecupu Manik, tetapi Cecupu Mas. Mas disini diartikan Atma yang agung dan murni. Sebagaimana batangan emas disepih masih tetap emas. Sepihan emas meskipun ada di lumpur masih tetap emas. Sangatma berada pada hati, dan siapa yang dapat menaruh Aksara Kabeh (semua aksara) pada hati, maka ia akan menjadi Wisesa. Dan, siapa yang dapat memasukan Aksara Kabeh di dalam hati (Tuntungin Hati), maka ia tidak ubahnya sebagai Giri Sumeru. Giri adalah gunung, dan disebut sebagai Linggachala (Lingga Siwa yang tidak bergerak). Sumeru adalah Meru yang merujuk pada hal yang sama, yakni Siwalingga. Jadi, kesejatian diri adalah Atmalingga dan Siwalingga.
.
Berbahagialah diri, ketika memiliki pengetahuan itu. Sebab, semua akan Teka Kasih (kedatangan welas asih). Tidak saja manusia asih, tetapi Bhuta, Dewa dan Satru (musuh) akan menaruh welas asihnya pada diri, dan diri tidak berbeda dengan Gedong Manik Emas Suweta atau ruang dari Atma yang agung, dan hanya dengan kesucian hal itu semakin jelas terlihat. Pada akhir bait pertama Tattwa Wisesa berpesan, bahwa “siapa yang pageh mejalankan semua itu, maka Dirgayusa adalah pahalanya”.

Rabu, 24 Januari 2024

Dewa Wisnu


Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (Dewanagari: विष्णु ; Viṣṇu) (disebut juga Sri Wisnu atau Nārāyana) adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Urip : 4;
Dewa : Wisnu;
Sakti : Sri Dewi;
Senjata : Cakra;
Warna : Ireng / Hitam;
Aksara : A (Aghora)
Bhuwana Alit : Ampru;
Tunggangannya : Garuda;
Bhuta : Taruna;
Tastra : Ba dan Nga;
Sabda : Ung;
Wuku : Ukir, Dungulan, Tambir, Wayang;
Dwiwara : Pepet;
Triwara : Beteng;
Pancawara : Wage;
Saptawara : Soma;
Astawara : Uma;
Sangawara : Urungan;
Dasawara : Duka;
Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara (Uttara), bersenjata Chakra Sudarshana, wahananya (kendaraan) Garuda, shaktinya Dewi Sri, aksara sucinya "A", di Bali beliau dipuja di Pura Ulundanu terletak di Kabupaten Bangli
Banten : Peras, Sesayut ratu agung ring nyali, Tirta Pawitra;
Mantra : Ong cakra yantu namo tasme tiksena ra yawe namo namah utara desa raksa baya, kala raja astra jayeng satru, Ong kala byoh namo namah swaha.
Nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.

Dalam kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam penitisannya tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.
Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud semestanya kepada Arjuna.
Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada di mana-mana. Untuk memudahkan penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca. Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut:
Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:
• Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama "Panchajanya", dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas.
• Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
• Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama "Sudarshana", dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran.
• Sudarshana berarti pandangan yang baik.
• Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan individual.
• Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan.
• Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta.
Dalam Purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Wujud dari penjelmaan Wisnu tersebut beragam, hewan atau manusia. Awatara yang umum dikenal oleh umat Hindu berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha Avatār.[1]
Sepuluh Awatara Wisnu:
• Matsya (Sang ikan)
• Kurma (Sang kura-kura)
• Waraha (Sang Babi hutan)
• Narasingha (Sang manusia-singa)
• Wamana (Rama bersenjatakan beliung
• Sang orang cebol)
• Parasurama (Sang Brāhmana-Kshatriya)
• Ramawijaya (Sang pangeran)
• Krishna (Sang pengembala)
• Buddha (Sang pemuka agama)
• Kalki (Sang penghancur)
Di antara sepuluh awatara tersebut, sembilan di antaranya diyakini sudah menjelma dan pernah turun ke dunia oleh umat Hindu, sedangkan awatara terakhir (Kalki) masih menunggu hari lahirnya dan diyakini menjelma pada penghujung zaman Kali Yuga.
Dalam Ajaran Dharma Banyak sekali kalimat kalimat penyejuk hati umat, Shri Kresna.
Semoga Ida selalu bersama Hati, menyertai semua umat umatnya.
Om Shanti Shanti Om

 

ATMA YANG TANPA BATAS


Jika engkau punya setetes air, lalu air yang setetes itu di satukan ke lautan samudera yang luas,
maka air yang setetes itu akan ikut menjadi laut samudera yang tanpa batas,
Begitu juga jika engkau punya hati yang kecil ,lalu sekecil HATI MU itu di satukan kepada Tuhan yang mahakuasa dan menepatkan beliau yang tanpa batas di dalam hati,
Maka engkau telah mengurung Tuhan di dalam hati mu,
Dan engkau akan ikut menjadi YANG TANPA BATAS,
Engkau akan menjadi YANG SEGALANYA,
Engkau akan melihat persamaan dari semua mahluk hidup ciptakan nya,
Karena yang ada di dalam hati mu, ada juga di dalam hati mereka,
Engkau tidak akan merasa berbeda dengan mereka,
Engkau tidak akan berdebat tentang agama dan keyakinan , dan tidak akan terikat oleh pergulatan Pikiran ,

Seperti contoh:
Engkau akan berdebat tentang agama dan keyakinan , bahwa agama dan keyakinan mu lebih baik,sedangkan agama dan keyakinan mereka tidak benar,
Engkau akan bergulat dengan pikiran mu sendiri dan menilai , bahwa:
Yang ini benar - yang itu salah,
Saya benar, dia salah,
Mesti diketahui,perdebatan dan pergulatan itu ada karena keinginan pikiran :
- itu adalah permainan dari pikiran,
Engkau adalah sang atma jati,
Engkau bukan Pikiran
Engkau bukan badan,
Engkau adalah sang atma yang kekal abadi, yang memakai baju tubuh dan menggunakan Pikiran sebagai kontrol indriya- indriya,
Semoga bermanfaat dan bisa menjadi penambah wawasan pengetahuan,
OM namo guru Siwa ya,

 

KEBIJAKSANAAN

 



Kebijaksanaan adalah suatu sikap luhur dan mulia yang di miliki oleh seseorang yang cenderung positif/ baik, seperti:
- dalam hal berfikir,
- dalam hal berbuat,
- dan dalam hal berkata,
Sikap seorang dikatakan bijak Seperti contoh:
Pikiran:
Ketika Pikiran nya baik dan mulia, bisa mencerahkan dan bisa memberi solusi, disebut Pikiran bijak,
Perbuatan:
Ketika perbuatannya baik dan mulia , bisa membantu sesama manusia disebut perbuatan bijak,
Ucapan:
Ketika kata-kata nya baik dan mulia, bisa menyenangkan lawan bicara dan bisa memberi keseejukkan, disebut kata-kata bijak
Tidak banyak ada orang yang memiliki sikap kebijaksanaan di dalam kehidupan dunia ini,
Diantara jutaan manusia yang ada, Mungkin 100 di banding 1 , orang bijak itu ada,
Ada beberapa cara upaya bisa di tempuh untuk bisa menjadi orang bijak, yaitu:
1, IA harus bisa menundukkan dan mengendalikan pikiran nya,
2, cara lain ialah IA selalu bertumpu pada sang Atma, tanpa melalui pengaruh keinginan Pikiran,
3, pengetahuan sastra atau dari seorang guru adalah cara untuk bisa sebagai petunjuk , dan juga bisa menjadi ilmu,

4, Dengan praktek atau membiasakan diri, supaya terwujud,
Contoh:
Menundukkan dan mengendalikan pikiran , ini adalah sangat berat dan susah,
Ia harus bisa menyeimbangkan antara pengaruh Pikiran Satwika- Pikiran rajas- Pikiran tamas,
( Pikiran Satwika supaya lebih dominan)
IA harus bisa menundukkan dan mengendalikan sad ripu yang ada di dalam pikiran nya,
Cara yang paling mudah dan lebih gampang adalah dengan mengabaikan pengaruh Pikiran, dan selalu bertumpu kepada sang atma,
Ketika seseorang selalu bertumpu kepada sang atma , maka otomatis ia melewati kecenderungan Pikiran,ia tidak melalui nya/ tapi mengabaikan nya,
Untuk mengetahui semua itu, ia harus banyak belajar baik itu dari seorang guru, ataupun dari berbagai sastra, tanpa kedua itu, maka ia tidak akan mungkin bisa mengetahui caranya,
Setelah mengetahui caranya, baik itu melalui seorang guru ataupun melalui Pengetahuan sastra, jalan selanjutnya adalah praktek melalui membiasakan diri dan membudayakan dalam keseharian dalam situasi dan kondisi juga lingkungan ,
Mengetahui teori tanpa praktek, maka pengetahuan jadi percuma,
Praktek tanpa teori, semua jadi tanpa dasar dan tanpa arah ,
Maka kombinasikan teori dan praktek itu supaya terwujud Seperti yang di harapkan,
Semoga bermanfaat,
OM namo guru Siwa ya,