Jumat, 03 Mei 2024

Pura Kentel Gumi, Tonggak Pengakuan Mpu Kuturan

 



Pura Agung Kentel Gumi di Desa Tusan, Klungkung, terkait erat dengan perjalanan Mpu Kuturan. Bahkan, pura yang berada di wilayah Kecamatan Banjarangkan ini, menjadi simbol penegakan kembali keberadaan Pulau Bali.

Secara umum diketahui Pura Agung Kentel Gumi yang diamong oleh desa manca (lima desa) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, dibangun untuk menciptakan kedamaian di Dunia. “Nama pura berasal dari kata kentel dan gumi. Kentel berarti padat, sedangkan gumi adalah tanah atau dunia. Jadi, ini merupakan pemberian secara simbolis yang menunjukkan suatu penegakan kembali keberadaan Pulau Bali oleh Mpu Kuturan, yang sudah ada sejak Kerajaan Maya Denawa tahun 975 Masehi,” jelas

Pemangku Pura Agung Kentel Gumi, Jro Mangku I Wayan Sudiartha ketika ditemui Bali Express (Jawa Pos Group) di rumahnya, pekan kemarin.

Ayah lima anak ini, juga menjelaskan bahwa Mpu Kuturan sebagai konseptor pura sekaligus agamawan, di mana pada zaman itu menata Pulau Bali agar kentel. “ Mpu Kuturan kala itu menancapkan sebuah tiang berbentuk segi empat ke dasar bumi, yang kini jadi tempat suci linggih Ratu Pancer Jagat, yang berarti pusat bumi,” terangnya.

Pujawali diselenggarakan setiap enam bulan sekali, bertepatan pada Umanis Galungan. Sedangkan pelaksanaan ngusabha, dilakukan satu tahun sekali bertepatan pada Purnama Kalima. “Sebelum pujawali diselenggarakan, sasuhunan yang ada di wilayah manca desa tedun ke pura terlebih dahulu, dan dilinggihkan pada Bale Agung. Setelah itu, baru dilinggihkan pada suatu tempat yang disebut dengan piyasan Murdha Manik,” urainya.

Siang hari dilanjutkan prosesi mlasti ke Pantai Lepang dengan mamarga (jalan kaki), dilaksanakan pada pukul 12.30 . “Intinya mlasti harus lewat dari pukul 12.00 Wita. Setelah itu ada sebuah tradisi mamasar sebagai simbol kalau sebelum melakukan pujawali, harus mencari persiapan ke pasar terlebih dahulu. Tradisi tersebut dilaksanakan pada perempatan Jalan Desa Tusan,” imbuhnya.

Tradisi mamasar, lanjutnya, diibaratkan sasuhunan yang menjelang piodalan akan mempersiapkan segala sesuatunya, agar pelaksanaan piodalan berjalan lancar, tanpa kekurangan apapun. Kembali dari tradisi mamasar, seluruh sasushunan akan dilinggihkan pada tempat yang sudah ada di pura. “Sampai di pura ada lagi prosesi mapada wewalungan, menggunakan seluruh bahan-bahan upakara, yang akan dibuatkan sesajen. Semua itu dibawa menari sambil mengelilingi areal pura dengan tujuan agar yang berasal dari alam itu dihaturkan kembali pada pujawali tersebut,” terang Sudiartha.

Sarana yang digunakan saat prosesi mapada, ada seekor babi, kambing, ayam, bebek, buah-buahan dan sayur-sayuran. Mapada itu juga dibarengi dengan murwa daksina, dilakukan pada areal jaba pura sampai di areal utama mandala Pura Agung Kentel Gumi.

Setelah itu, lanjutnya, ada penyembelihan babi dengan keris hanya sebagai simbol saja. Selesai disemblih, semua hewan dan sayuran tersebut dikembalikan ke masing-masing bagian upakara yang ada di sana. Buah, sayur dan bunga diberikan kepada serati banten. Sedangkan babi dan hewan lainnya diberikan pada perantenan (bagian dapur). Penyerahan itu pertanda keesokan harinya boleh digunakan untuk upakara.

Sudiartha juga menerangkan, sasuhunan di Pura Agung Besakih dan Pura Pasar Agung ketika mlasti akan simpang (mampir). “Jika melewati jalan Barat, maka sasuhunan yang ada di Besakih dan Pasar Agung akan simpang di sini. Ketika melewati jalan tengah, simpangnya di Pura Penataran Agung Klungkung. Sedangkan jika melalui jalan Timur, akan simpang di pura yang ada di daerah Sidemen Karangasem,” jelasnya.

Sasuhunan yang malinggih di Pura Agung Kentel Gumi adalah Sang Hyang Reka Bhuana Pancar Ring Jagat.

I Made Tisnu Wijaya, salah seorang warga mengatakan pura sempat dipugar, pada tahun 2008 lalu baru rampung pengerjaannya. “Kalau sebelum tahun 2008, jalan raya berada di areal parkiran yang sekarang. Karena dibuatkan sebuah wantilan dan tempat parkir, maka jalannya juga ikut digeser ke sebelah barat parkiran,” papar mantan Ketua Pemuda tersebut.

(bx/ade/rin/yes/JPR) –sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar