Selasa, 03 Mei 2022

SEJARAH 17 GUNUNG BERAPI PULAU BALI

 



Oleh : I Nyoman Kurniawan

Pulau Bali awal mulanya sekali terbentuk 15 juta tahun yang lalu. Secara ilmu geologi Pulau Bali termasuk berumur muda. Awal mula proses pembentukan Pulau Bali diawali oleh naiknya dasar lautan yang muncul ke permukaan, yang disebabkan oleh aktifitas tumbukan lempeng-lempeng bumi.
Sepanjang sejarahnya, pembentukan sebagian besar daratan Pulau Bali juga dibentuk oleh kegiatan vulkanik gunung-gunung berapi. Sebagian besar tanah Pulau Bali terdiri atas deposit vulkanik dari erupsi gunung berapi. Tapi mungkin tidak banyak orang Bali yang mengetahui sejarah gunung berapi di Pulau Bali. Untuk itu saya berusaha semampu saya mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dengan tujuan agar bisa menambah wawasan pengetahuan orang Bali. Dengan sebuah catatan bahwa saya bukan ahli gunung berapi, tapi 100% amatiran. Untuk itu sebelumnya saya minta maaf jika seandainya tulisan saya ini ada kekurangan dan kesalahan.
Inilah sejarah 17 gunung berapi di Pulau Bali :
[1]. Gunung Pulaki.
Sebagian orang Bali pasti mengetahui Pura Pulaki di Buleleng. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa Pura Pulaki dan sekitarnya berada di kaki sebuah gunung berapi purba yang sudah tidak aktif. Masa aktifnya terjadi pada suatu masa diantara rentang waktu 2,5 juta s/d 5,3 juta tahun yang lalu. Saking purbanya gunung ini, pusat erupsinya [kawahnya] tidak lagi dapat dikenali. Hanya dapat dilihat aliran lavanya mengalir datang dari arah selatan ke utara. Sisa-sisa gunung berapi purba ini berada di bagian belakang [di selatan] Pura Pulaki.
[2]. Gunung Klatakan.
Memiliki ketinggian 698 meter dari permukaan laut. Terletak diantara daerah Gilimanuk dan Melaya. Merupakan gunung berapi yang terletak paling barat di Pulau Bali. Gunung Klatakan saat ini sudah tidak aktif. Masa aktifnya terjadi pada periode Pleistocene. Artinya masa aktif Gunung Klatakan terjadi pada suatu masa diantara rentang waktu 11.700 tahun s/d 2,5 juta tahun yang lalu. Sisa gunung berapi ini bisa terlihat jelas dengan google map [terrain mode].
[3]. Gunung Merbuk.
Memiliki ketinggian 1.356 meter dari permukaan laut. Terletak di sebelah utara Kota Negara. Gunung Merbuk saat ini sudah tidak aktif. Masa aktifnya terjadi pada periode Pleistocene. Artinya masa aktif Gunung Merbuk terjadi pada suatu masa diantara rentang waktu 11.700 tahun s/d 2,5 juta tahun yang lalu.
[4]. Gunung Patas.
Memiliki ketinggian 1.414 meter dari permukaan laut. Terletak di sebelah selatan Pelabuhan Celukan Bawang. Titik puncaknya berada diatas dari Pura Taman Desa Tinga-Tinga, Buleleng. Gunung Patas saat ini sudah tidak aktif. Masa aktifnya terjadi pada periode Pleistocene. Artinya masa aktif Gunung Patas terjadi pada suatu masa diantara rentang waktu 11.700 tahun s/d 2,5 juta tahun yang lalu.



==5== SUPERVOLCANO BRATAN PURBA [KALDERA]
Berdasarkan penelitian, usia Supervolcano Bratan Purba diperkirakan lebih tua dari 50 ribu tahun. Merupakan Gunung berapi tertinggi yang pernah ada di Pulau Bali sepanjang masa.
Setelah mengalami erupsi maha dahsyat, Supervolcano Bratan Purba runtuh dan menjadi kaldera dengan luas sekitar 6 km × 11 km. Aliran lavanya mengalir ke barat dan ke utara, membentuk bebatuan yang membentang dari seputaran wilayah Gobleg di barat, Air Terjun Gitgit, s/d wilayah Air Terjun Sekumpul di timur. Sedangkan aliran laharnya mengalir demikian dahsyat dan meluas mencakup hampir setengah wilayah Pulau Bali. Mencapai jauh ke pantai utara, mulai dari Pantai Lovina di barat, pantai Kota Singaraja, s/d pantai wilayah Tejakula di timur. Serta mencapai jauh ke pantai selatan, mulai dari Pantai Soka di barat, pantai Tanah Lot, bagian selatan Kota Denpasar, s/d Pantai Lebih di timur. Aliran lahar Supervolcano Bratan Purba ini menyebabkan pantai-pantai di kawasan ini dominan berpasir hitam.
Pada jaman sekarang ini, di dalam reruntuhan kaldera dari Supervolcano Bratan Purba kita bisa melihat adanya 3 [tiga] danau, yaitu Danau Bratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan, serta 5 [lima] gunung, yaitu Gunung Sanghyang, Gunung Adeng, Gunung Pohen, Gunung Lesung dan Gunung Tapak. Semua 5 gunung berapi di dalam kaldera ini bisa terlihat jelas dengan google map [terrain mode].





Berdasarkan penelitian, Gunung Sanghyang adalah gunung berapi pertama [tertua] yang muncul di dalam kaldera setelah Supervolcano Bratan Purba runtuh, kemudian diikuti oleh kemunculan Gunung Adeng, Pohen, Lesung dan Tapak. Serta diketahui bahwa 3 gunung berapi tertua di dalam kaldera [Gunung Sanghyang, Adeng dan Pohen] sudah tidak aktif lagi paling tidak sejak kira-kira sekitar 11.500 tahun yang lalu. Sedangkan 2 gunung berapi termuda di dalam kaldera [Gunung Lesung dan Tapak] pernah mengalami erupsi antara kira-kira sekitar 600 tahun s/d 11.500 tahun yang lalu dan setelah itu tidak aktif.
[6]. Gunung Sanghyang.
Terletak di dalam kaldera Supervolcano Bratan Purba. Merupakan gunung berapi pertama [tertua] yang muncul di dalam kaldera setelah Supervolcano Bratan Purba runtuh. Memiliki ketinggian 2.087 meter dari permukaan laut. Sudah tidak aktif lagi paling tidak sejak kira-kira sekitar 11.500 tahun yang lalu.
[7]. Gunung Adeng.
Terletak di dalam kaldera Supervolcano Bratan Purba. Memiliki ketinggian 1.826 meter dari permukaan laut. Kawah gunung dan sekitar 1/10 tubuhnya di bagian tenggara sudah runtuh akibat erupsinya [kawah terbuka mengarah ke tenggara]. Sudah tidak aktif lagi paling tidak sejak kira-kira sekitar 11.500 tahun yang lalu.
[8]. Gunung Pohen.
Terletak di dalam kaldera Supervolcano Bratan Purba. Memiliki ketinggian 2.089 meter dari permukaan laut. Sudah tidak aktif lagi paling tidak sejak kira-kira sekitar 11.500 tahun yang lalu.
[9]. Gunung Lesung.
Terletak di dalam kaldera Supervolcano Bratan Purba. Bagian utara kaki Gunung Lesung bersentuhan dengan tepi selatan Danau Tamblingan. Gunung Lesung memiliki 2 buah kawah dan memiliki ketinggian 1.860 meter dari permukaan laut. Terakhir kali mengalami erupsi terjadi pada suatu ketika diantara rentang waktu 600 tahun s/d 11.500 tahun yang lalu dan setelah itu tidak aktif.


[10]. Gunung Tapak.
Terletak di dalam kaldera Supervolcano Bratan Purba. Merupakan gunung berapi terakhir [termuda] yang muncul di dalam kaldera setelah Supervolcano Bratan Purba runtuh. Gunung ini berada di bagian belakang [di barat] Kebun Raya Eka Karya Bedugul yang biasa dijadikan tempat tujuan wisata. Bagian utara kaki Gunung Tapak bersentuhan dengan tepi selatan Danau Buyan. Memiliki ketinggian 1.909 meter dari permukaan laut. Gunung Tapak memiliki 3 buah kawah dan merupakan gunung terakhir yang pernah erupsi di dalam kaldera. Erupsi terakhir ini terjadi pada suatu ketika diantara rentang waktu 600 tahun s/d 11.500 tahun yang lalu. Setelah itu Gunung Tapak tidak aktif. Lava yang keluar dari kawah utama Gunung Tapak, mengalir ke utara memisahkan Danau Buyan dan Danau Tamblingan.
[11]. Gunung Seraya.
Memiliki ketinggian 1.058 meter dari permukaan laut. Merupakan gunung berapi yang terletak paling timur di Pulau Bali. Berdasarkan penelitian, usia Gunung Seraya diperkirakan lebih tua dari 50 ribu tahun dan saat ini sudah tidak aktif lagi. Kawah gunung dan sekitar 1/4 bagian tubuhnya di bagian timur laut sudah runtuh akibat erupsinya [kawah terbuka mengarah ke timur laut, ke arah Pantai Lipah]. Titik tertinggi dari sisa Gunung Seraya berada di selatan. Pada sisi barat dari tepian atas sisa kawah gunung purba ini berdiri Pura Lempuyang.
[12]. Gunung Batukaru.
Memiliki ketinggian 2.276 meter dari permukaan laut. Gunung Batukaru diperkirakan terbentuk pada suatu masa diantara rentang waktu 30.000 tahun s/d 60.000 tahun yang lalu. Kawah gunung dan sekitar 1/8 bagian tubuhnya di bagian tenggara sudah runtuh akibat erupsinya [kawah terbuka mengarah ke tenggara]. Di era jaman modern tidak ada catatan menyangkut aktifitas Gunung Batukaru, tapi berdasarkan kelebatan vegetasi hutan di Gunung Batukaru, dapat dipastikan bahwa Gunung Batukaru tidak aktif setidaknya sejak dari 300 tahun yang lalu.



==13== SUPERVOLCANO BATUR PURBA [KALDERA]
Berdasarkan penelitian, usia Supervolcano Batur Purba diperkirakan lebih tua dari 50 ribu tahun. Dengan perkiraan ketinggian sekitar 4.000 meter diatas permukaan laut, atau bahkan mungkin lebih tinggi.
Supervolcano Batur Purba mengalami erupsi maha dahsyat pada 29.300 tahun yang lalu, yang membuat Supervolcano Batur Purba runtuh dan menjadi kaldera dengan luas 13,8 km x 10 km. Sebagian aliran lavanya mengalir ke Tejakula, serta mengalir ke wilayah daerah lainnya membentuk bebatuan dataran tinggi. Serta terjadi awan panas [pyroclastic flow] yang demikian dahsyat dan meluas sampai mencapai Kota Denpasar [jauhnya sekitar 90 km dari Supervolcano Batur Purba]. Dengan kecepatan 150 km/jam dan suhu 6.000-8.000 derajat celcius. Setelah abu awan panas ini mendingin dan mengeras, kemudian menjadi lapisan batu padas yang sangat tebal. Dalam istilah ilmiahnya disebut “Ubud Ignimbrite”. Batu padas ini di daerah Ubud dan sekitarnya jaman sekarang banyak digali untuk bahan bangunan atau membuat arca.
Setelah Supervolcano Batur Purba runtuh dan menjadi kaldera, terus terjadi aktifitas erupsi yang cukup sering di dalam kaldera. Kemudian pada 20.150 tahun yang lalu, Supervolcano Batur Purba kembali mengalami erupsi maha dahsyat yang terjadi di dalam kaldera, yang membuat sebagian kaldera supervolcano purba ini kembali runtuh [amblas] dan membentuk kaldera kedua sedalam 120 meter s/d 300 meter yang melingkar di dalam kaldera pertama. Dalam erupsi dahsyat ke-2 ini terjadi awan panas [pyroclastic flow] dahsyat. Setelah abu awan panas ini mendingin dan mengeras, kemudian menjadi lapisan batu padas yang sangat tebal, yang dalam istilah ilmiahnya disebut “Gunung Kawi Ignimbrite”, karena Candi Gunung Kawi di Tampaksiring dibangun dari lapisan batu padas ini.
Pada jaman sekarang ini, di dalam reruntuhan kaldera dari Supervolcano Batur Purba kita bisa melihat adanya Danau Batur dan Gunung Batur.



[14]. Gunung Batur.
Gunung Batur terbentuk di dalam kaldera Supervolcano Batur Purba, pada sekitar 5.500 tahun yang lalu. Gunung Batur memiliki 3 buah kawah dan memiliki ketinggian 1.717 meter dari permukaan laut. Dalam kurun waktu 200 tahun, yaitu dari tahun 1804 s/d saat ini, Gunung Batur tercatat mengalami erupsi sebanyak 26 kali. Erupsi Yang paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus s/d 21 September 1926. Terakhir kali erupsi tahun 1999-2000. Sampai saat ini Gunung Batur masih merupakan gunung berapi aktif.
[15]. Gunung Abang.
Memiliki ketinggian 2.152 meter dari permukaan laut. Gunung Abang terbentuk pada suatu ketika diantara rentang waktu 23.000 tahun s/d 28.000 tahun yang lalu. Ketika Supervulcano Batur Purba mengalami erupsi dahsyat yang ke-2 pada 20.150 tahun yang lalu, hal ini mengakibatkan 1/3 tubuh Gunung Abang di bagian barat runtuh. Tapi sampai saat ini bagian puncak dan sisa kawahnya masih ada, dengan 1/10 bagian kawah gunung sudah runtuh di bagian timur laut akibat erupsinya sendiri [kawah terbuka mengarah ke timur laut]. Di era jaman modern tidak ada catatan menyangkut aktifitas Gunung Abang, sehingga ada kemungkinan bahwa Gunung Abang sudah tidak aktif lagi.
[16]. Gunung Agung.
Memiliki ketinggian 3.142 meter dari permukaan laut. Merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Bali di jaman sekarang ini. Berdasarkan penelitian, Gunung Agung sudah ada sejak sekitar 5.000 tahun yang lalu. Di era jaman modern Gunung Agung tercatat mengalami erupsi di tahun 1808, 1821, 1843, 1963-1964 dan 2017-2019. Sampai saat ini Gunung Agung masih merupakan gunung berapi aktif.
[17]. Gunung Paon.
Berada di wilayah dataran tinggi, Gunung Paon yang memiliki ketinggian 886 meter dari permukaan laut, secara fisik terlihat hanya seperti sebuah bukit. Tapi berdasarkan penelitian "bukit" ini bukan sebuah bukit, tapi sebuah gunung. Tepatnya gunung berapi yang pernah erupsi dan mengeluarkan lava. Terakhir kali terlihat beraktifitas terjadi pada tahun 1960-an, tapi hanya berupa kepulan asap saja. Gunung Paon terletak di Bebandem, Karangasem.

Senin, 02 Mei 2022

Malukat di Pancoran Solas, Sembuhkan Penyakit Kritis

 



Pancoran Solas yang terdapat di Banjar Guliang Kangin, Tamanbali, Bangli, diyakini punya tuah magis. Bila malukat di sebelas pancoran ini, orang yang mengidap penyakit kritis bisa diberkati kesembuhan.

Pemangku Pancoran Solas, Mangku I Nyoman Danu mengatakan, dinamai Pancoran Solas karena pancuran yang ada seluruhnya berjumlah sebelas. Warga sangat meyakini bila malukat (membersihkan diri dengan cara mandi di air suci) di Pancoran Solas akan dapat menghilangkan penyakit yang diakibatkan gangguan non medis.

“Kalau sejarahnya kurang tau persis. Saya hanya mengetahui pancuran tersebut memang ada sejak dulu. Difungsikan msyarakat sebagai tempat mlasti dan digunakan untuk malukat saat rahinan,” terang Mangku I Nyoman Danu yang kerap dipanggil Jro Hyang Danu, ketika ditemui Bali Express (Jawa Pos Group) di rumahnya, pekan kemarin.

Dikatakannya, pamedek yang datang malukat tak jarang yang menghubunginya dari luar daerah Bangli. Bahkan, sempat juga ada yang berasal dari luar Bali. “ Banyak yang malukat dikarenakan mengalami sakit yang parah. Orang yang sakit stroke bias diberkati kesembuhan setelah malukat,” ujarnya.

Pelaksanaan malukat di Pancoran Solas bisa dilaksanakan pagi,siang, atau malam hari, tergantung dari pamedek yang dating. Bahkan lebih sering yang mengalami sakit, malukat pada malam hari. Biasanya bertepatan dengan rerahinan Bali seperti Kajeng Kliwon, Purnama, dan Tilem. “Sempat ada yang datang dari luar Bali, mereka datang karena ada seseorang yang menyarankan agar malukat di Pancoran Solas, karena sudah lama menderita stroke. Bahkan orang tersebut sudah pasrah dengan hidupnya, lantaran sakitnya tak kunjung sembuh,” terang Jro Hyang Danu.
Dikatakan Jro Hyang, kedatangan yang kedua kalinya, orang stroke tersebut, ternyata sudah bisa berjalan seperti biasa. Jro Hyang Danu juga mengaku awalnya tidak percaya akan khasiat pancoran tersebut. ‘Di samping tuah dari malukat, kesembuhan juga tergantung karma seseorang,” ungkapnya.



Ditambahkannya, sempat ada yang karauhan (kesurupan) sambil berteriak-teriak di areal panglukatan, tepat berada di bawah pancoran yang nomor tiga dari utara. Sebab, pada pancuran tersebut sebagai tirta yang menghilangkan penyakit non medis.

Ditegaskannya, pancoran yang digunakan untuk malukat berjumlah 10 pacuran. Sedangkan lagi satu pancoran, terdapat pada areal palinggih di atas pancuran, yang kerap digunakan untuk prosesi upacara ke Dewa Yadnya.

Dijelaskan Jro Hyang Danu, kalau terkena penyakit bebai (ilmu hitam), setelah malukat akan sembuh total. “Biasanya bila ada penyakit, yang malukat akan muntah-muntah. Sehingga dapat langsung diobati dengan cara dilukat terus pada pancuran tersebut,” terangnya.

Selain untuk yang menangani sakit non medis, Jro Hyang Danu juga mengungkapkan sempat juga ada pamedek yang datang untuk malukat dengan tujuan agar diberikan keturunan. Dikarenakan sudah lama menikah, namun tak kunjung memiliki keturunan. “Sama seperti orang yang dari luar Bali itu, yang datang itu ditunjukkan oleh kerabatnya. Bahkan, ketika datang kembali ke dua kalinya sudah mengajak anak,” terang pria 60 tahun tersebut.

Sarana yang harus dibawa saat malukat, lanjut Jro Hyang Danu, harus menggunakan sebuah canang. Jika akan ke palinggih yang ada di atas pancoran mesti menggunakan sebuah pajati. Prosesnya adalah menghaturkan canang satu per satu pada setiap pancoran. Kemudian melakukan panglukatan dari pancoran yang paling Utara ke Selatan. Pada saat malukat juga harus disirat sebanyak 11 kali, kemudian diminum tiga kali, dan untuk cuci muka sebanyak tiga kali. Setelah itu, baru melakukan panglukatan ke semua badan, terutama pada bagian tubuh yang mengalami sakit.

Setelah selesai, dilanjutkan dengan menghaturkan sebuah pajati di palinggih pancoran yang berbentuk sebuah Padmasana. Pajati tersebut akan dihaturkan pemangku beji, yaitu Jro Hyang Danu sendiri, sebab yang boleh ke areal palinggih hanya pemangkunya saja. Setelah menghaturkan pajati dan nunas tirta yang ada pada Padmasana, dilanjutkan dengan melaksanakan persembahyangan, memohon agar apa dari tujuan malukat diberkati.

Khusus pada pancoran yang nomor tiga, lanjut Jro Hyang Danu, diyakini sebagai tirta penyembuh berbagai macam penyakit. Sedangkan sisanya sebagai panglebur mala. “Jika tidak kuat malukat pada pancoran nomor tiga itu, pasti akan muntah-muntah. Bahkan di sana juga kerap orang yang mengalami karauhan,” terang pria asli Guliang Kangin tersebut.

Pada areal panglukatan, ada pamedek yang telah selesai malukat. Komang Ayu Bagi Widiarsini ini, mengaku baru pertama kali dating karena dikasitau rekannya. “Suasananya sangat indah sekali, terlebih juga airnya yang segar. Lokasinya di bawah tebing, mengakibatkan sedikit capek. Namun, ketika malukat capek itu terbayarkan dengan segarnya air pancoran,”papar perempuan dari Singaraja tersebut.

“Saya datang agar diberkati keturunan karena sempat juga keguguran, mudahan mendapat restu,” harapnya.

Jika penasaran dengan pancuran tersebut, tidaklah susah mencarinya. Hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit dari Lapangan Astina Gianyar, menuju ke timur melewati lampu traffic light Sidan, perbatasan Klungkung, Bangli dan Gianyar.

Sesampai di Lapangan Tulikup belok ke kiri, menuju tempat wisata Taman Nusa. Dari Taman Nusa hanya sekitar 900 meter saja, maka akan sampai di Banjar Guliang Kangin, Tamanbali, Bangli. Di pinggir jalan terdapat papan nama yang bertuliskan Pancoran Solas. Dari papan nama masih harus berjalan ke timur sekitar 300 meter unutk sampai di tempat parkir. Namun, untuk sampai di pancoran, harus menuruni tangga sekitar 200 anak tangga. Bila merasa ragu, bisa menghubungi jro mangku dan bendesa adat setempat, yang nomornya sudah ada tertera di papan, dan rumahnya juga tidak jauh dari parkiran.

(bx/ade/rin/yes/JPR) –sumber






Jumat, 29 April 2022

Buda Kliwon Matal dan Kajeng Kliwon

  


#Buda Kliwon Matal merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan dan jatuhnya setiap 6 bulan sekali untuk memuja Sang Hyang Ayu atau Sang Hyang Nirmala Jati guna memohon keselamatan serta anugrah rejeki yang melimpah dsb.
Buda Kliwon Matal merupakan pertemuan antara Sapta wara Buda yang berstana dibarat dengan lambang warna kuning, panca wara Kliwon yang berstana ditengah dengan lambang warna panca warna dan
wuku matal.
Dan pada saat hari Buda Kliwon Natal yang bertepatan juga dengan jatuhnya hari kajeng Kliwon.
#Kajeng Kliwon merupakan hari suci bagi umat Hindu yang jatuhnya pada setiap15 hari sekali, Kajeng Kliwon merupakan pertemuan dari dua unsur triwara dengan unsur pancawara.
Kajeng merupakan bagian dari unsur triwara sedangkan Kliwon merupakan bagian dari unsur pancawara.
#Kajeng merupakan hari prabhawanya dari Sang Hyang Durga Dewi yang merupakan perwujudan dari Ahamkara yang merupakan manifestasi dari kekuatan Bhuta, Kala dan Durga yang ada di muka bumi.
#Sedangkan Kliwon merupakan hari prabawanya Sang Hyang Siwa sebagai kekuatan dharma yang merupakan manifestasi dari kekuatan Dewa.
#Dan pada saat hari Kajeng Kliwon sering dikaitkan dengan
hal - hal yang berbau mistis dan diyakini oleh umat Hindu sebagai harinya Sang Hyang Siwa untuk melaksanakan yoga semadinya untuk
keselamatan dunia.
#Untuk itu setiap umat diharapkan pada saat Kajeng Kliwon untuk melakukan penyucian diri dan bersikap lebih berhati - hati karena kekuatan negatif cenderung lebih besar dari pada kekuatan yang positif, dan itu semua dapat mempengaruhi kehidupan manusia
dimuka bumi ini.



#Karena pada saat hari Kajeng Kliwon umat meyakini bahwa Sang Tiga Bhucari memohon restu dari Sang Durga Dewi untuk menggoda manusia yang melanggar atau berbuat kesalahan juga membuat mara bahaya, mengundang semua desti, teluh, terang jana guna menggoda orang yang tidak menjalan ajaran dharma ataupun
orang yang tidak berbuat baik.
#Dengan demikian sudah sepatutnya dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Hindu untuk menghaturkan persembahan dimerajan, pura dan tempat suci lainnya
kehadapan Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Durga Dewi berupa canang sari, canang raka, puspa harum, tipat dampulan, segehan kepelan, segehan cacahan, segehan putih kuning, segehan panca
warna dsb.
#Semua itu hendaknya disesuaikan dengan tempat atau keadaan dan kemampuan dari masing - masing umat.
#Dan dengan kita menghaturkan semua persembahan dan segehan itu diharapkan agar bisa mewujudkan keseimbangan alam niskala dari alam Bhuta menjadi alam Dewa.
#Semua jenis Banten atau upekara adalah merupakan simbul diri kita, lambang kemaha - kuasaan Hyang Widhi dan sebagai lambang Bhuana Agung.
(Lontar Yajna Prakrti)
#Banten segehan ini isinya didominasi oleh nasi dalam berbagai bentuknya, lengkap beserta lauk pauknya bawang merah, jahe, garam dan juga dipergunakan api takep dari dua buah sabut kelapa yang dicakupkan menyilang, sehingga membentuk tanda (+) atau swastika disertai beras dan tetabuhan berupa air, arak serta berem.
#Segehan dihaturkan kepada para Bhutakala agar tidak mengganggu ,
dinatar merajan dihaturkan segehan panca warna ditujukan pada Sang Bhuta Bhucari, dinatar pekarangan rumah dihaturkan pada Sang Kala Bhucari, didepan pintu pekarangan rumah atau angkul - angkul dihaturkan pada Sang Durga Bhucari dan juga ditempat lainya, yang tak lain adalah akumulasi dari limbah atau kotoran yang dihasilkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dalam kurun
waktu tertentu.
#Dan dengan sarana segehan ini diharapkan nantinya dapat untuk menetralisir dan dapat untuk menghilangkan pengaruh negatip dari limbah tersebut. #Segehan juga dapat dikatakan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan (palemahan).
Segehan ini biasanya dihaturkan setiap hari atau pada saat rahinan dan hari - hari tertentu.
#Setiap kepala keluarga hendaknya agar melaksanakan upacara Bali atau suguhan makanan kepada alam
dan menghaturkan persembahan ditempat - tempat terjadinya pembunuhan seperti pada ulekan, sapu, kompor, asahan pisau, dan talenan.
(Manavadharmasastra)






Kamis, 28 April 2022

Pengertian Asta Aiswarya





Pengertian Asta Aiswarya dan Bagian-bagianya

HINDUALUKTA-- Asta Aiswarya berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari kata "asta" yang berarti delapan dan kata "aiswarya" yang berarti kemahakuasaan. Jadi asta aiswarya yaitu delapan sifat kemahakuasaan dari Ida Sang Hyang Widhi.

Asta Aiswarya juga biasa disebut sebagai bentuk dan sifat ke-Maha-Kuasa-an Sanghyang Widhi skala dan niskala, yang terdiri dari delapan kekuatan, sehingga Aiswarya sering pula disebut Asta Aiswarya. Adapun dari kedelapan bagian tersebut yakni sebagai berikut:
Anima: sangat halus
Laghima: sangat ringan
Mahima: sangat besar dan sangat luas, tak terbatas
Prapti: dapat mencapai segala tempat
Isitwa: melebihi segala-galanya
Prakamya: kehendak-Nya selalu tercapai
Wasitwa: sangat berkuasa
Yatrakamawasayitwa: kodrati tidak dapat diubah
Dalam Hindu, dari kedelapan bentuk dan sifat ini dipercaya bersemayam pada-Nya yang dilambangkan sebagai Singhasana meliputi seluruh alam semesta, terpusat pada empat kekuatan aktif, yaitu: Dharma (hukum), Jnyana (pengetahuan), Wairagya (kesempurnaan), dan Aiswarya atau kekuasaan.



Niyasa (lambang) Singhasana (singa) ini disebut pula Catur Aiswarya karena dihubungkan dengan empat jenis bentuk Sakti-Nya yang berkedudukan disetiap sudut Anantasana, yaitu:
Dharma berkedudukan di tenggara (agneya) sebagai singa putih
Jnyana berkedudukan di barat-daya (nairity) sebagai singa merah
Wairagya berkedudukan di barat-laut (wayabya) sebagai singa kuning
Aiswarya berkedudukan di timur-laut (airsaniya) sebagai singa hitam
Mengapa menggunakan niyasa Singha? Karena Singha (singa) adalah mahluk alam yang paling kuat dan berkuasa. Sehingga niyasa singha berarti pula symbol kekuatan dan kekuasaan.
Keempat niyasa shakti-shakti Sanghyang Widhi itu akan membawa kebaikan bagi manusia bila dalam pemujaan menggunakan mudra dan bija- mantra yang tepat yakni Untuk singha putih dengan mudra Sara, dan bija-mantra Reng, menimbulkan perasaan mendalam dan aktif. Untuk singha merah dengan mudra Sikha, dan bija-mantra Rreng, memberi kepuasaan. Untuk singha kuning dengan mudra Kawaca, dan bija-mantra Leng, memberi kesejahteraan seluruh alam


Untuk singha hitam dengan mudra Parasu, dan bija-mantra Ling, menimbulkan rasa kagum.Yang dimaksud dengan kebaikan bagi manusia, seperti yang disebutkan di atas, adalah perasaan yakin dan dekat kepada Sanghyang Widhi, sehingga dapat mengharapkan Aiswarya Atman pada diri manusia setidak-tidaknya menyerupai atau mendekati kesamaan dengan Aiswarya Brahman (Sanghyang Widhi).




Jumat, 22 April 2022

Bhagavadgita Karma Yoga





Bhagavad-gita Bab III - Karma Yoga

Bhagavad-gita 3.1
3.1 Arjuna berkata; O Janardana, o Kesava, mengapa Anda ingin supaya hamba menjadi sibuk dalam perang yang mengerikan ini, kalau Anda menganggap kecerdasan lebih baik dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil?

Bhagavad-gita 3.2
3.2 Kecerdasan hamba dibingungkan oleh pelajaran Anda yang mengandung dua arti. Karena itu, mohon beritahukan kepada hamba dengan pasti mana yang paling bermanfaat untuk hamba.

Bhagavad-gita 3.3
3.3 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; o Arjuna yang tidak berdosa, Aku sudah menjelaskan bahwa ada dua golongan manusia yang berusaha menginsafi sang diri. Beberapa orang berminat mengerti tentang hal itu melalui angan-angan filsafat berdasarkan percobaan, sedangkan orang lain berusaha mengerti tentang hal itu melalui bhakti.

Bhagavad-gita 3.4
3.4 bukan hanya dengan menghindari pekerjaan seseorang dapat mencapai pembebasan dari reaksi, dan bukan hanya dengan melepaskan ikatan saja seseorang dapat mencapai kesempurnaan.

Bhagavad-gita 3.5
3.5 Semua orang dipaksakan bekerja tanpa berdaya menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya dari sifat-sifat alam material; karena itu, tiada seorangpun yang dapat menghindari berbuat sesuatu, bahkan selama sesaatpun.

Bhagavad-gita 3.6
3.6 Orang yang mengekang indria-indria yang bekerja tetapi pikirannya merenungkan obyek-obyek indria pasti menipu dirinya sendiri dan disebut orang yang berpura-pura.

Bhagavad-gita 3.7
3.7 Di pihak lain, kalau orang yang tulus ikhlas berusaha mengendalikan indria-indria yang giat dengan pikiran dan mulai melakukan karma yoga (dalam kesadaran Krisna ) tanpa ikatan, ia jauh lebih maju.

Bhagavad-gita 3.8
3.8 Lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab melakukan hal demikian lebih baik daripada tidak bekerja. Seseorang bahkan tidak dapat memelihara badan jasmani tanpa bekerja.




Bhagavad-gita 3.9
3.9 Pekerjaan yang dilakukan sebagai korban suci untuk visnu harus dilakukan. Kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia material ini. Karena itu lakukanlah tugas-kewajibanmu yang telah ditetapkan guna memuaskan Beliau, Wahai putera Kunti. Dengan cara demikian, engkau akan selalu tetap bebas dari ikatan.

Bhagavad-gita 3.10
3.10 Pada awal ciptaan, penguasa semua mahluk mengirim generasi-generasi manusia dan dewa, beserta korban- korban suci untuk visnu, dan memberkahi mereka dengan bersabda; Berbahagialah engkau dengan yadna (korban suci) ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.

Bhagavad-gita 3.11
3.11 Para dewa, sesudah dipuaskan dengan korban-korban suci, juga akan memuaskan engkau. Dengan demikian, melalui kerja sama antara manusia dengan para dewa, kemakmuran akan berkuasa bagi semua.

Bhagavad-gita 3.12
3.12 Para dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup. Bila para dewa dipuaskan dengan pelaksanaan yajna (korban suci), mereka akan menyediakan segala kebutuhan untukmu.Tetapi orang yang menikmati berkat-berkat itu tanpa mempersembahkannya kepada para dewa sebagai balasan pasti adalah pencuri.

Bhagavad-gita 3.13
3.13 Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.

Bhagavad-gita 3.14
3.14 Semua badan yang bernyawa hidup dengan cara makan biji-bijian, yang dihasilkan dari hujan. Hujan dihasilkan oleh pelaksanaan yajna (korban suci) dan yajna dilahirkan dari tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.

Bhagavad-gita 3.15
3.15 Kegiatan yang teratur dianjurkan di dalam veda dan veda diwujudkan secara langsung dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, yang melampaui hal-hal duniawi dan berada di mana-mana untuk selamanya dalam perbuatan korban suci.

Bhagavad-gita 3.16
3.16 Arjuna yang baik hati, orang yang tidak mengikuti sistem korban suci tersebut yang ditetapkan dalam veda pasti hidup dengan cara yang penuh dosa. Sia-sialah kehidupan orang seperti itu yang hanya hidup untuk memuaskan indria-indria.

Bhagavad-gita 3.17
3.17 Tetapi orang yang bersenang hati di dalam sang diri, yang hidup sebagai manusia demi keinsafan diri, dan berpuas hati di dalam sang diri saja, puas sepenuhnya-bagi orang tersebut tidak ada tugas kewajiban.



Bhagavad-gita 3.18
3.18 Orang yang sudah insaf akan dirinya tidak mempunyai maksud untuk dipenuhi dalam pelaksanaan tugas-tugas kewajibannya, dan dia juga tidak mempunyai alasan untuk tidak melaksanakan pekerjaan seperti itu. Dia juga tidak perlu bergantung pada makhluk hidup manapun.

Bhagavad-gita 3.19
3.19 Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.

Bhagavad-gita 3.20
3.20 Raja-raja yang seperti Janaka mencapai kesempurnaan hanya dengan pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Karena itu, untuk mendidik rakyat umum, hendaknya engkau melakukan pekerjaanmu.

Bhagavad-gita 3.21
3.21 Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apa pun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia.

Bhagavad-gita 3.22
3.22 Wahai putera prtha, tidak ada pekerjaan yang ditetapkan bagi-Ku dalam seluruh tiga susunan planet. Aku juga tidak kekurangan apapun dan Aku tidak perlu memperoleh sesuatu, namun Aku sibuk melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.




Bhagavad-gita 3.23
3.23 Sebab kalau Aku pernah gagal menekuni pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dengan teliti, tentu saja semua orang akan mengikuti jalan-Ku, wahai putera Partha.

Bhagavad-gita 3.24
3.24 Kalau Aku tidak melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan, maka semua dunia ini akan hancur. Kalau Aku berbuat demikian, berarti Aku menyebabkan penduduk yang tidak diinginkan diciptakan, dan dengan demikian Aku menghancurkan kedamaian semua makhluk hidup.

Bhagavad-gita 3.25
3.25 Seperti halnya orang bodoh melakukan tugas-tugas kewajibannya dengan ikatan terhadap hasil, begitu pula orang bijaksana dapat bertindak dengan cara yang serupa, tetapi tanpa ikatan, dengan tujuan memimpin rakyat dalam menempuh jalan yang benar.

Bhagavad-gita 3.26
3.26 Agar tidak mengacaukan pikiran orang bodoh yang terikat terhadap hasil atau pahala dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan, hendaknya orang bijaksana jangan menyuruh mereka berhenti bekerja. Melainkan, sebaiknya ia beker ja dengan semangat bhakti dan menjadikan mereka sibuk dalam segala jenis kegiatan (untuk berangsur-angsur mengembangkan kesadaran Krisna)

Bhagavad-gita 3.27
3.27 Sang roh yang dibingungkan oleh pengaruh keakuan palsu menganggap dirinya pelaku kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh tiga sifat alam material.

Bhagavad-gita 3.28
3.28 Orang yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran mutlak tidak menjadi sibuk dalam indria-indria dan kepuasan indria-indria, sebab ia mengetahui dengan baik perbedaan antara pekerjaan dalam bhakti dan pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, Wahai yang berlengan perkasa.

Bhagavad-gita 3.29
3.29 Oleh karena orang bodoh dibingungkan oleh sifat-sifat alam material, maka mereka sepenuhnya menekuni kegiatan material hingga menjadi terikat. Tetapi sebaiknya orang bijaksana jangan menggoyahkan mereka, walaupun tugas-tugas tersebut lebih rendah karena yang melakukan tugas-tugas itu kekurangan pengetahuan.

Bhagavad-gita 3.30
3.30 O Arjuna, karena itu, dengan menyerahkan segala pekerjaanmu kepada-Ku, dengan pengetahuan sepenuhnya tentang –Ku, bebas dari keinginan untuk keuntungan, tanpa tuntutan hak milik, dan bebas dari sifat malas, bertempurlah.

Bhagavad-gita 3.31
3.31 Orang yang melakukan tugas-tugas kewajibannya menurut perintah-perintah-Ku dan mengikuti ajaran ini dengan setia, bebas dari rasa iri, dibebaskan dari ikatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil.

Bhagavad-gita 3.32
3.32 Tetapi orang yang tidak mengikuti ajaran ini secara teratur karena rasa iri dianggap kehilangan segala pengetahuan, dijadikan bodoh, dan dihancurkan dalam usahanya untuk mencari kesempurnaan.




Bhagavad-gita 3.33
3.33 Orang yang berpengetahuanpun bertindak menurut sifatnya sendiri, sebab semua orang mengikuti sifat yang telah diperolehnya dari tiga sifat alam. Karena itu apa yang dapat dicapai dengan pengekangan?

Bhagavad-gita 3.34
3.34 Ada prinsip-prinsip untuk mengatur ikatan dan rasa tidak suka berhubungan dengan indria-indria dan obyek-obyeknya. Hendaknya seseorang jangan dikuasi oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hai itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri.

Bhagavad-gita 3.35
3.35 Jauh lebih baik melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk diri kita. Walaupun kita berbuat kesalahan dalam tugas-tugas itu, daripada melakukan tugas kewajiban orang lain secara sempurna. Kemusnahan sambil melaksanakan tugas kewajiban sendiri lebih baik daripada menekuni tugas kewajiban orang lain, sebab mengikuti jalan orang lain berbahaya.

Bhagavad-gita 3.36
3.36 Arjuna berkata; Apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang berdosa, walaupun dia tidak menginginkan demikian, seolah-olah dia dipaksakan untuk berbuat begitu?

Bhagavad-gita 3.37
3.37 Kepribadiaan Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna, hanya hawa nafsu saja; yang dilahirkan dari hubungan dengan sifat nafsu material dan kemudian diubah menjadi amarah, yang menjadi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu.

Bhagavad-gita 3.38
3.38 Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu pula mahluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat hawa nafsu ini.

Bhagavad-gita 3.39
3.39 Seperti itulah kesadaran murni mahluk hidup yang bijaksana ditutupi oleh musuhnya yang kekal dalam bentuk nafsu, yang tidak pernah puas dan membakar bagaikan api.

Bhagavad-gita 3.40
3.40 Indria-indria, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indria-indria, pikiran dan kecerdasan hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati mahluk hidup dan membingungkannya.

Bhagavad-gita 3.41
3.41 Wahai Arjuna, yang paling baik diantara para Bharata, karena itu, pada awal sekali batasilah lambang dosa yang besar ini ( hawa nafsu ) dengan mengatur indria-indria, dan bunuhlah pembinasa pengetahuan dan keinsafan diri ini.

Bhagavad-gita 3.42
3.42 Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus lagi daripada kecerdasan.

Bhagavad-gita 3.43
3.43 Dengan mengetahui dirinya melampaui indria-indria material, pikiran dan kecerdasan, hendaknya seseorang memantapkan pikiran dengan kecerdasan rohani yang bertabah hati ( kesadaran Krsna ), dan dengan demikian- melalui kekuatan rohani, mengalahkan hawa nafsu, musuh yang tidak pernah puas, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.

Sumber : cakepane.blogspot.com

Kamis, 21 April 2022

BEBANTENAN DI TEMPAT MENANAM ARI ARI DAN MAKNA DARI BATU GULITAN DAN PANDAN.

 



BEBANTENAN
Setelah ari-ari ditanam, di atasnya ditanami pohon pandan (ada juga ditambah batang kantawali dan sebatang buluh).
.
Kemudian diatas tanah, diletakkan sebuah batu hitam atau batu bulitan. Di atas batu diletakkan sebuah lampu Bali (sentir) yang menyala. Sentir dibiarkan tetap menyala sampai bayi kepus pusar. Terakhir, ditutup dengan guungan.
.
Di bagian hulu dari tempat nanam ari-ari, ditancapkan sebuah sanggah tutuan dihiasi dengan bunga merah. Sanggah dilengkapi sampian, gantung- gantungan. Sanggah ini sebagai stana Sanghyang Maha Yoni.
.
Aturang segehan beralaskan daun taru sakti (dapdap) pada Ari-ari sebanyak empat tanding yang merupakan persembahan kepada Catur Sanak.



.
Kepelan putih satu tanding, lauknya garam menghadap ke timur.
Kepelan merah (bang) satu tanding, dengan lauk bawang menghadap ke selatan.
Kepelan kuning satu tanding, lauk jahe menghadap ke barat.
Kepelan hitam (ireng) satu tanding, lauk uyah areng menghadap ke utara
.
Saat mesegehan ayat sang butha preta. Untuk membantu fokus saat ngayat, bisa pakai sesontegan "Ong sang butha preta, empu semeton jrone sang rare, mangde pageh angemit." Kemudian percikkan tetabuhan berem dan arak.
.
Lakukan ritual menghaturkan segehan ini setiap rahinan jagat, kliwon serta petemuan dina kelahiran bayi.
.
Untuk harian, setiap hari di atas batu bulitan atau batu hitam disajikan banten nasi segenggam di atas daun dapdap dengan lauk garam dan arang.
.
Setiap selesai memandikan bayi, siramkan air memandikan bayi tersebut di batu hitam tersebut.
.
Pada sanggah Tutuan, haturkan soda putih kuning, canang sari.

.
MAKNA PERLENGKAPAN MENANAM ARI ARI
Batu Gulitan
Mengandung makna sebagai permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar sang bayi dianugrahi panjang umur.
.
Pohon pandan duri
Merupakan simbol wujud buaya putih sebagai penjaga bayi terhadap gangguan yang bersifat black magic.
.
Sentir
Lampu ini berbahan bakar minyak kelapa yang dicampur dengan minyak lampu wayang (tunasin ring jro dalang) serta minyak kelapa (nyuh surya).
.
Lampu Bali yang menyala melambangkan Sanghyang Surya Candra, yaitu memiliki kekuatan Widia, oleh karena itu lampu tersebut ditatabkan atau ayab dengan mantra "Om Ang Ah suryya candra gumelar ya namah swaha".
.
Ini sebagai lambang kekuatan maya Sang Hyang Widhi dan sebagai Cakra Jala (batas pandang alam semesta), di mana Catur Sanak merupakan bagian mayanya Sang Hyang Widhi dan merupakan unit kehidupan maya di alam semesta, serta menjadi pelindung bayi.
.
Sanggah Tutuan
Merupakan simbol dari stananya Sang Hyang Maha Yoni sebagai penjaga si Bayi.
.
SEKIAN
Sumber teks: baliexpress.jawapos. com
Gambar: sanggah tutuan dan guungan. Sumber mantrahindu. com
Batu gulitan dan pandan medui. Sumber kb.alitmd.com