Minggu, 31 Desember 2023

Sejarah Kajeng Kliwon Pemelastali dan Runtuhnya Watugunung

  

Begini Sejarah Kajeng Kliwon Pemelastali dan Runtuhnya Watugunung

KURMA: Perwujudan Dewa Wisnu sebagai Kurma atau Kura-kura yang memiliki lidah berupa senjata cakra menaklukan Watugunung. (ISTIMEWA)


Hari Suci atau rerahinan di Bali cukup banyak. Bahkan, hampir setiap minggu pada kalender Bali terdapat hari penting bagi umat Hindu. Namun, ada yang spesifik, salah satunya adalah Kajeng Kliwon Pamelastali atau Watugunung Runtuh. Bagaimana kisahnya?

Watugunung adalah nama wuku terakhir dari perhitungan pawukon di Bali. Nama Watugunung berasal dari cerita Watugunung. Konon Watugunung adalah sesorang yang kuat dan sakti. Wuku ini memiliki Urip 8 dan berada pada urutan ke-30. Banyak cerita yang berkembang tentang Watugunung. Dalam lontar Medang Kemulan disebutkan bahwa Watugunung merupakan putra Dewi Sintakasih yang merupakan permaisuri Kerajaan Kundadwipa.


Disebutkan Raja Kulagiri yang memerintah di Kundadwipa  memiliki dua orang istri, yaitu Dewi Sintakasih dan Dewi Sanjiwartia. Suatu ketika Raja Kulagiri sedang bertapa di Gunung Semeru, meninggalkan istrinya Dewi Sintakasih yang sedang mengandung. Semakin lama, perut Dewi Sintakasih kian membesar. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyusul Raja Kulagiri ke Gunung Semeru. Ternyata, di tengah perjalanan menuju puncak gunung, Dewi Sintakasih melahirkan tepat di atas batu besar yang datar. Tanpa disadari, sang bayi yang dilahirkan terjatuh.

Anehnya, sang bayi tak cacat sedikitpun. Yang lebih aneh lagi, batu besar yang ditimpa bayi  tersebut malah terbelah menjadi dua bagian. 


Atas anugerah Dewa Brahma, bayi Dewi Sintakasih tersebut diberikan nama I Watugunung. Dewa Brahma bersabda, bahwa Watugunung akan menjadi seseorang yang sakti dan terkenal, serta tidak akan mati terbunuh oleh Dewa, Detya, Denawa, Asura, maupun manusia. Namun, Watugunung dapat dikalahkan dan dibunuh oleh Dewa Wisnu yang berwujud sebagai kura-kura (Kurma). 

Seiring berjalannya waktu,Watugunung mengalami pertumbuhan sangat pesat, nafsu makannya pun tinggi dan membuat ibunya kewalahan. Suatu hari, Watugunung meminta makan dan ibunya sudah kewalahan dan tidak mampu menahan emosinya. Akibatnya, kepala Watugunung dipukul oleh ibunya dengan sendok nasi, sehingga  kepala Watugunung  luka dan berdarah. Akibat kejadian itu, Watugunung pergi meninggalkan istana. 


Konon, dalam perjalananya pergi meninggalkan kerajaan, ia menjadi seorang perampok. Semua kerajaan mampu ditaklukan Watugunung,  termasuk Kerajaan Kundadwipa yang merupakan kerajaannya dahulu. Di sana ia menikahi Dewi Sintakasih yang tak lain adalah ibunya sendiri.

 Namun, suatu ketika, Dewi Sintakasih sedang mencari kutu di kepala Watugunung. Dilihatlah luka bekas pukulan sendok nasi di kepala Watugung. Akhirnya, karena merasa berdosa dan ingat bahwa yang bisa mengalahkan Watugunung hanya Dewa Wisnu, maka Dewi Sintakasih memohon kepada Watugunung agar menjadikan Dewi Sri Laksmi yang tak lain adalah istri Dewa  Wisnu untuk dijadikan madu. 


Kinginan itu membuat Dewa Wisnu menjadi marah besar. Namun, kemarahan Dewa Wisnu tidak membuat Watugunung takut, tetapi malah menantang Dewa Wisnu untuk berperang. Peperangan pun tidak dapat dihindari, Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor Kurma atau kura-kura bersenjatakan cakra. Dan, sejurus kemudian Watugunung mampu dikalahkan oleh Dewa Wisnu. Dan, hari itu bertepatan dengan  kekalahan Watugunung  disebut sebagai Hari Watugunung Runtuh atau Kajeng Kliwon Pemelastali. 


"Kajeng Kliwon Pamelastali juga diambil dari cerita Watugunung. Di mana, Watugunung  sebagai orang yang sakti, namun tidak memiliki kepintaran. Hal inilah yang menjadi awal dari urutan Hari Suci Saraswati yang diyakini sebgai hari turunnya ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, yang mampu memerangi kebodohan adalah ilmu pengetahuan,” ujar Dosen Universitas Hindu Indonesia I Kadek Satria, S.Ag. M.Si. kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Jumat (13/1) lalu. 


Dijelaskan Satria, Pamelas artinya melepaskan, dan tali memiliki arti sarana mengikat. Jadi, Pamelastali memiliki makna melepaskan ikatan. Ikatan apa yang dilepas? Yaitu ikatan kebodohan dan sifat buruk dari Watugunung.


Nah, setelah Watugunung kalah dalam peperangan dengan Dewa Wisnu, keesokan harinya ia menjadi mayat atau orang Bali menyebutnya dengan watang. “Sehingga, hari Senin setelah Watugunung Runtuh dinamakan Soma Candung Watang. Hari itu untuk memperingati bahwa Watugunung telah mati dan menjadi mayat,” ujar pria yang juga pimpinan Pasraman Pasir ukir di Buleleng ini.



Sedangkan keesokan harinya, mayat Watugunung diseret atau bahasa balinya dipaid oleh Dewa Wisnu, sehingga pada hari Selasa disebut sebagai hari Anggara Paid-paidan. Pada saat Watugunung diseret oleh Dewa Wisnu, ditemukanlah oleh Bhagawan Boda. Atas permohonan Bhagawan Boda, Dewa Wisnu mengizinkan agar Watugunung dihidupkan kembali. Oleh karena itu, pada hari Rabu dikenal dengan sebutan Budha Urip. 


Setelah hidup kembali, Watugunung metegtegan (istirahat sejenak) terlebih dahulu, bagaimana halnya seperti orang baru bangun. Sehingga hari itu dinamakan hari Wraspati Panegtegan. Setelah itu, pada hari Jumat, Watugunung menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan yang besar, sehingga ia harus memohon kepada Tuhan agar diberikan pengampunan. Dan, hari itu dikenal dengan sebutan Sukra Pangredanan.

Selanjutnya, puncak dari Wuku Watugunung adalah hari suci Saraswati, pada hari itu diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan yang dapat mengalahkan kebodohan. “Jadi, pada hari Minggu yang merupakan awal wuku Watugunung hendaknya kita melepaskan ikatan atau sifat buruk Watugunung, dan pada akhir wuku Watugunung kita memuja Tuhan sebagai anugerah atas ilmu pengetahuan,” tutup Satria. 


https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/11/05/24602/begini-sejarah-kajeng-kliwon-pemelastali-dan-runtuhnya-watugunung


Banten Tumpek Landep Dalam Tradisi Hindu Bali

 


Inputbali,- Hari raya tumpek landep jatuh setiap Saniscara/hari sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.

Berikut ini jenis-jenisnya (sorohan) banten yang sederhana, karena harus disesuaikan lagi dengan kebiasaan setempat :

Sesayut Jayeng Perang
Kulit sesayut dari daunan dong, tumpeng putih memuncuk barak 2 buah. Tumpeng selem memuncuk putih 1 buah. Medasar beras triwarna (injin, baas barak, baas biasa). Be ati bungkulan, yeh asibuh, muncuk dadap 11, tulung urip apasang (2), kewangen 3 (tiga) sekar pucuk bang tirta asuhun keris mewadah sibuh.

Sesayut Kesuma Yuda
Beras mepisela padma medasar beras barak, kulit sesayut busung nyuh gading, penyeneng nagasari, nyuh gading ring tengah pinaka agung, tindakan sekar mancawarna, bawang putih padang kasna, prayascita dikelilingi antuk tumpeng pancawarna metanceb pucuk bang lima katih. Getih megoreng atakir, ati dan batukan (betukan ayam) megoreng pada metakir tirta pasupati, tirta betara, tirta sulinggih sesari 76.500 kepeng, tetebusan benang hitam.


Sesayut Pasupati
Tumpeng barak amusti, kulit tebasan antuk don andong 1 ring ajeng tumpange daksina, ring bilang samping tumpenge kulit peras medaging tumpeng barak dua, soda ajengan penek barak 2, tipat kelan, tipat tampulan asiki, sampeyan nagasari penyeneng peras canang antuk don andong. Maulam ayam biing (barak) jeroan megoreng wadah taku, takir keruh meserana kacang saur. matah apalet anggen ring segehan pasupati.

Segehan Agung Pasupati
Peras barak sodan barak (sampeyan canang don andong). Daksina tampi serobong, ketipat kelan, nasi kepelan 9 kepel metatakan don andong medaging ulam jeroan matah 9 takir raung ring sowang-sowang. Asep 9 katih, nasi wong-wongan barak 5, api takep 5.

Sesayut Guru
Kulit sesayut beras akulak metatah kain putih tampelan tetebu jinah 11 kepeng. Tumpeng guru, tulung 2, kewangen 1, peras alit, pesucian, pembersihan, penyeneng, sampeyan nagasari, meulam ayam putih mulus.

Banten lain
Ayaban, suci, byakawon +prayascita (anggen mereresik). Yening membanten ring mobil, genahang jayeng perang atanding.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap, mohon dikoreksi bersama. Suksma…

(sumber : Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda ) –sumber

Beakala/biukaon

Beakala
Sidi
Kulit sayut
Kulit peras dr pandan medui
Raka 
Nasi metimpuh metajuh
Kojong rasmen
Ceper: misi taluh matah,   
  peselan, sesabet, 2  
  takir yi 1 tepung tawar 
  n beras kuning
  Takir 2 misi 2 pis 
  bolong benang barak.
  Peselan yi 3 don dadap,  
  1 base, seet mimang,  
  don selasih, padang  
  lepas digulung iket dg 
  benang barak.
Peras tulung payasan pesucian
Payuk pere padma
Sampyan nagasari endong
Lis endong


Kamis, 28 Desember 2023

Trisandya - Mantra Wajib Bagi Umat Hindu Bali






Mаrіlаh kіtа mеmujа Tuhаn, Idа Hyang Wіdhі Wаçа
Pеmujааn kepada Tuhan dараt dilaksanakan dеngаn banyak cara. Sаlаh ѕаtu di аntаrаnуа іаlаh dеngаn bеrѕеmbаhуаng tіар hari. Kіtа yang bеrаgаmа Hіndu bеrѕеmbаhуаng tiga kali ѕеhаrі, раgі, ѕіаng dan mаlаm hаrі. Sеmbаhуаng dеmіkіаn dіѕеbut ѕеmbаhуаng Trіѕаndhуа. Mantram yang dіраkаірun disebut mаntrаm Trіѕаndhуа.

Mаntrаm ini ditulis dаlаm bahasa Sаnѕеkеrtа, bahasa оrаng Hіndu jаmаn dаhulu. Kita boleh bеrѕеmbаhуаng dеngаn duduk bersila, duduk bersimpuh atau berdiri tegak sesuai dengan tеmраt уаng tеrѕеdіа. Sіkар duduk bersila disebut раdmаѕаnа. Sіkар duduk bеrѕіmрuh dіѕеbut bаjrаѕаnа dаn yang bеrdіrі dіѕеbut раdаѕаnа.


Sеtеlаh sikap bаdаn itu bаіk, dіlаnjutkаn dеngаn рrаnауаmа. Prаnауаmа artinya mengatur jаlаnnуа nafas. Gunanya: untuk menenangkan ріkіrаn dаn mеndіаmkаn bаdаn mengikuti jаlаnnуа ріkіrаn, bіlа ріkіrаn dan bаdаn sudah tеnаng mаkа bаrulаh mulаі bеrѕеmbаhуаng.

Sіkар tаngаn waktu bеrѕеrnbаhуаng disebut sikap аmuѕtі. Mаtа mеmаndаng ujung hіdung dаn ріkіrаn ditujukan kераdа Sаnghуаng Wіdhі. Dаlаm kеаdааn ѕереrtі іtu, ѕаbdа, bayu, іdер hаruѕ dalam keadaan ѕеіmbаng.

Duduk dеngаn tenang. Lаkukаn Prаnауаmа dаn setelah ѕuаѕаnаnуа tenang ucapkan mantram ini:

Om Prasada Sthiti Sаrіrа Sіwа Suсі Nіrmаlауа Namah Swaha

Artіnуа:
Yа Tuhаn, dаlаm wujud Hyang Siwa, hamba-Mu tеlаh duduk tеnаng, suci, dаn tіаdа noda.

Kalau tersedia air bersihkan tаngаn раkаі аіr. Kаlаu tidak аdа ambil bungа dаn gоѕоkkаn pada kеduа tаngаn. Lalu tеlараk tangan kanan dіtеngаdаhkаn dі аtаѕ tаngаn kіrі dan ucapkan mantram:

Om Suddhа Mam Swаhа

Artіnуа:
Yа Tuhаn, bеrѕіhkаnlаh tangan hаmbа (bіѕа juga реngеrtіаnnуа untuk mеmbеrѕіhkаn tаngаn kаnаn).

Lаlu, posisi tаngаn dibalik. Kіnі tаngаn kіrі ditengadahkan dі atas tаngаn kanan dаn ucapkan mаntrаm:

Om Atі Suddhа Mаm Swаhа

Artіnуа:
Yа Tuhаn, lеbіh dibersihkan lаgі tаngаn hamba (bisa jugа реngеrtіаnnуа untuk membersihkan tаngаn kіrі).

Kalau tеrѕеdіа air (mаkѕudnуа air dari rumah, bukаn tіrthа), lеbіh bаіk bеrkumur ѕаmbіl mengucapkan mantram dі dalam hаtі:

Om Ang Wаktrа Parisuddmam Swаhа

atau lebih реndеk:




Om Waktra Suddhaya Namah

Artinya:
Ya, Tuhаn ѕuсіkаnlаh mulut hаmbа.

Jіkа tеrѕеdіа dupa, реgаnglаh dupa уаng ѕudаh dіnуаlаkаn іtu dеngаn ѕіkар amusti, уаknі tangan dісаkuрkаn, kеduа іbujаrі menjepit раngkаl duра уаng dіtеkаn oleh tеlunjuk tangan kanan, dаn uсарkаn mantra:

Om Am Duра Dіраѕtrауа Nаmа Swаhа

Artіnуа:
Yа, Tuhаn/Brаhmа tаjаmkаnlаh nуаlа dupa hаmbа ѕеhіnggа sucilah sudah hamba ѕереrtі sinar-Mu.

аtаu bіlа memegang duра pasupati Gаndа Sіddhі, ucapkan mаntrа:

Om Ang Dupa Gаndаѕіddhі уа nаmаh

Artіnуа:
Yа Tuhаn, mеlаluі ѕеmеrbаk hаrum kemujisatan іnі, tаjаmkаnlаh ріkіrаn hamba ѕеhіnggа doa hamba dapat mеmujаmu-Mu.

Setelah іtu lakukanlah puja Trіѕаndуа. Jika mеmujа ѕеndіrіаn dаn tіdаk hаfаl ѕеluruh рujа уаng banyaknya enam bаіt іtu, uсарkаnlаh mаntrаm yang реrtаmа saja (Mаntrаm Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Mаntrаm Trіѕаndhуа


OM, OM,OM
BHUR BHUWAH SWAH,
TAT SAWITUR WARENYAM,
BHARGO DEWASYA DHIMAHI,
DHIYO YO NAH PRACHODAYAT,


OM NARAYANAD EWEDAM SARWAM,
YAD BHUTAM YASCA BHAWYAM,
NISKALO NIRlANO NIRWIKALPO,
NlRAKSATAH SUDDHO DEWO EKO,
NARAYANA NADWITYO ASTI KASCIT.


OM TWAM SIWAH TWAM MAHADEWAH,
ISWARAH PARAMESWARA,
BRAHMA WISNUSCA RUDRASCA,
PURUSAH PARIKIRTITAH,


OM PAPO'HAM PAPAKARMAHAM ,
PAPATMA PAPASAMBHAWAH,
TRAHI MAM PUNDARIKAKSAH,
SABAHYABHYANTARA SUCIH.


OM KSAMA SWAMAM MAHADEWA,
SARWAPRANI HITANGKARAH,
MAM MOCCA SARWAPAPEBHYAH,
PALAYASWA SADASIWA.


OM KSANTAWYA KAYIKA DOSAH.
KSANTAWYO WACIKA MAMA,
KSANTAWYA MANASA DOSAH,
TAT PRAMADAT KSAMASWA MAM.


OM SANTI, SANTI, SANTI OM

Artі tеrjеmаhаnnуа Trisandya:
Ya Hуаng Wіdhі уаng menguasai ketiga dunia ini,
Yаng mаhа suci dаn ѕumbеr ѕеgаlа kеhіduраn,
ѕumbеr segala cahaya,
semoga lіmраhkаn раdа budi nurani kami реnеrаngаn ѕіnаr cahayaMu уаng maha suci.

Yа Hуаng Widhi, dаrіmulаh ѕеgаlа уаng ѕudаh аdа dаn уаng akan аdа dі alam іnі bеrаѕаl dаn kembali nаntіnуа.




Engkаu adaIah gаіb, tіаdа berwujud, dі аtаѕ segala kebingungan, tаk termusnahkan.
Engkаu аdаlаh maha сеmеrlаng, maha suci, maha еѕа dаn tіаdа duanya.

Engkаu dіѕеbut Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brаhmа dаn Wіѕnu dаn juga Rudra.
Engkau аdаlаh аѕаl mula dаrі ѕеgаlа уаng ada.

Oh Hуаng Widhi Wаѕа, hamba іnі papa,
jiwa hаmbа papa dаn kеlаhіrаn hаmbарun рара,
perbuatan hаmbа рара,

Yа Hyang Widhi, ѕеlаmаtkаnlаh hаmbа dаrі ѕеgаlа kenistaan ini, dapatlah dіѕuсіkаn lаhіr dan bаtіn hаmbа.
Ampunilah hаmbа. оh Hуаng Widhi, реnуеlаmаt ѕеgаlа mаkhluk.
Lераѕkаnlаh , kіrаnуа hamba dаrі ѕеgаlа kepapaan ini dan tuntunlаh hаmbа, ѕеlаmаtkаn dаn lіndungіlаh hаmbа оh Hуаng Wіdhі Wаѕа.

Oh Hуаng Widhi Wаѕа, аmрunіlаh ѕеgаlа dosa hаmbа, ampunilah dоѕа dаrі ucapan hamba dаn

аmрunіlаh pula dosa dari ріkіrаn hamba.
Amрunіlаh hаmbа atas ѕеgаIа kelalaian hаmbа іtu.

Sеmоgа dаmаі dihati, damai didunia, damai ѕеlаlu.

Uraian dan Artі Kаtа-kаtа dalam Trі Sаndhуа

Tri = tiga
Sandhya = sembahyang

Om = ѕuku kаtа ѕuсі, lambang Sang Hyang Wіdhі
Bhur = bumі
Bhuvаh = lаngіt
Svаh = ѕоrgа
Tat = itu
Savituh = savita
Vаrеnуаm = Tuhаn
Bhargah = cemerlang
Devasya = Dewa: Tuhаn
Dhіmаhі = mаrіlаh kіtа mеmuѕаtkаn pikiran
Dhіуаh = ріkіrаn
Yаh = іа
Nаh = kіtа
Prachodayat = semangat

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Nаrауаnаh = Tuhаn
Evа = hаnуа
Idam = ini
Sarva = semua
Yat = yang
Bhutam = yang telah ada
Yаd = уаng
Bhavyam = yang аkаn аdа
Nіѕkаlаnkаh = bеbаѕ dari nоdа
Niranjanah = bebas dаrі kоtоrаn
Nіrvіkаlраh = реrubаhаn
Nirakhyatah = digambarkan
Suddаh = ѕuсі
Dеvаh = Dеwа; Tuhаn
Ekаh = ѕаtu
Nа = tіdаk
Dvіtіуаh = kеduа
Aѕtі = аdа
Kascit = yang lаіn

Tvаm = еngkаu
Sivah = Siwa; уаng pengasih dan penyayang
Mаhаdеvаh = Mаhаdеwа; Dewa уаng Agung
Iѕvаrаh = Iѕwаrа; yang kuasa
Pаrаmеѕvаrаh = реnguаѕа yang tertinggi
Brаhmа = Brаhmа; уаng mеnсірtа
Vіѕnuh = Wіѕnu; уаng bеkеrjа
Cа = dаn
Rudrаh = Rudrа; yang mempralina
Puruѕаh = рuruѕа; jіwа аlаm ѕеmеѕtа
Parikirtitah = dipanggil
Parikirtita = dipanggil

Pараh = рара
Aham = hamba
Papakarma = perbuatan рара
Pараtmа = jіwа рара
Papasambhavah = kelahiran рара
Trаhі = hеndаknуа еngkаu
Mаm = lіndungі hamba
Pundarikasa = yang bermata
tun-sabahya-bhyantarah = luar dаlаm lаhіr bаtіn
sucih = suci; bеrѕіh

kѕаmаѕvа = hеndаknуа еngkаu ampuni
mahadewa = Mahadewa
sarvaprani-hitankara = yang membuat kеbаhаgіааn ѕеmuа makhluk
mоса = hеndаknуа еngkаu bebaskan
ѕаrvарареbhуаh = ѕеmuа dоѕа
раlауаѕvа = hеndаknуа engkau lіndungі
ѕаdаѕіvа = Sіwа уаng kеkаl; Tuhаn

ksantavyah = hendaknya supaya dіаmрunі
kѕаntаvуа = hеndаknуа ѕuрауа diampuni
kауіkаh = аnggоtа bаdаn
dоѕаh = dоѕа
vасіkаh = kаtа-kаtа
mаmа = hаmbа
mаnаѕаh = ріkіrаn
pramadat = kelalaian
Santih = damai

Sumber : cakepane.blogspot.com

AKSARA SUCI PENYATUAN ALAM SEMESTA BESERTA ISINYA

 












Aksara yang menyangkut dengan badan manusia dan alam semesta ini dapat di pergunakan ke hal positif(mengobati) manusia dari pengaruh ilmu hitam maupun negatip(menyakiti) dalm artian dapat juga dipakai sebagai menyakiti manusia,di bawah ini di terangkan dalam lontar usada tiwas punggung:



Lontar Usada Tiwas Punggung menguraikan, Dasa Aksara atau sepuluh huruf itu terdiri atas Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Uang, Yang.Huruf-huruf ini berasal dari suku kata Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya yang tujuannya untuk memuliakan Dewa Siwa.

Huruf-huruf ini memiliki tempat masing-masing, baik di dalam tubuh maupun alam semesta. Sang dengan kekuatan Dewa Iswara berlokasi di jantung, di alam semesta berada di timur. Bang di hati (selatan), dewanya Brahma. Tang di ginjal (barat), Dewa Mahadewa. Ang di empedu (utara), Dewa Wisnu. Ing di pertengahan hati (tengah), Dewa Siwa. Nang di paru (tenggara), Dewa Maheswara. Mang di usus (barat daya), Dewa Rudra. Sing di limpa (barat laut), Dewa Sangkara. Uang di kerongkongan dan anus (timur laut), Dewa Sambu. Yang terletak di urutan rangkai hati (tengah), Dewa Guru.



Karakter sebagai lambang dari kekuatan dewa inilah yang diolah untuk membangkitkan kekuatan spiritual atau energi, baik bersifat positif maupun negatif.Pengolahan karakter di dalam tubuh ini bisa digunakan untuk pengobatan dan juga untuk menyakiti. Termasuk ilmu leak juga merupakan pengolahan huruf-huruf ini.

Sesuai kepentingan orang yang mempelajari, sepuluh karakter ini bisa diringkas atau dirangkum yang disebut Pengrukun Dasaksara. Huruf ini disatukan menjadi lima huruf dengan kekuatan Panca Dewata.Kemudian diolah lagi menjadi tiga huruf (Tri Sakti) yaitu Ang, Ung, Mang. Ketiga huruf ini merupakan lambang Dewa Brahma, Wisnu dan Iswara. Dalam tingkatan spiritual tertentu tiga huruf ini diolah menjadi dua huruf Ang dan Ah sebagai simbol bumi dan langit. Dan yang paling terakhir adalah menjadi huruf OM sebagai lambang Tuhan.

Pengolahan huruf ini disesuaikan dengan kemampuan spiritual yang dimiliki.Hal ini membutuhkan proses cukup panjang. Ibarat seorang murid, semakin tinggi sekolahnya berarti semakin singkat huruf yang digunakan. Murid yang baru belajar biasanya disuruh menghafal sepuluh huruf tersebut. Bila sudah naik kelas, dia akan diajarkan bagaimana mengolah huruf itu menjadi lima, tiga dan dua.


Huruf-huruf ini juga bisa digunakan untuk melakukan diagnosa penyakit. Hal ini bisa diketahui melalui suara yang ditimbulkan. Penyakit yang ditimbulkan oleh air ketuban biasanya menimbulkan efek warna kuning, suara yang terdengar adalah Sing. Penyakit akibat darah akan berwarna merah, suaranya Ang.Penyakit akibat lemas, suaranya terdengar Yang. Penyakit akibat ari-ari, menimbulkan bungi Ung.

Sesuai tingkatannya, Ilmu Kanda Empat dapat dipilah menjadi Kanda Pat Butha, Kanda Pat Rare, Kanda Pat Nyama, Kanda Pat Dewa, Kanda Pat Subhiksa, Kanda Pat Sari dan Kanda Pat Moksa. Namun sebuah salinan lontar yang ditulis tangan menyebutkan Kitab Kanda Pat yang lain bernama sarining Kanda Pat Sari. Salinan lontar itu berisi tentang ilmu-ilmu gaib aliran kiri dan kanan yang disebut Ngiwa Tengen. Jika tekun mempelajarinya, menurut isi lontar tersebut, akan terhindar dari marabahaya, berbagai bentuk tindak kejahatan (durjana), menjaga keluarga, dan terhindar dari serangan ilmu hitam. Namun barangsiapa mencampakkan atau menghina ilmu sarining Kanda Pat Sari ini, dia akan terkenan kutukan. Dia akan terkena penyakit yang tak bisa diobati secara medis, gila dan pendek usia.

Seperti bunyi salah satu bait lontar tersebut "Yan Sira arep sakti sidi ngucap, kinasihing dening jagat, muang ton kekurangan pangan kinum, iki kaweruh Akena, pawarah batara ring dalem. .. ", yang artinya kalau Anda ingin sakti, disayang alam dan tak kekurangan makan minum, sebaiknya memuja Bhatara di Pura Dalem. Mungkin maksudnya mempelajari ilmu sarining Kanda Pat Sari karena ilmu ini merupakan anugerah Dewa yang beristana di Pura Dalem.

Ada persyaratan untuk mempelajari ilmu ini, di antaranya melakukan persembahyangan yang dimulai dari Pura Dalem Tungkub, kemudian ke Pura Mrajapati, ke kuburan (tempat pembakaran jenasah) , ke Pura Desa dan Pura Peseh. Sebab akan membuat ilmu tersebut menjadi lebih sempurna. Salah satu mantra untuk membangkitkan ilmu sarining Kanda Pat Sari adalah "Ang Brahma Ka Idep, Ung Wisnu Sidi, Mang Iswara Mandi, Jatasemat Sidaning Adnyana




Demikian ulasan saya tentang aksara suci penyatuan alam semesta beserta isinya.Dengan ini kita saling belajar mengenal kan budaya bali kepada generasi penerus agar budaya kita tidak di tiru oleh negara lain mari kita sama sama menjaga dan melestarikan budaya bali.


KELAHIRAN SANAN EMPEG Hidup – Meninggal - Hidup

 




Kelahiran sanan empeg,  merupakan kelahiran melik.  Ciri dari kelahiran ini. Diapit saudara yang meninggal. Pengalaman kami dari ribuan, yang telah melaksanakan penebusan di Gedong Suci.  Ketika kecil anak ini akan agak nakal, saat remaja anak ini tergolong cerdas. Namun ketika tengah umur keatas biasanya nasibnya kurang baik, rejeki merosot, sakitnya tidak jelas, dan terkadang kebingungan di usia senja. 

Maka dari itu, untuk menetralisir hal itu terjadi, seyogyang dilakukan penebusan melik, yang diruwat oleh seorang Dalang Samirana, yang mempuni ( metaksu ). 

HATI HATI METEBUSIN MELIK,  JANGAN ASAL PRAGAT, ASAL PAEK, ASAL ENGGAL. NAMUN TIDAK SESUAI DENGAN SARIN SASTRA. BANYAK YANG METEBUSAN MELIK ULANG DI GEDONG SUCI, KARENA HAL INI YANG TIDAK DIKETAHUI.

Ada 5 Hal Yang Harus Benar Diperhatikan Saat Ingin Metebusan Melik, Agar Efeknya secara niskala memang baik, tidak hanya sekedar sremonial belaka. Di Gedong Suci Usadha Agung Bali Niskala, ribuan orang sudah melaksanakan penebusan segala jenis melik dan upacara lainnya. 

1. Karena umat sudah mengetahui, ruwatan melik itu menurut Sarinin Lontar Kala Tatwa,  wenang dilaksanakan oleh seorang dalang yang mempuni yang disebut Dalang Samirana. Artinya seorang dalang yang paham tentang Dharmaning Pewayangan, Penglukatan Asta Pungku dan Upacara Pemelikan. Wewenang itu diberikan oleh Ida Bhatara Kala, pada seorang Dalang, akibat kesalahannya memakan sajen seorang dalang yang belum di aturkan.  

Maka untuk menebus kesalahan itu, siapapun yang orang melik, jika sudah diruwat oleh seorang Dalang Samirana, ia akan terhindar dari mati salah pati ulah pati. 

2.  Seorang Dalang itu juga harus mempunyai TAKSU YANG BAIK. Terbuktikan oleh banyak punya murid dan banyak umat yang datang untuk melaksakan upacara. Agar mantra yang diucapkan benar “nyusup” pada orang yang diupakarai. Ciri kalau tidak/kurang mataksu, jarang/tidak akan ada orang yang mencari.

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

3.  Radius Penebusan Melik, akan sangat dasyat secara niskala jika di dudukung oleh tempat.  Misalnya langsung di Ajeng Sesuwunan, tidak dilapangan,parkiran atau tempat umum lainnya. Sama halnya seperti kita sembahyang di Pura dan di Lapangan, kan memang lain rasanya. Serta kebetulan penebusan melik langsung di Gedong Suci dilaksanakan di Ajeng 19 Sesuwunan yang melinggih di Gedong  Suci Usadha Agung Bali Niskala. 

4. Tapak Widhi, Saat Prosesi acara Penebusan, Ida Sesuwunan langsung tedun Napak Umat. Hingga yang kena gangguan niskala, misalnya di ganggu wong samar, cetik, pepasangan, bebai, akan langsung keluar di tempat, tanpa di sentuh Jro Dalang. 

Teman2 yang ikut nanti, tentu akan merasa merinding sekali, betapa sakralnya peristiwa itu, peserta mendadak kesurupan, memuntahkan cetik dan lain sebaigainya. INI TIDAK ADA DI TEMPAT LAIN KHUSUS DI GEDONG SUCI.


5. BANYAK YANG TIDAK TAU, Mana penebusan melik, mana bayuh oton, mana bayuh petemon, mana bayuh manusa kasakitan, mana bayuh manusa atma katuran dll. SERING KALI BAYUH OTON ITU DIANGGAP BAYUH MELIK. PADAHAL ITU UPAKARANYA BEDA, TEMPATNYA BEDA, TUJUANNYA BEDA, MANTRANYA PUN BEDA.  

INILAH ORANG MELIK YANG PATUT DITEBUSIN. 

Ada Beberapa Jenis Melik, Melik Adnyana, Melik Ceciren, Melik Kelahiran.

MELIK ADNYANA/WIDHI, Orang melik adnyana, biasanya diawali dengan mimpi mimpi ke Pura, Ketemu orang Pakain Putih, Ketemu Petapakan Bhatara ( Rangda atau Barong ), Mimpi bersenggama dengan orang tak dikenal/keluarga, Mimpi Mesiat dengan Leak. 

Celakanya kalau dia ( orang melik ) kalah dalam mesiat lawan LIak, besok ia akan sakit dan bahkan meninggal saat tidur. Orang melik adnyana biasanya berpotensi jadi Balian atau mangku kalau dia punya keturuan/waris mangku/balian dan senang belajar spiritual. Suatu saat ia akan bisa merasakan/melihat mahluk astral/halus.

MELIK CECIREN, orang melik ceciren ada tanda dalam tubuhnya, terkadang di dunia niskala atau di sekala kelihatan nya. 

TANDA TANDA MELIK CECIREN 

1.MELIK CAKRA, Artinya Ada  berupa salah satu sanjata dewata nawa sanga dalam tubuhnya, kadang hanya bisa dilihat tokoh spiritual atau kelihatan nyata di kulit. 

2. Kadengan Apit Wangke,  ada kadengan di kelamin/disekitaranya. Kadengan Celedung Nginyah ada di tengah tengah alis. 

3.Sujenan Di Bokong, 4. Rambut Putih Hanya Beberapa Helai Tak Bisa Hilang, 5. Rambut Gimbal, 6 Jari Tangan/Kaki Lebih, 7. Lidah Poleng, 8.Isuan Lebih dari satu dll. 

MELIK KELAHIRAN, melik ini disebabkan oleh kelahiran manusia itu sendiri.

Diantaranya :

1. Orang yang lahir di Wuku Wayang
2. Anak Tunggal ( tak bersaudara )
3. Tiba sampir ( anak yang lahir berkalungfkan tali pusar )
4. Tiba Angker ( anak yang lahir berbelit tali pusar/tidak menangis )
5. Jempina ( anak lahir premature )
6. Margana ( anak lahir ditengah perjalanan )
7. Wahana ( anak lahir ditengah keramaian )
8. Julungwangi ( anak lahir tatkala matahari terbit )
9. Julungsungsang ( anak lahir tatkala tepat tengah matahari )
10. Julung sarab / julung macan / julung caplok ( anak lahir menjelang matahari terbenam )
11. Walika ( orang kerdil )
12. Wujil ( orang cebol )
13. Kembar ( dua anak lahir bersamaan dalam sehari )
14. Buncing / Dampit ( dua anak beda jenis kelamin lahir bersamaan dalm sehari )
15. Tawang Gantungan ( anak kembar selisih satu hari )
16. Pancoran Apit Telaga ( tiga bersaurdara – perempuan – laki – perempuan )
17. Telaga Apit Pancoran ( laki – perempuan – laki )
18. Sanan Empeg ( anak lahir diapit saudaranya meninggal )
19. Pipilan ( Lima bersaurdara empat perempuan satu laki )
20. Padangon ( Lima bersaudara empat laki satu perempuan)
21.Lulang ( Bersaudara 2, Keduanya Perempuan )
22. Luluta ( Bersaudara 3, Ketiganya Lelaki )
23. Kedukan ( Bersaudara 3, Ketiganya perempuan )

Selain kelahiran melik ada juga beberapa kelahiran yang sangat memerlukan ruwatan khusus, untuk menetralisir efek negative kelahiran yang sangat lebih dominan mempengaruhi kelahiran seseorang.



Dari Kelahiran ini, sebenarnya ada yang indikasi melik, ada yang Lintang Panes, Membuat Rejeki  Merosot, Kesakitan, Mandul dll. Namun  tidak bisa kami jelaskan satu persatu, karena terlalu panjang penjabarannya. Untuk lebih jelasnya silahkan saja, datang ke tempat, sambil Ngelereh Sewitra, Nanti kita bahas bersama sama. 

Diantaranya : Redite Umanis, Redite Pon, Redite Kliwon, Coma Paing, Coma Pon, Anggara Umanis, Anggara Wage, Anggara Kliwon, Buda Umanis, Buda Wage, Buda Kliwon, Wraspati Umanis, Wraspati Pahing, Wraspati Pon, Wraspati Kliwon, Sukra Umanis, Sukra Umanis, Sukra Paing, Sukra Pon, Sukra Kliwon, Saniscara Umanis, Sanicara Wage, Sanicara Kliwon. 

BAGI TEMAN2 YANG INGIN IKUT ACARA INI, BISA JUGA DATANG KONSULTASI SAAT JADWAL BUKA

Selasa :  Pukul  19 :00 –21 : 00 Wita
Kamis  :  Pukul  19 :00 –21 : 00 Wita
Sabtu  :  Pukul   09:00 –12 : 00 Wita
Minggu:  Pukul   09:00 –12 : 00 Wita

Sarana Tangkil konsultasi : Pejati

GEDONG SUCI USADHA AGUNG BALI NISKALA
Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan, Ubud, Kabupaten Gianyar.  Selatan Pura Desa dan Puseh, LIHAT PAPAN NAMA.

Makna dan Mantram saat Melukat




Melukat bertujuan untuk membersihkan kekacauan simpul-simpul energi-energi negatif dari dalam diri kita dengan bantuan alam semesta. Sehingga lapisan-lapisan badan kita dibersihkan menjadi lebih segar-seimbang dan tranformasi pikiran kita juga dibersihkan menjadi lebih baik dan terang, dari rasa takut menuju ketabahan, dari kemarahan menuju welas asih, dari kebencian menuju perdamaian, dari keinginan menuju pelepasan, dari kegelapan menuju penerangan. Dimana semuanya adalah satu manunggal tanpa batas. Melukat memberikan manfaat yang sangat positif lahir dan bathin jika kita melakukannya secara tekun dan rutin, misalnya: setiap purnama dan tilem dan harus dilakukan dengan cara yang benar.
Melukat bukan cara untuk menebus dosa, perlu diingat bahwa hukum karma hanya bisa berhenti ketika kita sudah mengalami moksha [pembebasan sempurna].
Apo adyanv acarisam rasena sam agasmahi
Payasvan agna a gahi sam prayaya sam ayusa | [Rig Veda I.23.23]
Artinya: Sekarang kami menerjunkan diri ke dalam air ini, kami meleburkan diri manunggal dengan kekuatan yang mewujudkan air ini. Semoga kekuatan suci yang tersembunyi dalam air ini, menyucikan dan memberikan kekuatan suci kepada kami.
Seperti halnya alam semesta [bhuana agung], badan kita [bhuana alit] juga terbagi menjadi Tri Loka [tiga bagian].
  1. Bhur Loka pada badan kita adalah bagian pusar ke bawah sampai ujung kaki.
  2. Bvah Loka pada badan kita adalah bagian leher ke bawah sampai pusar.
  3. Svah Loka pada badan kita adalah bagian leher ke atas sampai ujung kepala.
Pada masing-masing bagian tersebut terdapat kekacauan simpul-simpul energi negatif yang ketiganya saling berhubungan satu sama lain.
  • Pada Svah Loka titik pusat simpul energi negatif-nya terletak pada wilayah dahi, yang merupakan simpul energi dari kecenderungan pikiran atau persepsi pikiran kita.
  • Pada Bvah Loka titik pusat simpul energi negatif-nya terletak pada wilayah dada, yang merupakan simpul energi dari emosi dan perasaan kita, seperti misalnya : rasa sedih, rasa senang, rasa marah, rasa kecewa, dll.
  • Pada Bhur Loka titik pusat simpul energi negatif-nya terletak pada wilayah antara kemaluan dan dubur, yang merupakan simpul energi dari kecenderungan binatang kita, seperti misalnya : tidak ada sifat welas asih, tega, kejam, serakah, mementingkan diri sendiri, penuh nafsu keinginan, suka berkelahi, bertengkar, iri hati, dll.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI


Sangat penting dalam proses pembersihan ini, seluruh bagian dari badan, termasuk bagian yang tersembunyi, semuanya harus berinteraksi langsung dengan air tanpa halangan. Itulah sebabnya dilakukan tanpa busana. Karena hanya dengan badan yang sepenuhnya terbuka, disana seluruh kekacauan simpul-simpul energi negatif yang ada pada ketiga loka pada lapisan-lapisan badan kita akan dibersihkan secara menyeluruh. Sehingga proses pembersihan ini efektif, dimana energi suci alam semesta terdistribusi dengan baik, dapat lebur menyatu dengan keseluruhan lapisan badan fisik dan lapisan badan halus kita.
Mantram saat melukat:
Om sarira parisudhamàm swàha
Artinya: Om Hyang Widhi, Semoga badan fisik dan badan pikiran hamba menjadi suci.
Kalau melukat di mata air, ucapkan mantram tersebut di setiap pancuran [masing-masing] sebelum kita membasahi rambut, membersihkan seluruh bagian badan dan sebelum meminum airnya tiga kali. Kalau melukat di campuhan atau laut, ucapkan mantram tersebut sama juga sebelum kita membersihkan diri, tapi tidak usah meminum airnya. Lebih baik lagi kalau proses melukat ini [terutama di mata air dan campuhan], kita lakukan juga sambil mandi dan keramas [dengan sabun dan shampoo].
Jalasena–abhi sincata
Jalasena-upa sincata | [Atharva Veda VI.57.2]
Artinya: Mandilah [mandi seperti biasa] dan basahi seluruh bagian tubuh [semua bagian tubuh terkena air langsung] yang dipengaruhi [penyakit dan energi negatif] di dalam air suci.