Sabtu, 11 Maret 2023

"SÊSAJI ~ SÊSAJÈN" (Jawa)

(BSW05092020SKG) 

Terbentuk dari kata SÊwiji Sing AJI. Menyajikan (menghaturkan) semua rangkaian hasil bumi yang Aji (berharga/bernilai tinggi dan indah) untuk para Leluhur dan Semesta Raya.

Sesaji adalah bentuk persembahan (haturan) suci yang diperuntukkan bagi YANG DILUHURKAN dan DIHARGAI.
Maka orang Jawa mengungkapkannya sebagai SAJÈN (menghaturkan bagi yang di-AJÈN-i/dihargai/dihormati). 

Dalam memberikan sesaji, si pemberi sesaji memberikan hasil bumi yang terindah, baik berupa tumbuhan, ataupun binatang peliharaan seperti ayam, sapi, kerbau dan lain sebagainya.

Semua ada arti filosofi dan tujuannya, sesaji dihaturkan sebagai bentuk penghargaan ke semesta raya, apa yang diberikan oleh semesta perlu kembalikan lagi sebagai bentuk penyadaran akan pelestarian terindah.


Ada ungkapan JAWA berbunyi:
"YÈN TAN MÅWÅ SARÅNÅ, PARAN KATÊKANING KAPTI, LIR MBÊBÊDHAG TANPÅ WISÅYÅ"
(Jika tanpa SARANA, bagaimana akan tercapai pada apa yang di kehendaki, bagaikan orang berburu yang tanpa menggunakan perlengkapan)

Sesaji dalam budaya Jawa pun masih dibagi menjadi beberapa macam tergantung peruntukannya dan Tujuan Upacara, seperti : 
Sesaji untuk ungkapan terimakasih dan kesukacitaan, pernikahan, mitoni, kelahiran, selapanan, nêtonan, punya gawé, sedekah Bhumi dll.

Dalam penyajiannya ditata sedemikian rupa dan seindah mungkin dengan menyertakan RAsa, CIpta dan Karsa (RACIKan) DIRI.

Semua yang disajikan begitu sarat mengandung pengertian dan filosofi.

Berikut SESAJI dalam budaya JAWA:

1. NASI TUMPÊNG. 
(mêTU né mêMPÊNG, TU muju Marang PÊNGèran)

Pengertiannya "Ketika Keluar harus dengan penuh keSUNGUHan dan Semangat terarah kepada Sang Pemberi Hidup."


Tumpeng dibuat dari nasi putih atau kuning yang dibuat kerucut seperti Gunung, yang merupakan representasi konsep Ke TUHAN an. 

Puncak Spiritual tertinggi, melalui jalan manapun dari arah manapun semua nya menuju pada satu titik puncak yg sama.

2. INGKUNG AYAM 
(INGkang ManêKUNG)
"Yang merundukkan diri/manekung dihadapan semesta dengan keungguhan hati"

Disimbolkan dari ayam jantan kampung utuh, karena ayam tidak serakah melahap semua makanan yang diberikan, tapi memilih hanya makanan yang tersesuai, juga sebagai simbol orisinalitas/kemurnian.

Dan ayam adalah binatang yang peka energi, hari baru ditandai dengan suara kokok ayam sebelum matahari terbit.

3. LAUK PAUK 7 MACAM (PITU)
Makna angka 7 (Pithu) mengacu pada PITULUNGAN/pertolongan, PITUTUR (ajaran), PITUDUH (petunjuk), PITUJU (tujuan), PITUWAS (ubarampe), PITUKON (harga yang harus dibayar), PITUNGKAS (pengorbanan). 

Lauk pauk dan sayuran yang masing-masing berjumlah 7 macam. 

4. BUBUR MERAH PUTIH
Merupakan ejawantah dari Ibu Bhumi yaitu sel darah/telur Ibu dan sperma Bapak Angkasa. 

5. MINUMAN. 
Kopi, Teh tubruk, toya wening
- Kopi: Kokoh Pikir (ngolah pikiran)
- Teh tubruk: sari seduhan daun dan batang teh pilihan yg banyak mengandung khasiat utk manusia dan memberi rasa menenangkan.
- Air (Toya) wening: 
Simbol dari kejernihan hati dan kebeningan nalar yang diperoleh dari ketenangan buaj pengelolaan penyadaran. 

6. JAJAN PASAR 7 MACAM
Segala macam jajanan/makanan tradisional yang biasanya terbuat dari tepung beras/ketan, gula Jawa dan Kelapa atau santannya.

7. BUAH-BUAHAN 7 MACAM
Terdiri dari: Pisang raja setangkep (2 sisir),
Pisang mas setangkep dan buah-buahan lainnya.
Mengapa selalu pisang Raja dan pisang emas yang dipakai dalam Sajen Jawa?
Filosofinya adalah Keluhuran dan Kemakmuran seperti kehidupan para Raja/Ratu. 
Simbol dari kemakmuran dan keluhuran adalah Emas. 
Dan pisang emas itu sendiri memiliki kandungan energi dan guna luar biasa 

8. UMBI-UMBIAN 7 MACAM
Pengertiannya adalah pohon Kehidupan kita dimulai dengan menanam Umbi (bakal pohon) dari bibit terbaik dan menanam Pohon Jiwa yang Baru.


9. PERLENGKAPAN NYIRIH/NGINANG. 
Terdiri dari daun sirih, pinang, gambir tembakau terbaik, ditata dalam satu tempat yang disertakan juga sisir, cermin dan benang lawe dan telur ayam kampung serta beras.
Telur ayam kampung sebagai simbol WIJI DADI (permulaan kehidupan). 

10. KELAPA/CÊNGKIR GADING
Kelapa filosofinya adalah setiap bagian nya mengandung guna dan manfaat untuk kehidupan mulai dari batang smp tulang daun, daun dan buah serta bunganya. Semakin tua kelapa semakin berisi santannya(sarinya)
CÊNGKIR : kênCÊNG ing taKIR (kuat penyadarannya dalam ketepatan takaran diri) kemudian di RASA dan didorong dengan kehendak (KARSA) dan dilakukan dengan KARYA. Untuk menggatrakan kemulian (GADING) kehidupan. 

HOOONGNGNGNGNGNGNGNGNGNG 
HURIP HANGLÊLURI YASAN LÊLUHUR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar