Minggu, 26 November 2023

Banten Prayascita

 



Tempeh, kulit sayut, kulit peras5, 5 don tabya bun, nasi sayut, 5 kupak telor dadar, kojong rasmen, raka, peras tulung sayut, payasan, takur tepung tawar n sekarura, payuk pere padma, sesarik, penyeneng, s nagasari, canang

Asta Aiswarya

 



Asta Aiswarya berasal dari bahasa sansekerta, yakni dari kata Asta yang artinya delapan, dan kata Aiswarya yang berarti kemahakuasaan.Dengan demikian Asta Aiswarya mengandung arti Delapan sifat kemahakuasaan Tuhan. Asta Aiswarya dapat digambarkan sebagai kemahakuasaan Ida Sanghyang Widhi sebagai Padma Asta Dala ( teratai berdaun delapan ). Kedelapan kemahakuasaan Ida Sanghyang Widhi tersebut  meliputi : Anima, Laghima, Mahima, Prapti, Prakamya, Isitwa, Wasitwa, dan Yatrakamawasaitwa.



Anima > Sifat Sanghyang Widhi Maha Kecil, lebih kecil dari benda terkecil (otom). Atom bagian terkecil dari unsur-unsur, jadi sifat Ida Sanghyang Widhi menjangkau segala sesuatu yang lebih kecil dari atom. Karena kecilnya sifat Beliau sehingga dapat memasuki tempat-tempat yang sekecil-kecilnya. Tidak ada yang lebih kecil dari Beliau.

Laghima > Sanghyang Widhi Maha Ringan, lebih ringan dari benda yang teringan (ether), atau lebih ringan daripada gas. Sanghyang Widhi mampu mengambang di udara, dan terapung di air, sehingga dapat menjangkau segala tempat.

Mahima > Sanghyang Widhi Maha Besar, lebih besar dari benda yang terbesar. Sanghyang Widhi meresapi dan memenuhi segala tempat,tiada ruang yang kosong bagi beliau. Beliau berada di dalam dan diluar alam ini

Prapti > berarti tiba, maksudnya segala tempat terjangkau oleh Ida Sanghyang Widhi, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, pada yang bersamaan beliau berada berada di segala tempat..

Prakamya > Segala kehendak dan keinginan Sanghyang Widhi akan terwujud, segala keinginan Beliau pasti tercapai.

Isitwa > Sifat Sanghyang Widhi Maha Utama / sifat Sanghyang Widhi sangat mulia, selalu unggul, mengungguli segalanya.


Wasitwa > artinya Maha Kuasa, Beliaulah yang paling berkuasa di dunia ini. Beliaulah yang paling menentukan atas kelahiran, kehidupan dan kematian semua makhluk di dunia ini. Beliau pulalah yang menentukan terciptanya dunia (sresti) dan Beliau pulalah yang mengembalikan dunia ini keasalnya (pralaya)

Yatrakamawasaitwa > artinya segala kehendak Sanghyang Widhi akan terlaksana dan tidak ada yang dapat menentang kodratNya.

Maka dapat disimpulkan makna Asta Aiswarya adalah sebagai ajaran yang menuntun umat manusia agar selalu berbakti dan selalu berbuat baik dan jujur, karena Sanghyang Widhi sebagai saksi perbuatan segala makhluk di semua tempat dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.


Bhagavadgita Arjuna Wisada Yogah






Bhagavadgita Bab I - Meninjau Tentara-Tentara Di Medan Perang KurukshetraBhagavad-gita 1.1
dhṛtarāṣṭra uvāca, dharma-kṣetre kuru-kṣetre, samavetā yuyutsavaḥ, māmakāḥ pāṇḍavāś caiva, kim akurvata sañjaya
Artinya;
Dhrtarastra berkata; Wahai Sanjaya, sesudah putera-puteraku dan putera pandu berkumpul di tempat suci kuruksetra dengan keinginan untuk bertempur, apa yang dilakukan oleh mereka?

Bhagavad-gita 1.2
sañjaya uvāca, dṛṣṭvā tu pāṇḍavānīkaḿ, vyūḍhaḿ duryodhanas tadā, ācāryam upasańgamya, rājā vacanam abravīt
Artinya;
Sanjaya berkata; wahai Baginda Raja, sesudah meninjau tentara yang telah disusun dalam barisan-barisan oleh para putera pandu, raja Duryodhana mendekati gurunya dan berkata sebagai berikut.

Bhagavad-gita 1.3
paśyaitāḿ pāṇḍu-putrāṇām, ācārya mahatīḿ camūm, vyūḍhāḿ drupada-putreṇa, tava śiṣyeṇa dhīmatā,
Artinya;
Wahai Guruku, lihatlah tentara-tentara besar para putera pandu, yang disusun dengan ahli sekali oleh putera Drupada, murid anda yang cerdas.

Bhagavad-gita 1.4
atra śūrā maheṣv-āsā, bhīmārjuna-samā yudhi, yuyudhāno virāṭaś ca, drupadaś ca mahā-rathaḥ,
Artinya;
Di sini dalam tentara ini ada banyak pahlawan pemanah yang sehebat Bhisma dan Arjuna dalam pertempuran; kesatria-kesatria yang hebat seperti Yuyudhana, virata dan Drupada.

Bhagavad-gita 1.5
dhṛṣṭaketuś cekitānaḥ, kāśirājaś ca vīryavān, purujit kuntibhojaś ca, śaibyaś ca nara-puńgavaḥ,
Artinya;
Ada juga kesatria-kesatria yang hebat, perkasa dan memiliki sifat kepahlawanan seperti Dhrstaketu, Cekitana, Kasiraja, Purujit, Kunti-bhoja dan Saibya.

Bhagavad-gita 1.6
yudhāmanyuś ca vikrānta, uttamaujāś ca vīryavān, saubhadro draupadeyāś ca, sarva eva mahā-rathāḥ,
Artinya;
Ada Yudhamanyu yang agung, Uttamauja yang perkasa sekali, putera Subhadra dan putera-putera Draupadi. Semua kesatria itu hebat sekali bertempur dengan menggunakan kereta.




Bhagavad-gita 1.7
asmākaḿ tu viśiṣṭā ye, tān nibodha dvijottama, nāyakā mama sainyasya, saḿjñārthaḿ tān bravīmi te,
Artinya;
Tetapi perkenankanlah saya menyampaikan keterangan kepada anda tentang komandan-komandan yang mempunyai kwalifikasi luar biasa untuk memimpin bala tentara saya, wahai brahmana yang paling baik.

Bhagavad-gita 1.8
bhavān bhīṣmaś ca karṇaś ca, kṛpaś ca samitiḿ-jayaḥ, aśvatthāmā vikarṇaś ca, saumadattis tathaiva ca,
Artinya;
Ada tokoh-tokoh seperti Prabhu sendiri, Bhisma, Karna, Krpa, Asvatthama, Vikarna, dan putera Somadatta bernama Bhurisrava, yang selalu menang dalam perang.

Bhagavad-gita 1.9
anye ca bahavaḥ śūrā, mad-arthe tyakta-jīvitāḥ, nānā-śastra-praharaṇāḥ, sarve yuddha-viśāradāḥ,
Artinya;
Ada banyak pahlawan lain yang bersedia mengorbankan nyawanya demi kepentingan saya. Semuanya dilengkapi dengan berbagai jenis senjata, dan berpengalaman di bidang ilmu militer.

Bhagavad-gita 1.10
aparyāptaḿ tad asmākaḿ, balaḿ bhīṣmābhirakṣitam, paryāptaḿ tv idam eteṣāḿ, balaḿ bhīmābhirakṣitam,
Artinya;
Kekuatan kita tidak dapat diukur, dan kita dilindungi secara sempurna oleh kakek Bhisma, sedangkan para pandava, yang dilindungi dengan teliti oleh Bhisma, hanya mempunyai kekuatan yang terbatas.

Bhagavad-gita 1.11
ayaneṣu ca sarveṣu, yathā-bhāgam avasthitāḥ, bhīṣmam evābhirakṣantu, bhavantaḥ sarva eva hi,
Artinya;
Sekarang anda semua harus memberi dukungan sepenuhnya kepada kakek Bhisma, sambil berdiri di ujung-ujung strategis masing-masing di gerbang-gerbang barisan tentara.

Bhagavad-gita 1.12
tasya sañjanayan harṣaḿ, kuru-vṛddhaḥ pitāmahaḥ, siḿha-nādaḿ vinadyoccaiḥ, śańkhaḿ dadhmau pratāpavān,
Artinya;
Kemudian Bhisma, leluhur agung dinasti kuru yang gagah berani, kakek para ksatria, meniup kerangnya dengan keras sekali bagaikan suara singa sehingga Duryodhana merasa riang.

Bhagavad-gita 1.13
tataḥ śańkhāś ca bheryaś ca, paṇavānaka-gomukhāḥ, sahasaivābhyahanyanta, sa śabdas tumulo ‘bhavat,
Artinya;
Sesudah itu, kerang-kerang, gendang-gendang, bedug, dan berbagai jenis terompet semuanya dibunyikan seketika, sehingga paduan suaranya menggemparkan.

Bhagavad-gita 1.14
tataḥ śvetair hayair yukte, mahati syandane sthitau, mādhavaḥ pāṇḍavaś caiva, divyau śańkhau pradadhmatuḥ,
Artinya;
Di pihak lawan, Sri Krsna bersama Arjuna yang mengendarai kereta megah yang ditarik oleh kuda-kuda berwarna putih juga membunyikan kerang-kerang rohani mereka.




Bhagavad-gita 1.15
pāñcajanyaḿ hṛṣīkeśo, devadattaḿ dhanañjayaḥ, pauṇḍraḿ dadhmau mahā-śańkhaḿ, bhīma-karmā vṛkodaraḥ,
Artinya;
Kemudian Sri Krsna meniup kerang-Nya bernama Devadatta; dan Bhisma, pelahap dan pelaksana tugas-tugas yang berat sekali, meniup kerangnya yang mengerikan bernama Paundra.

Bhagavad-gita 1.16-18
anantavijayaḿ rājā, kuntī-putro yudhiṣṭhiraḥ, nakulaḥ sahadevaś ca, sughoṣa-maṇipuṣpakau, kāśyaś ca parameṣv-āsaḥ, śikhaṇḍī ca mahā-rathaḥ, dhṛṣṭadyumno virāṭaś ca, sātyakiś cāparājitaḥ, drupado draupadeyāś ca, sarvaśaḥ pṛthivī-pate, saubhadraś ca mahā-bāhuḥ, śańkhān dadhmuḥ pṛthak pṛthak,
Artinya;
Raja Yudhistira, putera kunti, meniup kerangnya yang bernama Anantavijaya, Nakula dan Sahadeva meniup kerangnya bernama Sugosha dan Manipuspaka. Pemanah yang perkasa raja Kasi, ksatria hebat yang bernama Sikandi, Dhrstadyumna, virata, dan Satyaki yang tidak pernah dikalahkan, Drupada, para putera Draupadi, dan lain-lain, seperti putera Subhadra, yang berlengan perkasa, semua meniup kerang-kerangnya masing-masing; wahai Baginda Raja.

Bhagavad-gita 1.19
sa ghoṣo dhārtarāṣṭrāṇāḿ, hṛdayāni vyadārayat, nabhaś ca pṛthivīḿ caiva, tumulo ‘bhyanunādayan,
Artinya;
Berbagai jenis kerang tersebut ditiup hingga menggemparkan. Suara kerang-kerang bergema baik di langit maupun di bumi, hingga mematahkan hati para putera Dhrtarastra.

Bhagavad-gita 1.20
atha vyavasthitān dṛṣṭvā, dhārtarāṣṭrān kapi-dhvajaḥ, pravṛtte śastra-sampāte, dhanur udyamya pāṇḍavaḥ, hṛṣīkeśaḿ tadā vākyam, idam āha mahī-pate,
Artinya
Pada waktu itu, Arjuna, putera pandu, yang sedang duduk di atas kereta, yang benderanya berlambang hanuman, mengangkat busurnya dan bersiap-siap untuk melepaskan anak panahnya. Wahai paduka Raja, sesudah memandang putera-putera Dhrstaratra, lalu Arjuna berkata kepada Hrsikesa [krsna] sebagai berikut.

Bhagavad-gita 1.21-22
arjuna uvāca, senayor ubhayor madhye, rathaḿ sthāpaya me ‘cyuta, yāvad etān nirīkṣe ‘haḿ, yoddhu-kāmān avasthitān, kair mayā saha yoddhavyam, asmin raṇa-samudyame,
Artinya;
Arjuna berkata; wahai Krsna yang tidak pernah gagal, mohon membawa kereta saya di tengah-tengah antara kedua tentara agar saya dapat melihat siapa yang ingin bertempur di sini dan siapa yang harus saya hadapi dalam usaha perang yang besar ini.

Bhagavad-gita 1.23
yotsyamānān avekṣe ‘haḿ, ya ete ‘tra samāgatāḥ, dhārtarāṣṭrasya durbuddher, yuddhe priya-cikīrṣavaḥ,
Artinya;
BACA JUGA
Misteri Kutukan Ratu Gede Mecaling di Batuan
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bali, Fengshui Membangun Bangunan di Bali
Asta Kosala dan Asta Bumi Arsitektur Bangunan Suci Sanggah dan Pura di BaliPerkenankanlah saya melihat mereka yang datang ke sini untuk bertempur karena keinginan mereka untuk menyenangkan hati putera Dhrtarastra yang berpikir jahat.

Bhagavad-gita 1.24
sañjaya uvāca, evam ukto hṛṣīkeśo, guḍākeśena bhārata, senayor ubhayor madhye, sthāpayitvā rathottamam,
Artinya;
Sanjaya berkata; wahai putera keluarga Bharata, setelah disapa oleh Arjuna, Sri Krsna membawa kereta yang bagus itu ke tengah-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak.

Bhagavad-gita 1.25
bhīṣma-droṇa-pramukhataḥ, sarveṣāḿ ca mahī-kṣitām, uvāca pārtha paśyaitān, samavetān kurūn iti,
Artinya;
Di hadapan Bhisma, Drona dan semua pemimpin dunia lainnya, Sri Krsna bersabda, wahai partha, lihatlah para kuru yang sudah berkumpul di sini.

Bhagavad-gita 1.26
tatrāpaśyat sthitān pārthaḥ, pitṝn atha pitāmahān, ācāryān mātulān bhrātṝn, putrān pautrān sakhīḿs tathā, śvaśurān suhṛdaś caiva, senayor ubhayor api,
Artinya;
Di sana di tengah-tengah tentara-tentara kedua belah pihak Arjuna dapat melihat para ayah, kakek, guru, paman dari keluarga ibu, saudara, putera, cucu, kawan, mertua, dan orang-orang yang mengharapkan kesejahteraannya semua hadir di sana.

Bhagavad-gita 1.27
tān samīkṣya sa kaunteyaḥ, sarvān bandhūn avasthitān, kṛpayā parayāviṣṭo, viṣīdann idam abravīt,
Artinya;
Ketika Arjuna, putera kunti , melihat berbagai kawan dan sanak keluarganya ini, hatinya tergugah rasa kasih sayang dan dia berkata sebagai berikut.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Bhagavad-gita 1.28
arjuna uvāca, dṛṣṭvemaḿ sva-janaḿ kṛṣṇa, yuyutsuḿ samupasthitam, sīdanti mama gātrāṇi, mukhaḿ ca pariśuṣyati,
Artinya;
Arjuna berkata; Krsna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota badan-badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering.

Bhagavad-gita 1.29
vepathuś ca śarīre me, roma-harṣaś ca jāyate, gāṇḍīvaḿ sraḿsate hastāt, tvak caiva paridahyate,
Artinya;
Seluruh badan saya gemetar, dan bulu roma berdiri. Busur Gandiva terlepas dari tangan saya, dan kulit saya terasa terbakar.

Bhagavad-gita 1.30
na ca śaknomy avasthātuḿ, bhramatīva ca me manaḥ, nimittāni ca paśyāmi, viparītāni keśava,
Artinya;
Saya tidak tahan lagi berdiri di sini, saya lupa akan diri, dan pikiran saya kacau. O Krsna, saya hanya dapat melihat sebab-sebab malapetaka saja, wahai pembunuh raksasa bernama Kesi.


Bhagavad-gita 1.31
na ca śreyo ‘nupaśyāmi, hatvā sva-janam āhave, na kāńkṣe vijayaḿ kṛṣṇa, na ca rājyaḿ sukhāni ca,
Artinya;
Saya tidak dapat melihat bagaimana hal-hal yang baik dapat diperoleh kalau saya membunuh sanak keluarga sendiri dalam perang ini. Krsna yang baik hati, saya juga tidak dapat menginginkan kejayaan, kerajaan, maupun kebahagiaan sebagai akibat perbuatan seperti itu

Bhagavad-gita 1.32-35
kiḿ no rājyena govinda, kiḿ bhogair jīvitena vā, yeṣām arthe kāńkṣitaḿ no, rājyaḿ bhogāḥ sukhāni ca, ta ime ‘vasthitā yuddhe, prāṇāḿs tyaktvā dhanāni ca, ācāryāḥ pitaraḥ putrās, tathaiva ca pitāmahāḥ, mātulāḥ śvaśurāḥ pautrāḥ, śyālāḥ sambandhinas tathā, etān na hantum icchāmi, ghnato ‘pi madhusūdana, api trailokya-rājyasya, hetoḥ kiḿ nu mahī-kṛte, nihatya dhārtarāṣṭrān naḥ, kā prītiḥ syāj janārdana,
Artinya;
O Govinda, barang kali kita menginginkan kerajaan, kebahagiaan, ataupun kehidupan untuk orang tertentu, tetapi apa gunanya kerajaan, kebahagiaan ataupun kehidupan bagi kita kalau mereka sekarang tersusun pada medan perang ini? O Madhusudana, apabila para guru, ayah, putera, kakek, paman dari keluarga ibu, mertua, cucu, ipar dan semua sanak keluarga bersedia mengorbankan nyawa dan harta bendanya dan sekarang berdiri di hadapan saya, mengapa saya harus berhasrat membunuh mereka, meskipun kalau saya tidak membunuh mereka, mungkin mereka akan membunuh saya? Wahai pemelihara semua makhluk hidup, jangankan untuk bumi ini, untuk imbalan seluruh tiga dunia ini pun saya tidak bersedia bertempur melawan mereka. Kesenangan apa yang akan kita peroleh kalau kita membunuh para putera dhrtarastra?

Bhagavad-gita 1.36
pāpam evāśrayed asmān, hatvaitān ātatāyinaḥ, tasmān nārhā vayaḿ hantuḿ, dhārtarāṣṭrān sa-bāndhavān, sva-janaḿ hi kathaḿ hatvā, sukhinaḥ syāma mādhava,
Artinya;
Kita akan dikuasai oleh dosa kalau kita membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putera Dhrtarastra dan kawan-kawan kita. O Krsna, suami dewi keberuntungan, apa untungnya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?

Bhagavad-gita 1.37-38
yady apy ete na paśyanti, lobhopahata-cetasaḥ, kula-kṣaya-kṛtaḿ doṣaḿ, mitra-drohe ca pātakam, kathaḿ na jñeyam asmābhiḥ, pāpād asmān nivartitum, kula-kṣaya-kṛtaḿ doṣaḿ, prapaśyadbhir janārdana,
Artinya;
O Janardana, walaupun orang ini yang sudah dikuasai oleh kelobaan tidak melihat kesalahan dalam membunuh keluarga sendiri atau bertengkar dengan kawan-kawan, mengapa kita yang dapat melihat bahwa membinasakan satu keluarga adalah kejahatan harus melakukan perbuatan berdosa seperti itu?




Bhagavad-gita 1.39
kula-kṣaye praṇaśyanti, kula-dharmāḥ sanātanāḥ, dharme naṣṭe kulaḿ kṛtsnam, adharmo ‘bhibhavaty uta,
Artinya;
Dengan hancurnya sebuah dinasti, seluruh tradisi keluarga yang kekal dihancurkan, dan dengan demikian sisa keluarga akan terlibat dalam kebiasaan yang bertentangan dengan dharma.

Bhagavad-gita 1.40
dharmābhibhavāt kṛṣṇa, praduṣyanti kula-striyaḥ, strīṣu duṣṭāsu vārṣṇeya, jāyate varṇa-sańkaraḥ,
Artinya;
O Krsna, apabila hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela dalam keluarga, kaum wanita dalam keluarga ternoda, dan dengan merosotnya kaum wanita, lahirlah keturunan yang tidak diinginkan, wahai putera keluarga vrsni.

Bhagavad-gita 1.41
sańkaro narakāyaiva, kula-ghnānāḿ kulasya ca, patanti pitaro hy eṣāḿ, lupta-piṇḍodaka-kriyāḥ,
Artinya;
Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diinginkan tentu saja menyebabkan keadaan seperti di neraka baik bagi keluarga maupun mereka yang membinasakan tradisi keluarga. Leluhur keluarga-keluarga yang sudah merosot seperti itu jatuh, sebab upacara-upacara untuk mempersembahkan makanan dan air kepada leluhur terhenti sama sekali.

Bhagavad-gita 1.42
doṣair etaiḥ kula-ghnānāḿ, varṇa-sańkara-kārakaiḥ, utsādyante jāti-dharmāḥ, kula-dharmāś ca śāśvatāḥ,
Artinya;
Akibat perbuatan jahat para penghancur tradisi keluarga yang menyebabkan lahirnya anak-anak yang tidak diinginkan, segala jenis program masyarakat dan kegiatan demi kesejahteraan keluarga akan binasa.

Bhagavad-gita 1.43
utsanna-kula-dharmāṇāḿ, manuṣyāṇāḿ janārdana, narake niyataḿ vāso, bhavatīty anuśuśruma,
Artinya;
O Krsna, pemelihara rakyat, saya sudah mendengar menurut garis perguruan bahwa orang yang membinasakan tradisi-tradisi keluarga selalu tinggal di neraka.


Bhagavad-gita 1.44
aho bata mahat pāpaḿ, kartuḿ vyavasitā vayam, yad rājya-sukha-lobhena, hantuḿ sva-janam udyatāḥ,
Artinya;
Aduh, alangkah anehnya bahwa kita sedang bersiap-siap untuk melakukan kegiatan yang sangat berdosa. Didorong oleh keinginan untuk menikmati kesenangan kerajaan, kita sudah bertekad membunuh sanak keluarga sendiri.

Bhagavad-gita 1.45
yadi mām apratīkāram, aśastraḿ śastra-pāṇayaḥ, dhārtarāṣṭrā raṇe hanyus, tan me kṣemataraḿ bhavet,
Artinya;
Lebih baik bagi saya kalau para putera Dhrtaratra yang membawa senjata di tangan membunuh saya yang tidak membawa senjata dan tidak melawan di medan perang.

Bhagavad-gita 1.46
sañjaya uvāca, evam uktvārjunaḥ sańkhye, rathopastha upāviśat, visṛjya sa-śaraḿ cāpaḿ, śoka-saḿvigna-mānasaḥ,
Artinya;
Sanjaya berkata; setelah berkata demikian di medan perang, Arjuna meletakkan busur dan anak panahnya, lalu duduk dalam kereta. Pikiran Arjuna tergugah oleh rasa sedih

Sumber : cakepane.blogspot.com

Sabtu, 25 November 2023

DESA SEMBIRAN, SALAH SATU DESA TERTUA DI BALI


Mengenal sejarah dan peradaban Bali, maka anda juga perlu tahu akan keberadaan desa Sembiran, desa ini merupakan salah satu desa kuno yang sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi, desa tertua di Bali ini terletak di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, desa tersebut sudah ada sejak jaman batu tua atau zaman Poletithicium atau peradaban manusia pada jaman Batu Tua dan juga Megalitikum yang mana bangunan-bangunan manusia terbuat dari batu. Desa Sembiran di kenal sebagai kuno tentunya masih bisa ditemukannya bukti-bukti sejarah peradaban masa lampau, itulah sebabnya desa Sembiran cukup menarik bagi mereka para arkeolog termasuk juga wisatawan yang liburan ke Bali.

Kabupaten Buleleng sendiri selain memang memiliki banyak objek wisata populer yang dimilikinya seperti atraksi dolphin (lumba-lumba) di lepas pantai Lovina dan sejumlah objek wisata air terjun, Buleleng juga memiliki sejumlah desa tua yang masih mempertahankan budaya dan tradisi unik masa lalu dan mengklaim dirinya penduduk asli Bali beberapa daerah tersebut diantaranya Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa dan juga Sembiran, keberadaan desa-desa tersebut tentunya menjadi daya tarik lebih kawasan wisata Bali Utara ini untuk dikunjungi saat mengagendakan tour di Bali.

Di desa Sembiran di Buleleng ini, setidaknya ditemukan 40 perabotan kuno yang berasal dari peradaban masa lalu yaitu berasal dari jaman batu tua dan jaman besi, bentuk benda-benda tersebut seperti alat berbentuk side chopper yaitu alat pemotong yang terbuat dari batu, bentuk hammeratones yaitu palu batu, bentuk protohan-axses berupa kapak tangan, bentuk flakes yaitu alat batu-batu kecil untuk mengiris dan benda pipih berbentuk setrika yang terbuat dari besi. Di desa Sembiran juga masih bisa ditemukan bangunan kuno seperti balai desa yang masih dilestarikan dan digunakan oleh warga desa.

Selain ditemukanya perabot-perabot yang berasal dari jaman Poletithicium juga ditemukan 20 buah prasasti perunggu yang memuat sejarah tentang keberadaan desa Sembiran tersebut. Semua peninggalan tersebut sekarang tersimpan rapi di rumah tua yang berada di desa ini, rumah yang merupakan peninggalan sejarah masa lampau tersebut pun dibangun kembali oleh pemerintah kabupaten Buleleng, dengan tidak menghilangkan bentuk dan ciri khas aslinya.

Sumber : https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/rumah_tua_desa_sembiran#:~:text=Mengenal%20sejarah%20dan%20peradaban%20Bali,jaman%20batu%20tua%20atau%20zaman

Rabu, 22 November 2023

Ada Tiga Jenis Punia, yang Penting Ikhlas, Semampunya, Bukan Pamer

 






KARYA PUNIA: Ngayah dalam sebuah kegiatan yadnya disebut karya punia. Tampak krama Banjar Sedahan Gulingan, Mengwi Badung, saat ngayah jelang pemelaspasan bale banjar, Selasa (23/10). Ida Sire Empu Darma Sunu (foto kanan). (AGUNG BAYU/BALI EXPRESS-ISTIMEWA)





BALI EXPRESS, DENPASAR - Salah satu jalan dharma yang bagi umat Hindu adalah Punia. Apa saja bentuk punia itu? Apakah menunggu kaya dahulu, baru kita layak medana punia? Berikut penjelasannya.



Banyak yang salah kaprah mengenai implementasi yadnya. Yadnya merupakan persembahan tulus ikhlas yang diberikan sebagai tuntunan dalam ajaran Dharma. Salah satu bentuk dalam beryadnya adalah Punia. Punia berasal dari kata nia dengan awalan pun. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Punia berarti pemberian yang tulus ikhlas atau bisa dikatakan sebagai sedekah.


Dalam Kitab Atharva Veda dijelaskan punia terbagi menjadi tiga bentuk yaitu Desa Dana, Vidya Dana dan Artha Dana. Hal senada juga disebutkan Sulinggih asal Geriya Pande di Tonja, Ida Sire Empu Darma Sunu, Minggu ( 22/10). Menurutnya punia dalam yadnya terbagi menjadi Karya Punia, Upakara Punia dan Dana Punia.

"Punia itu apa sih artinya? Punia artinya pemberian yang tulus ikhlas. Memberi tidak harus menunggu mampu dulu. Apa yang kita punya saat ini, bisa kita berikan tentunya dengan rasa yang tulus," jelasnya.

Jika saat ini kondisi keuangan tidak memungkinkan untuk melaksanakan kewajiban punia berupa uang, menurutnya punia bisa diberikan dalam bentuk karya punia. "Banyak masyarakat yang salah kaprah. Punia itu bukan hanya berbentuk uang lho. Punia bisa kita berikan dalam bentuk tenaga yang disebut karya punia. Kika kita bekerja tidak punya uang dan waktu, kita bisa memberikan upakara atau dalam bentuk benda lain yang kita miliki saat ini," terangnya.

Ida Sire juga mengingatkan me-punia dalam ajaran agama Hindu merupakan sebuah kewajiban. Hal itu juga tertulis dalam kitab Atharva Veda III.2.4.5 yang berbunyi; Sata hasta sama hara sahasrahata sam kira .

"Sloka itu mengajarkan kita untuk mencari rejeki dengan cara dharma, dan tidak melupakan kewajiban kita dalam berdharma yang dalam hal ini mepunia," terangnya.

Dalam Kitab Rgveda,X.117.1 juga tercantum tentang Punia. Yang menyebutkan Kekayaan tidak pernah berkurang oleh kemurahan hati karena didana puniakan. Orang kikir tidak pernah menemukan orang yang belas kasihan.

"Ingat me - punia itu wajib tapi harus didasari rasa yang tulus ikhlas. Jangan sampai kita mepunia hanya dijadikan ajang pamer, mepunia lah dengan apa yang kita miliki saat ini. Jangan mepunia dengan sesuatu yang kita paksakan agar dibilang keren," ujarnya.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Hal itu juga tertuang dalam Manawa Dharma Sastra I yang berbunyi;

Jaman kertya yuga tapalah yang utama, jaman trata yuga jnanalah yang utama, jaman dwapara yuga yadnyalah yang utama dan pada jaman kali yuga danalah yang utama.

Hidup ini berputar terus seperti roda kadang kita dibawah, kadang di tengah ,kadang di atas dan kemudian turun ke bawah lagi. Ini adalah hukum Tuhan yang disebut dengan Rta. Ketika kita berada di posisi atas (puncak), menolehlah ke bawah dan bantulah orang lain yang membutuhkan, suatu ketika kita pasti akan membutuhkan uluran tangan orang lain.

Ida Seri juga menuturkan banyak implementasi yang salah dimasyarakat mengenai dana punia. "Konsep Tri Hita Karana dalam ajaran agama Hindu sesungguhnya belum kita implementasikan secara maksimal. Contohnya banyak umat berbondong - bondong medana punia

untuk pura A, B dan C, bahkan dengan nominal yang cukup besar. Bagi mereka ada rasa bangga ketika nama dan jumlah nominalnya disebut oleh panitia. Namun ketika tetangga sebelahnya mengalami musibah dan membutuhkan bantuan, tidak ada yang mau mengulurkan tangannya untuk membantu. Itu artinya apa? Kita berlomba terlihat bagus kepada Tuhan, banten dan karya saling gedenin, tapi mepunia kepada sesama saja kita pilih - pilih," terangnya.


Maka dari itu ia mengingatkan kepada semua umat Hindu di Bali agar mepunia dilakukan dengan tulus ikhlas tanpa memandang tempat dan kepada siapa.

"Seperti yang saya katakan tadi mepunia bisa dalam bentuk karya, dana dan upakara. Contohnya saja, ketika ada mesangih massal di desa pekraman, banyak orang berlomba untuk mepunia uang, padahal belum tentu semua orang di desa itu mapan secara ekonomi. Kalau tidak memiliki uang yang cukup, bisa mepunia tenaga kan karena karya massal tidak hanya butuh uang tetapi juga butuh orang yang melakukan segala persiapannya! Nah bagaimana jika tidak memiliki uang dan tenaga ataupun waktu? Kita bisa memberikan upakara berupa banten atau bahan – bahannya,” katanya.

Misalkan, tambahnya, ia seorang petani yang tidak cukup banyak memiliki uang, dan ia juga tidak punya waktu dan tenaga karena harus bekerja disawah, tapi ia punya buah mangga dari hasil kebunnya, memberi mangga sebagai sarana upakara juga termasuk dalam punia.



(bx/tya/bay/yes/JPR)

Tugas, Peranan dan Fungsi Warna, Bukan Kasta Wangsa

  





Peranan dan Fungsi Brahmana
Brahmana (brh artinya tumbuh), berfungsi untuk menumbuhkan daya cipta rohani umat manusia untuk mencapai katentrama hidup lahir batin. Brahmana juga berate Pendeta, yang merupakan pemimpin agama yang menuntun umat Hindu mencapai ketenangan dan memimpin umat dalam melakukan upacara agamanya. Oleh karena tugasnya itu seorang Brahmana wajib untuk mepelajari dan memelihara Weda, dan tidak melakukan pekerjaan duniawi.

Penjelasan tentang Brahmana ada pada Slokantara sloka I yang berbunyi

“…..tidak ada manusia yang melebihi Brahmana, Brahmana arti (tepatnya) ialah orang yang telah menguasai segala ajaran-ajaran Brahmacari ……….. Brahmana ialah beliau yang mempunyai kebijaksanaan yang lebih tinggi melebihi (pengetahuan) manusia umumnya……”


selanjutnya Mahabharata III. CLXXX, 21, 25 dan 26 menguraikan sifat-sifat dan tanda-tanda Brahmana dan hal itu tidak turun menurun. Bunyinya

“…….jujur, dermawan, suka mengampuni, bersifat baik, sopan, suka melakukan pantangan agama dan pemurah dialah yang hendaknya dipandang Brahmana…..”
“……bila sifat-sifat ini ada pada Sudra dan tidak ada pada Brahmana, Sudra itu bukan Sudra dan Brahmana itu bukan Brahmana”
“Pada siapa tanda ini terdapat, hai ular, dialah yang harus dipandang Brahmana, pada siapa tanda ini tidak terdapat, hai ular, dia harus dipandang sebagai Sudra”.

Dalam Manawa Dharmasastra, X, 65 menjelaskan sifat Warna Brahmana itu tidak ditijau dari keturunan. Sloka tersebut berbunyi

“seorang Sudra menjadi Brahmana dan Brahmana menjadi Sudra (Karena sifat dan kewajiban), ketahuilah sama halnya dengan kelahiran Ksatria dan Waisya”.

Peranan dan Fungsi Ksatria
Ksatria dalam bahasa sansekerta artinya suatu susunan pemerintahan, atau juga berarti pemerintah, prajurit, daerah, keunggulan, kekuasaan dan kekuatan.
Sifat-sifat Ksatria , Bhagavad gita XVIII, 43, menguraikan sebagai berikut

“Berani, pekasa, teguh iman , cekatan dan tak mundur dalam peperangan, dermawan dan berbakat memimpin adalah karma (kewajiban) Ksatria”.

Dalam Manawa Dharmasastra I, 89, menguraikan tentang kewajiban Ksatria. Bunyinya

“ Para Ksatria diperintahkan untuk melindungi rakyat, memberikan hadiah-hadiah, melakukan upacara kurban, mempelajari Weda dan mengekang diri dari ikatan-ikatan pemuas nafsu”.




Dalam lontar Brahmokya Widhisastra lembaran 6a, menyebutkan larangan dan sanksi-sanksi Warna Ksatria, bunyinya

“…. Apabila ada Ksatria berbuat tidak benar………. Diluar sifat Ksatria…… mereka akan menjadi Sudra……”

Peranan dan Fungsi Waisya
Waisya (vic) dalam bahasa sansekerta berarti bermukim diatas tanah tertentu. Dari kata tersebut, kemudian berkembang artinya menjadi golongan pekerja atau seseorang yang mengusahakan pertaniaan.
Dalam Bhagavad gita XVIII, 44, menguraikan kewajiban Waisya, bunyinya

“…Bercocok tanam, berternak sapi dan berdagang adalah karma (kewajiban) Waisya menurut bakatnya….”

Dalam Slokantara sloka 62, diuraikan juga tugas waisya;

"orang waisya bekerja sebagai petani, pengembala, pengumpul hasil tanah, bekerja dalam lapangan perdagangan dan memiliki rumah penginapan. orang yang lahir di keluarga waisya itu lahir sebagai pelindung ladang"

Selain itu dalam Manawa Dharmasastra I, 90, disebutkan pula

“Para waisya ditugaskan untuk memelihara ternak, memberikan hadiah, melakukan upacara korban, mempelajari Weda, meminjamkan uang dan bertani”

Jadi singkatnya fungsi waisya adalah dalam bidang ekonomi.

Peranan dan Fungsi Sudra
Sudra artinya pengbdi yang utama.
Peranan dan fungsi Warna Sudra diuraikan pada Sarasamuccaya, 60, bunyinya

“…….prilahu Sudra, setia mengabdi kepada Brahmana, Ksatria dan Waisya sebagaimana mestinya, apabila puaslah ketiga golongan yang dilayani olehnya, maka terhapuslah dosanya dan berhasil segalanya”

Dalam Bhagavadgita disebutkan bahwa

“…meladeni (menjual tenaga) adalah kewajiban Sudra menurut bakatnya”.

Warna Sudra bukanlah berarti paling buruk dan jelek. Bhagavata Purana, VII, XI, 24, menunjukan cirri-ciri Warna Sudra sebagai mahkluk Tuhan yang utama. Bunyinya

“… kerendahan hati, kesucian, bhakti kepada atasan dengan tulus, ikhlas beryadnya tanpa mantra, tidak mempunyai kecenderungan untuk mencuri, jujur dan menjaga sapi sang Vipra (brahmana) inilah cirri-ciri yang dimiliki oleh Sudra”.

Dalam Slokantara sloka 63, diuraikan juga kewajiban seorang sudra:

"seorang sudra ialah membuat barang pecah belah dan berdagang. ia melakukan pembelian dan penjualan, bekerja dibidang jual beli"

dari slokantara diatas, dikatakan bahwa golongan sudra adalah pedagang, menjual belikan barang dagangannya. dia tidak membuat atau memproduksi barang dagangannya karena itu tugas waisya.

Keempat Warna itu akan dapat saling isi mengisi antara satu dengan yang lainnya. Pengelompokan masyarakat ke dalam empat warna itu akan menumbuhkan hubungan social yang saling membutuhkan. Keretakan diantara profesi itu akan dapat merugikan semua pihak.
lalu adakah golongan selain yang diatas tersebut, selain catur warna...?
tentu ada, yaitu:
golongan CANDALA
dalam slokantara 64 dikatakan bahwa:



"diantara bangsa burung, gagaklah yang candala. diantara binatang berkaki empat, keledailah yang candala. diantara manusia, orang pemarahlah yang candala dan akhirnya orang jahat itulah yang candala"

sebagai imbangan dari sloka diatas, dalam Kitab Niti Sastra I.8 disebutkan bahwa:

"diantara jenis burung jahat, burung gagak yang dianggap candala yang terkenal jahat hatinya. diantara binatang yang berkaki empat, keledailah yang candala karena tersohor rendah budinya. didalam perwatakan, tabiat pemarah itu rendah sekali karena tak mengenal kasih sayang. tetapi candala yang paling rendah melebihi ketiganya diatas itu ialah orang penghianat"

dalam Slokantara 65, kembali ditegaskan lagi bahwa yang bisa dimasukan candala adalah 8 jenis pekerjaan tertentu. adapun bunyinya"

"orang membuat kapur, pembuat arak dan minuman keras lainnya, tukang celup, tukang cuci, pembuat periuk, jagal, tukang mas, tukang celup benang, ini semua termasuk golongan delapan candala"

dan dalam slokantara 66 disebutkan kembali bahwa;

" orang yang membuat minuman keras, pencuci pakaian / penatu, jagal, pembuat periuk belanga dan tukang emas, kelimanya ini dikenal sebagai candala"

Dari sloka diatas dapat dikatakan bahwa yang dinamai candala itu bukan orangnya tetapi pekerjaannya. dia tidak akan lagi dinanai candala jika ia berhenti mengerjakan pekerjaan itu.

Demikianlah tugas, peranan dan fungsi warna, dan ingatlah agama Hindu sanatana dharma tidak mengenal kasta ataupun wangsa, jadi mohon dipilah, jangan sampai terpelosok ke lembah kegelapan. semoga bermanfaat.


Sumber : cakepane.blogspot.com

Dewasa ayu / hari baik untuk buka usaha

 






USAHA : Mencoba berusaha, orang Bali (Hindu) harus mengacu pada Dewasa Ayu untuk memulainya. (agus sueca)





Banyak faktor yang menyebabkan usaha yang ditekuni bisa berjalan lancar. Salah satu yang dilakukan
orang Bali pada umumnya, memakai hitungan wariga agar bisa cocok dengan usaha yang hendak dilakukan.

Saat pandemi banyak yang mencoba peruntungan belajar buka usaha dagang. Pada umumnya, orang Bali senantiasa selalu mencari hari baik (dewasa ayu) dalam setiap kegiatan yang hendak dilakukan. Tujuannya,
agar kegiatan apapun nanti dilaksanakan bisa berjalan sukses. Dalam mencari hari baik ini, menggunakan metode wariga. Wariga adalah pengetahuan yang mengajarkan sistem kalender versi Bali, yang menentukan hari baik dan buruk, dalam berbagai kegiatan dari agama hingga pekerjaan sehari-hari.


Nah, di kalender Bali inilah, seseorang akan mencari Dewasa Ayu atau hari baik. Menurut Penyusun Kalender Bali, yang juga Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi Hindu Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar,
Dr. I Gede Sutarya, S.ST., Par., M.Ag., jika orang mencari dewasa ayu, maka mulai dilihat dari sasihnya, wuku, hingga wewarannya. Namun secara umum yang mulai dilihat adalah sasih.
Dicontohkannya, ketika hendak melakukan upacara Pitra Yadnya seperti Ngaben, maka akan mencari sasih Kasa dan Kara.
Jika melaksanakan Dewa Yadnya akan bagus ketika sasih Kapat, kalima dan kadasa. “Kalau dalam mencari rezeki, misalnya membuka usaha, hal pertama harus dilihat adalah mencari Ayu Nulus. Ayu Nulus bermakna sebagai hari baik untuk memulai segala usaha. Ini adalah Dewasa Ayu yang paling umum dan bagus untuk membuka usaha,” ujar Gede Sutarya yang juga dosen Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar ini,
kepada Bali Express (Jawa Pos Group) di Denpasar, kemarin.
Jika ingin menguatkan rezeki yang ingin didapatkan, lanjutnya, maka seseorang juga bisa melihat pada wewarannya.
Wewaran ada 10 jenis dari Eka Wara hingga Dasa Wara. Eka Wara terdiri dari Luang. Dwi Wara memiliki bagian Menga dan Pepet.
Tri Wara yaitu Pasah, Beteng, dan Kajeng. Catur Wara ada Sri, Laba, Jaya, dan Menala.
Panca Wara terdiri atas Umanis, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Selanjutnya Sad Eara terdapat Tungleh, Aryang, Urukung, Paniron, Was, dan Maulu.
Sapta Wara bagiannya ada Redite, Soma, Anggara, Buda, Wrespati, Sukra, dan Saniscara.
Asta Wara ada Sri, Indra, Guru, Yama, Ludra, Brahma, Kala, dan Uma. Sanga Wara terdiri dari Dangu, Jangur, Gigis, Nohan, Ogan, Erangan, Urungun, Tulus, dan Dadi. Terakhir ada Dasa Wara memiliki bagian Pandita, Pati, Suka, Duka, Sri, Manah, Manusia, Dewa, Raja, dan Raksasa. “Dari sepuluh itu, lihat Catur Wara dan Asta Wara dan Dasa Wara. Dari ketiga itu, pilih hari yang bisa ada Srinya, karena Dri memiliki arti kemakmuran. Dicontohkannya, Rabu (3/6) ada Sri dua kali muncul dari Catur Wara dan Asta Wara, maka cocok untuk buka usaha karena adanya dua kali Sri alias Sri Tumpuk.
“Jika Dasa Waranya muncul juga Sri, maka tiga kali ada Sri. Itu bisa jadi Sri Dandang,” tambahnya.
Tidak hanya itu saja. Dijelaskan Sutarya, selain Ayu Nulus dan Sri Tumpuk serta Sri Dandang, seseorang juga bisa mencari Dewasa Ayu seperti Sedana Yoga, Kala Rebutan, Srigati Turun, dan Upadana Amerta. Sedana Yoga bermakna bagus mulai membuat peralatan untuk berdagang hingga mulai berjualan.




Kala Rebutan mempunyai arti bagus untuk membuat alat-alat untuk berdagang. “Srigati Turun untuk membuat peralatan berdagang juga. Upadana Amerta bisa buat peralatan dagang sekaligus mulai berdagang,” terang Sutarya.
Khusus untuk Dewasa Ayu membuka usaha, lanjutnya, juga ada Amerta Jati, Amerta Yoga, Ayu Badra, Dewasa Tanian untuk usaha pertanian, Jiwa Meganti, Kala Gotongan dan Kala Olih. "Kalau yang telah disebutkan fokus ke membuka usaha secara umum ya, kecuali Dewa Tanian,” tambahnya lagi.
Disarankan, jika menemukan Dewasa Ayu, maka pastikan untuk tidak menemukan Dewasa Alanya (hari tidak baik) untuk membuka usaha.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Sedangkan yang perlu dihindari ketika membuka usaha adalah Pati Paten, Uncal Balung, Kala Dangastra, Kala Ngruda, dan Kala Suwung. Uncal Balung dimulai dari Sugian Jawa sampai Buda Kliwon Pahang. “Pati Panten itu memang tidak bagus untuk memulai usaha apapun, termasuk yadnya. Sama dengan Kala Dangastra itu bermakna tidak boleh melakukan hal penting, buka usaha atau mulai kerjakan hal penting, makanya hindari ini juga,” paparnya. Kala Ngruda, lanjutnya, tidak cocok untuk segala pekerjaan.

(bx/sue/rin/JPR)