Rabu, 13 Maret 2024

LONTAR

 


Lontar adalah manuskrip kuno asli Bali yang berperan sangat penting di dalam mentransmisikan berbagai ilmu pengetahuan para leluhur. Sebutan lontar memiliki kaitan erat dengan bahan dasar pembuatannya, yaitu daun rontal atau daun ental. Akan tetapi ada juga beberapa manuskrip lontar yang bahan dasar pembuatannya dari tembaga, terutama biasanya lontar kategori babad dan prasasti.
Jumlah lontar yang diwariskan leluhur jumlahnya sangat banyak. Di berbagai perpustakaan lontar yang sifatnya resmi saja jumlahnya ribuan. Seperti di Gedong Kirtya yang menyimpan sebanyak 2.414 cakep [satu kesatuan lontar yang utuh], di Perpustakaan Lontar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menyimpan 2.274 cakep, di Perpustakaan Lontar Universitas Udayana menyimpan 738 cakep, di Perpustakaan Universitas Hindu Indonesia menyimpan 151 cakep, di perpustakaan Balai Bahasa Denpasar menyimpan 90 cakep, di Perpustakaan Museum Bali menyimpan 60 cakep dan di Perpustakaan Lontar Universitas Dwijendra menyimpan 50 cakep.
Sedangkan lontar yang ada di masyarakat, seperti di Griya, di Puri, di rumah-rumah penduduk, dsb-nya, diperkirakan terdapat lebih dari 55.000 cakep lontar.
Lontar sebagai bagian dari kekayaan ilmu pengetahuan para leluhur memiliki kodifikasi keilmuan yang kompleks dan beragam. Dimana di dalam lontar-lontar tersebut termuat berbagai jenis pengetahuan, dengan pengkategorian sebagai berikut di bawah ini.
1]. Lontar Kategori Tattwa.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang tattwa penciptaan alam semesta, tattwa realitas kosmik, dan sejenisnya.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Bhuwanakosa
= Purwaka Bhumi
= Sanghyang Nawaruci
= Bhuwana Sangksepa
= Sanghyang Mahajnana
2]. Lontar Kategori Sadhana Tantra.
Sebagian besar lontar kategori sadhana tantra berhubungan erat dengan lontar kategori tattwa.
Lontar kategori sadhana tantra memuat ajaran dan pengetahuan tentang berbagai sadhana tantra, seperti sadhana kalepasan [moksha], sadhana kawisesan, sadhana kesiddhian, dan sejenisnya.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Shiwa Tantra
= Wrhaspati Tattwa
= Jnanasiddhanta
= Sanghyang Aji Swamandala
= Panglukuhan Dasa Aksara
= Durga Bhairawi
= Ratuning Kawisesan
= Kanda Pat
3]. Lontar Kategori Dharma.
Sebagian besar lontar kategori dharma berhubungan erat dengan lontar kategori sadhana tantra.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang dharma, susila [moralitas yang baik], tuntunan menuju kesadaran suci,
karma dan samsara.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Sarasamuscaya
= Slokantara
= Siwasasana
= Agastyaparwa
= Wratisasana
= Silakrama
= Pancasiksa
= Rsi Sasana
= Putra Sasana
= Atma Prasangsa
4]. Lontar Kategori Yadnya.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang pelaksanaan yadnya dan upacara, seperti jenis-jenis banten, perlengkapan banten, tujuan upacara, dsb-nya.
Terdapat 25 judul lontar kategori yadnya, yang terbagi ke dalam 5 [jenis] pelaksanaan yadnya dan upacara. Yaitu sebagai berikut.
=== Lontar tentang pelaksanaan Dewa Yadnya.
Terdapat 4 lontar menyangkut pelaksanaan Dewa Yadnya, yaitu lontar [1] Dewa Tattwa, [2] Sundarigama, [3] Wrhaspatikalpa dan [4] Catur Wedhya.
=== Lontar tentang pelaksanaan Pitra Yadnya.
Terdapat 7 lontar menyangkut pelaksanaan Pitra Yadnya, yaitu lontar [1] Yama Purwana Tattwa, [2] Yama Tattwa, [3] Empu Lutuk Aben, [4] Kramaning Atiwa-tiwa, [5] Indik Maligya, [6] Putru Sesaji dan [7] Bacakan Banten Pati Urip.
=== Lontar tentang pelaksanaan Rsi Yadnya.
Terdapat 2 lontar menyangkut pelaksanaan Rsi Yadnya, yaitu lontar [1] Kramaning Madiksa dan [2] Yadnya Samkara.
 
 
=== Lontar tentang pelaksanaan Manusa Yadnya.
Terdapat 6 lontar menyangkut pelaksanaan Manusa Yadnya, yaitu lontar [1] Dharma Kahuripan, [2] Eka Pratama, [3] Bacakan Banten Pati Urip, [4] Janma Prawerti, [5] Puja Kalapati dan [6] Puja Kalib.
=== Lontar tentang pelaksanaan Bhuta Yadnya.
Terdapat 6 lontar menyangkut pelaksanaan Bhuta Yadnya, yaitu lontar [1] Ekadasarudra, [2] Pancawalikrama, [3] Indik Caru, [4] Bhama Kertih, [5] Lebur Sangsa dan [6] Pratingkahing Caru.
5]. Lontar Kategori Puja.
Lontar kategori puja terkait sangat erat dengan lontar kategori yadnya. Jika lontar yadnya berisi petunjuk pelaksanaan yadnya dan upacara, maka lontar puja berisi tata cara melakukan puja dan untuk muput upacara.
Lontar kategori puja memuat ajaran dan pengetahuan tentang tata cara melakukan puja harian, serta puja untuk menghantarkan yadnya dalam upacara agama. Lontar kategori puja merupakan pegangan bagi para sulinggih, pemangku dan upasaka pada waktu menghantarkan yadnya dalam upacara.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Arghapatra
= Weda Parikrama
= Surya Sewana
= Kajang Pitra Puja
= Kusumadewa
= Puja Mamukur
= Puja Ksatrya
6]. Lontar Kategori Usada
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang pengobatan.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Sanghyang Budhakecapi
= Usada Dalem
= Usada Rare
= Usada Pamugpug
= Usada Ila
= Usada Tiwang
7]. Lontar Kategori Wariga.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang astronomi, astrologi dan tenung, seperti penentuan iklim untuk pertanian, hari baik atau buruk untuk suatu pekerjaan, penentuan hari-hari baik untuk upacara keagamaan, dsb-nya.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Wariga Gemet
= Wariga Krimping
= Wariga Parerasian
= Wariga Palalawangan
= Purwaka Wariga.
8]. Lontar Kategori Kearsitekturan dan Tata Ruang Kosmik.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang kearsitekturan, tata bangunan, penataan tempat suci dan tata ruang kosmik.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Asta Kosala
= Asta Kosali
= Astabhumi
= Wiswakarma
9]. Lontar Kategori Babad dan Prasasti.
Lontar kategori ini memuat tentang laporan sejarah atau berbagai catatan historikal.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Prasasti Sukawana
= Usana Bali
= Raja Purana
= Babad Pasek
= Raja Purana
= Babad Manik Angkeran
= Dwijendra Tattwa
= Babad Pande Bratan
10]. Lontar Kategori Lelampahan.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang lakon pertunjukan kesenian, seperti gambuh, wayang, arja dsb-nya.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Paniti Talaning Pagambuhan
= Lelampahan Wayang Sapuh Leger
11]. Lontar Kategori Kidung dan Kakawin.
Lontar kategori ini berupa pustaka kidung, kakawin, geguritan, dsb-nya.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Kidung Angling Darma
= Geguritan Bhima Swarga
= Geguritan Sudhamala
= Geguritan Lubdhaka
12]. Lontar Kategori Tata Bahasa dan Aksara.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang tata bahasa, daftar kata, sinonim, tehnik penyusunan tulisan dan krakah.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Adiswara
= Kretabasa
= Suksmabasa
= Cantakaparwa
= Dasanama
= Krakah Modre
= Krakah Sastra
13]. Lontar Kategori Aturan Hukum.
Lontar kategori ini memuat ajaran dan pengetahuan tentang aturan hukum di masyarakat.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Awig-Awig
= Kretasima Subak
= Adigama
= Dewagama
= Kutara Manawa
= Purwadhigama
= Paswara
14]. Lontar Kategori Satua Bali.
Lontar kategori ini memuat tentang cerita rakyat.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Ni Diah Tantri
= Tantri Kamandaka
= Satua Siap Badeng
15]. Lontar Kategori Pengetahuan Terapan.
Lontar kategori ini memuat berbagai tehnik dan tips pengetahuan terapan untuk berbagai jenis kegiatan sehari-hari.
Beberapa contoh lontar kategori ini :
= Rukmini Tattwa
= Pengayam-ayam
Sumber: FB Nyoman Kurniawan
 
 

Pengastawa

 

Dalam melaksanakan sesaning Pemangku ngastawa Piodalan Alit , yang artinya seorang Pemangku harus melaksanakan Puluhan Lelaku dan Puja Mantra , mengkonektevitas antara :
Bhuwana Alit
dengan
Bhuwana Agung .
Kengetakna genahnia ring Bhuana Sariranta, muah make isining modre tekeng busanania luwirnia ;
Ulu Sari pengawaking Wintang ,
Ulu cecek pengawaking Trenggana ,
Ulu pepet pengawaking Akasa ,
Ulu surang pengawaking Srah ,
Ulu candra pengawaking Wulan
Nania pengawaking Surya
Ulu ricem pengawaking teja
Ulu tedung pengawaking Wangkawa
Talingan pengawaking Kukuwung
Wisah pengawaking Mega
Suku balang pengawaking manusa
Suku kembung pengawaking Toya
Suku cakra pengawaking idep
Sastrania pengawaking
Bumi Sejagatkabeh .
Artinya apa?
Seluruh Puja Pengastawa menggunakan Aksara Bali bukan Aksara Deva Nagari.
Ten uningin Aksara ne, punapi cara melafal serta ngerasukkannya , kone Pasuk Wetu ?
Nugtug dogen tuare pedas 😁
Ong Rahayu.

Banten Otonan, Cara Otonan, Mantra Otonan, Lengkap!

 


Bagaimanakah tata cara yang benar saat ‘ngotonin’? Pertanyaan seperti ini sering sekali muncul dari orang tua terutama ibu-ibu muda yang akan Otonan anaknya. Seperti, apa sajakah bantennya, dan bagaimanakah langkah-langkah membuatnya, dan siapa sajakah yang boleh “Otonan”.
Bahan-bahan Persiapan Banten Otonan
Penggunaan Banten sebenarnya fleksibel, namun beberapa masyarakat menggunakan banten seperti tumpeng telu dan tumpeng lima. Pada banten tumpeng lima berisi banten : Pengambean Dapetan Peras Pejati Sesayut Segehan Sarana-sarana lain seperti, Bija, Dupa, Toya Anyar, Tirta Pelukatan, dan Tirta Hyang Guru.
Tahapan-tahapan Sebelum memulai, sang ibu wajib ngayab (menghaturkan) banten kehadapan Sang Hyang Atma. sebagai pertanda bahwa inilah hari dimana beliau manumadi (menjelma). Dilanjutkan menghaturkan Segehan ring sor ( bawah ) bale atau tempat anaknya me’otonan’. Memohon kepada Sang Hyang Butha Kala agar prosesi berjalan lancar, terbebas dari mara bahaya. Selanjutnya ritual otonan dapat dimulai.
 
Pertama-tama adalah mesapuh-sapuh, yaitu mengusap telapak kanan anak dengan Buu, dimulai dari tangan kanan kemudian tangan kiri, diiringi dengan sesontengan
"Cening-cening ne jani mesapuh-sapuh, apang ilang dakin liman ceninge, apang kedas cening ngisiang urip’
Dilanjutkan mengusap dengan toya anyar. Mesapuh-sapuh bertujuan untuk menghilangkan mala atau leteh pada badan kasar yang bersangkutan. Dilanjutkan dengan masegau atau matepung tawar, yaitu mengusap kedua tangan yang bersangkutan dengan don dapdap.
"Cening-cening ne jani masegau, suba leh liman ceninge melah-melah ngembel rahayu’
Selanjutnya yang bersangkutan diberi tirta pelukatan. Maknanya adalah, menyucikan, menetralisir kembali Sang Hyang Atma. Agar jiwa yang bersangkutan senantiasa suci, melah (baik), ngembel (dalam genggaman) dan rahayu (keselamatan).
Dilanjutkan dengan Matetebus. Ambil dua helai benang, pertama diletakan di atas kepala sisanya dililit dipergelangan tangan kanan yang bersangkutan, diiringi sesontengan.
"Cening-cening ne magelang benang, apang ma uwat kawat ma balung besi.
Setelah itu yang bersangkutan diberi tirta Hyang Guru. Ini memiliki makna agar yang bersangkutan memperoleh kesehatan dan keselamatan lahir batin, selalu diberi perlindungan oleh sang pencipta.
Yang terakhir adalah Ngayab Sesayut diputar 3 kali searah jarum jam diiringi sesontengan
"Nah jani cening ngilehang sampan, ngilehang perahu, batu mokocok, tungked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu bencah”.
Banten pengenteg bayu tersebut bermakna untuk memohonkan agar yang bersangkutan tetap pendirian serta berkepribadian stabil (tidak labil) didalam menjalani kehidupannya.
Tujuan yang dapat diperoleh dari meotonan antara lain, diawali Masesapuh, yakni pembersihan badan kasar dari segala leteh atau mala.
Kemudian Matepung tawar/Masegau, sebagai sarana untuk menyucikan kembali jiwa atau Sang Hyang Atma, lalu menghubungkan serta menguatkan kembali badan kasar dengan Sang Hyang Atma melalui benang tebus, dan diakhiri dengan mestabilkan pikiran (Ngayab sesayut pengenteg bayu).
 

Selasa, 12 Maret 2024

Kalacakra atau Kolocokro

 



Kalacakra atau Kolocokro dikenal sebagai pamungkas nya aksara dan sastra genre Hayuningrat Sang Hyang Ajisaka HaNaCaRaKa DaTaSaWaLa MaGaBaThaNga PaDhaJaYaNya, yang memiliki energi untuk memutar Kala (waktu / pikiran) manusia yang tidak baik menjadi baik atau sebaliknya....
Kalacakra versi Bali
AUM YamaRaja AUM Jara Maya
AUM Yama Rani. AUM Nira Maya
AUM Yasi Lapa. AUM Pala Siya
AUM Yami Doro. AUM Roda Miya
AUM Yami Dosa. AUM Soda Miya
AUM Yada Yudha AUM Dhayu Daya
AUM Yasi Yaca. AUM Caya Siya
AUM Yasi Hama. AUM Maha Siya
Rafalkan dengan tatacara yang benar, mulai :
1. Urip 20 Aksara
2. Urip 10 Aksara
3. Urip Mantram
4. Rafalkan Kalacakra
5. Rafalkan Mantram Inti
6. Rafalkan Mantram sesuai tujuan
7. Tutup dengan ucapan terimakasih dan puji syukur
Semua dilakukan dalam konsep ajaran kesucian melalui ;
Tapa
Brata
Yoga
Semadi / Meditasi.
Ajaran leluhur ingkang adiluhung, warisan leluhur Jagad Nusantara yang lestari di Bali.

Sabtu, 09 Maret 2024

TAHUN BARU BUKAN TANGGAL 1 JANUARI?

 



Mumpung hari ini Imlek, saya menghabiskan satu hari spesial ini untuk memperdalam khazanah astronomi Jyotisa yang ternyata memiliki dasar perhitungan yang mirip dengan kalender Tiongkok kuno. Agama-agama dan kepercayaan kuno di dunia selalu memiliki momen tahun baru, dan jatuhnya tahun baru itu sering tidak sama dengan tanggal tahun baru yang kita kenal.

Kabar buruknya, saya dengan berat hati ingin menyatakan bahwa tanggal 1 Januari sebenarnya tidak memiliki makna apa-apa secara astronomis maupun astrologis. Mengapa? Karena tanggal 1 Januari tidak mewakili momen astrologi maupun astronomi apa pun. Itu hanya sebuah tanggal yang sepakat ”dijadikan” hari tahun baru oleh masyarakat modern setelah lelah berhitung sampai 365.
Dalam ilmu astronomi dan astrologi, ada definisi yang jelas mengenai apa itu tahun baru. Dalam tulisan ini, saya akan mencoba membagikan tiga definisi (setidaknya ada tujuh definisi berbeda). Pertama, apa yang disebut ”tahun baru” dapat dilihat dari gerakan matahari tahunan. Satu tahun matahari berarti waktu yang ditempuh oleh gerak semu matahari untuk kembali ke titik nol derajat rasi pertama. Menurut astronomi Jyotisa, rasi pertama adalah Mesa (Aries [0-30 derajat langit]), bukan Capricorn seperti apa kata surat kabar. Jadi, satu tahun matahari adalah waktu yang dibutuhkan matahari untuk kembali ke titik 0 derajat Aries. Pada saat ini, titik nol derajat Aries ini terjadi di pertengahan bulan April, sehingga tahun baru versi tahun astronomis matahari sesungguhnya terjadi setiap bulan April. Namun, setiap sekitar dua-tiga ribu tahun, titik ini akan bergerak mundur. Jadi, di tahun 4000 nanti, tahun baru matahari akan terjadi di bulan Maret, lalu bergeser terus ke Februari, dan seterusnya. Hal ini disebabkan oleh gerak presesi kutub (precession of equinoxes).

Kedua, sesuai dengan kebudayaan-kebudayaan kuno di Mesir, Mesopotamia, Eropa, India, dan Tiongkok, tahun baru dirayakan saat matahari mencapai khatulistiwa. Ini disebut sebagai ekuinoks musim semi (atau musim gugur, tergantung Anda dari Australia atau dari Amerika). Ekuinoks adalah titik di mana garis edar semu matahari (ekliptika) bersinggungan dengan garis ekuator (khatulistiwa). Ada dua titik ekuinoks. Titik ekuinoks pertama saat ini terjadi di Rasi Pisces-Aquarius (Mina-Kumbha), dan titik kedua ada di Kanya (Virgo). Jadi, ketika matahari terbit bersama Rasi Aquarius-Pisces, tahun baru dimulai. Lima ribu tahun lalu, titik ekuinoks pergantian tahun ada di Rasi Taurus-Aries, sehingga tahun matahari berganti pada bulan April. Namun, karena gerak presesi kutub, saat ini tahun ekuinoks berganti pada bulan Maret. Sekitar 4.000 tahun lagi, tahun ekuinoks akan terjadi pada bulan Februari. Pergantian ini akan menyebabkan bergantinya siklus musim di dunia. Saat ini, musim semi terjadi di bulan Maret, tetapi lima ribu tahun lalu, di zaman Mahabharata, musim semi terjadi pada bulan April. Sekitar 5000-6000 tahun dari sekarang, musim semi akan terjadi di bulan Januari-Februari.
Ketiga, tahun baru dihitung berdasarkan peredaran bulan. Tatkala bulan masuk ke rasi 180 derajat dari posisi matahari di rasi pertama (Aries), maka itulah saat pergantian tahun bulan (lunar calendar). Dimulai sekitar waktu turunnya Buddha Avatara, momen ini terjadi di Rasi Aries-Pisces, dan 180 derajat dari rasi itu adalah Virgo-Libra. Saat matahari ada di Aries dan bulan masuk ke Virgo, maka bulan masuk ke wilayah bintang (Naksatra) Citra. Karena itulah, tahun baru berdasarkan perhitungan bulan selalu dimulai di bulan Caitra (dari nama bintang Citra). Kebudayaan-kebudayaan kuno seperti India dan Tiongkok selalu merayakan tahun baru pada bulan Caitra, yang kini kita lihat sebagai hari raya Imlek dan Nyepi.
Demikian tiga definisi tahun baru menurut momen astrologi dan astronomi klasik. Inilah sebab mengapa tahun baru keagamaan yang dirayakan oleh agama-agama tua di dunia biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Semuanya terkait dengan momen astrologi dan astronomi sehingga memancarkan energi (vibrasi) elementer yang kuat dan bermakna dalam kehidupan.
Semoga bermanfaat, dan selamat tahun baru naga.

Rabu, 06 Maret 2024

Pengertian Shiva Natararaja

 


Shiva Natararaja (Siwa Nata Raja) adalah tarian kosmis Dewa Siwa, dimana Dewa Siwa memutar dunia ini dengan gerakan mudranya yang mempunyai kekuatan gaib seperti halnya Tari Wali ciptaan Dewa Brahma keunikan Bali Sweet Home disebutkan bahwa :
Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh memiliki makna tertentu dan kekuatan tertentu sehingga tarian ini tidak semata-mata keindahan rupa atau pakaian tetapi juga mempunyai kekuatan sekala dan niskala.
Namun kalau di Bali maka gerakan tangan yang disebut dengan mudra tidak sembarang digunakan. Tarian tersebut mengandung banyak makna, simbolisasi, filosofi, dan kreatifitas berkesenian, khususnya kesenian di Bali sebagaimana disebutkan Siwa Nata Raja Dewa Tarian, Tarian Peleburan dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar, karena tidak dapat dipisahkan dari religius masyarakat Hindu di Bali.

Upacara yadnya yang diselenggarakan di berbagai pura juga tidak lepas dari kesenian seperti seni suara, tari, karawitan, seni lukis, seni rupa, dan sastra. Candi, pura dan lain-lainnya dibangun sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa estetika, etika, dan sikap religius dari para umat penganut hindu di Bali.
Pregina atau penari dalam semangat ngayah atau bekerja tanpa pamrih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud bhakti kehadapan Hyang Siwa yang pada hakekatnya adalah Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan).
Di dalamnya ada rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri yakni Dewa Siwa.
Para seniman ingin sekali menjadi satu dengan seni itu karena sesungguhnya tiap-tiap insan di dunia ini adalah percikan seni.
Dalam artian adalah Siwa Nata Raja bersemayam dalam setiap insan di dunia ini.
Sebagai dewanya penari. Siwa terus menari sehingga menimbulkan ritme dan keteraturan di dalam alam semesta. Gerakan Ciwa Nataraja dalam Babad Bali disebutkan dahulu merupakan pancaran tenaga prima yang kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini.

WEWARAN






1. Ekawara :
Luang berarti tunggal /kosong
2. Dwiwara :
Menga berarti terbuka /terang
Pepet berarti tertutup /gelap
3. Triwara :
Pasah/Dora berarti tersisih, baik untuk
Dewa Yadnya
Beteng/Waya berarti makmur, baik untuk
Manusia Yadnya
Kajeng/Byantara berarti tekanan tajam,
baik untuk Bhuta Yadnya.
4. Caturwara :
Sri berarti kemakmuran
Laba berarti berhasil (pemberian)
Jaya berarti kemenangan (unggul)
Mandala berarti sekitar (daerah),
mencapai kemakmuran
5. Pancawara :
Umanis berarti rasa
Paing berarti cipta
Pon berarti idep
Wage Berarti angen/ kareping
Kliwon berarti Budhi
6. Sadwara :
Tungleh berarti tak kekal
Aryang berarti kurus
Urukung berarti punah
Paniron berarti gemuk
Was berarti kuat
Maulu berarti membiak
7. Saptawara :
Redite berarti soca menanam semua
yang beruas
Soma berarti bungkah menanam
umbi-umbian
Anggara berarti godhong menanam
sayur-sayuran daun
Buda berarti kembang menanam semua
jenis bunga
Buddha suratan dari basa sanskrta dari akar kata " Budh , dijadikan kata = > Buddha yg artinya penganut ajaran Buddha / Buddha paksa.
Buddha diserap menjadi basa Kawi Bali > Budha yg artinya Dina / hari rabu dalam wewaran dari Sapta wara salah satu dari nama planet Merkurius.



ᬩᬸᬟ = pesengan dewa lan aran planet, aran rahina
ᬩᬸᬤ᭄ᬟ = wicaksana, Sang Buddha
.
Wraspati berarti wija menanam yang
menghasilkan biji
Sukra berarti woh menanam
buah-buahan
Saniscara berarti pager menanam pagar
atau turus
8. Astawara :
Sri berarti makmur (pengatur)
Indra berarti indah (penggerak)
Guru berarti tuntunan (penuntun)
Yama berarti adil (peradilan)
Rudra berarti peleburan
Brahma berarti pencipta
Kala berarti nilai
Uma berarti pemelihara (peneliti
9. Sangawara :
Dangu artinya antara terang dan gelap
Dangu jg artinya batu/diam
Jangur artinya macan/kuat/lincah
juga antara jadi dan batal
Gigis artinya sederhana, juga berarti
bumi yg bisa buruk atau baik
Nohan artinya gembira, bulan, tidak
tetap
Ogan artinya bingung, rajin kerja, ulat
Erangan artinya dendam, keras, teliti/
telaten, tetap, matahari
Urungan artinya batal, suka marah, api
Tulus artinya langsung, air, sopan
Dadi artinya dadi, ingin istimewa,
tanaman
10. Dasawara :
Pandita artinya bijaksana
Pati artinya tegas/dinamis
Suka artinya gembira/periang
Duka artinya mudah tersinggung,
tetapi jiwanya seni
Sri artinya kewanitaan, perasaan halus
Manuh artinya selalu taat, menurut
Manusa artinya mempunyai rasa
sosial
Raja artinya mempunyai jiwa
kemimpinan
Dewa artinyamempunyai budi luhur
(kerokhanian)
Raksasa artinya mempunyai jiwa
Keras dengan tidak melakukan
pertimbangan