Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu: Dasa, Yama dan Brata. Dasa berarti sepuluh,
Yama berarti Pengendalian,
Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.
Jadi arti dari Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup. Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:
1. Anrsamsa
Anresamsa atau anrisamsa berasal dari kata “A” yang berarti tidak, dan Nrisamsa berarti orang kejam atau orang yang suka menyiksa sesamanya. Anremsasa dengan demikian berarti tidak kejam atau tidak keji. Umat hindu hendaknya selalu bersikap baik terhadap siapa saja dan dapat mengendalikan dirinya dengan baik. Umat hindu yang tidak dapat mengendalikan dirinya akan dicap sebagai orang yang tidak baik dan bisa jadi dipandang sebagai orang yang kejam.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
a. Membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat
b. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
c. Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,
d. Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil,
e. Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.
2. Ksama
Ksama artinya pemaaf atau sifat yang mudah memaafkan. Umat hindu hendaknya merupakan sosok yang pemaaf dan tidak bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain merupakan sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya sadar bahwa berbuat kesalahan adalah manusiawi, artinya kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat pemaaf hendaknya selalu menjadi pola pikir umat hindu.
Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
a. Memaafkan kesalahan teman
b. Tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman
c. Tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas
d.Tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.
3. Satya
Satya artinya jujur, bena atau bersifat baik. Orang yang melaksanakan satya brata berarti bahwa orang itu tidak pernah menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu berterus terang. Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Karena itu mereka hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain, selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.
Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya, diantaranya:
a. Satya wacana yaitu harus setia dan jujur dalam berkata, tidak sombong, selalu menjaga sopan santun dalam berbicara, tidak boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang lain.
b. Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati nuraninya, selalu konsisten dan berpendirian yang teguh dalam melaksanakan ajaran kebenaran.
c. Satya laksana, artinya harus jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
d. Satya mitra, artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak boleh berkhianat.
e. Satya semaya, artinya selalu menepati janji dan tidak boleh ingkar janji.
4. Ahimsa
Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain. Membunuh adalah perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang. Jangan membunuh dan jangan berbuat dosa. Pengecualian hanya diberikan dalam hal membunuh binatang dengan maksud untuk dipergunakan sebagai pengorbanan suci atau yadnya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
a. Tidak membunuh binatang sembarangan
b Tidak meracuni hewan
c. Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur
d. Tidak memfitnah
e. Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,
2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur,
3. Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.
5. Dama
Dama berarti mengendalikan nafsu atau mengalahkan nafsu. Dama juga berarti mengendalikan diri atau mengendalikan nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan atau menundukkan hawa napsunya. Mereka seharusnya tidak mengumbar hawa napsunya sekedar hanya karena hendak memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat memilah yang baik-baik saja agar dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman batiniah. Hanya dengan ketenangan dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
a. Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru
b. Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan
c. Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas diri
d. Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendiri
e. Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
6. Arjawa
Arjawa berasal dari kata “Arja” yang berarti teguh pendirian, arjawa juga berarti mempertahankan kebenaran. Orang yang selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu berusaha untuk berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur dan tidak pernah berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada kebenaran. Umat hindu haruslah teguh dalam menjunjung tinggi kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang teguh pada pendirian, seseorang akan tidak mudah terombang-ambing oleh pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
a. Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar
b. Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah
c. Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan
d. Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang
e. Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut karena Salah.
7. Priti
Priti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas asih atau penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai manakala ditujukan terhadap orang yang sedang i kesulitan.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
a. Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar
b. Memelihara hewan peliharaan dengan baik
c. Rajin merawat dan memupuk tanaman dan sebagainya.
8. Prasada
Prasada artinya berpikir tenang, bersih dan suci. Tenang artinya tidak mudah berubah pikiran, tidak goyah, tetapi juga tidak takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu berpikir positif, berpikir jernih dan suic serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Mereka hendaknya tidak memelihara sikap yang serba curiga terhadap orang lain. Dengan bersikap seperti itu, maka kesucian pikirannya akan menjadi terganggu dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan ketentraman sehingga akan sulit baginya untuk menuju kejalan Tuhan.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
a. Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,
b. Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lain
c. Rajin sembahyang
d. Jujur dan setia terhadap setiap tindakan Berbuat yang iklas tanpa pamerih
f. Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dan lain-lain.
9. Madhurya
Madhurya berasal dari kata “Madhu” yang berarti manis. Manis disini berarti lemah lembut, tidak berkata keras apalagi kasar. Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut dan dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung apalagi menyakiti hati. Bersikap manis, ramah dan santun adalah sangat baik bagi umat hindu. Mereka hendaknya dapat mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap siapapun juga.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
a. Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek
b. Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah tersinggung
c. Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada
d. Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja
e. Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,
f. Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain
g. Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam.
10. Mardawa
Mardawa berarti rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan tidak suka bersikap sombong. Rendah hati tidak berarti rendah diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau menunjukan kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah hati, dan bersikap manis terhadap siapapun juga. Mereka yang bersikap kasar apalagi bertindak semaunya sendiri, tentunya akan dijauhi oleh warganya.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
a. Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan
b. Menghargai orang lain
c. Menghormati orang lain
d. Tidak mementingkan diri sendiri
e. Peduli terhadap orang lain
f. Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongan
g. Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan
h. Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain
i. Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam
j. Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.