Jumat, 05 Januari 2024

Bhagavadgita Pengetahuan Rohani





Bhagavadgita Bab IV - Pengetahuan Rohani

Bhagavad-gita 4.1
4.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krsna, bersabda; Aku telah mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini yang tidak dapat dimusnahkan kepada dewa matahari , vivasvan, kemudian vivasvan mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manu mengajarkan ilmu pengetahuan itu kepada iksvaku.

Bhagavad-gita 4.2
4.2 Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian, dan para raja yang suci mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan itu terputus, karena itu, rupanya ilmu pengetahuan yang asli itu sudah hilang.

Bhagavad-gita 4.3
4.3 Ilmu pengetahuan yang abadi tersebut mengenai hubungan dengan Yang Mahakuasa hari ini Kusampaikan kepadamu, sebab engkau adalah penyembah dan kawan-Ku; karena itulah engkau dapat mengerti rahasia rohani ilmu pengetahuan ini.

Bhagavad-gita 4.4
4.4 Arjuna berkata; vivasvan, dewa matahari, lebih tua daripada Anda menurut kelahiran. Bagaimana hamba dapat mengerti bahwa pada awal Anda mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada beliau?

Bhagavad-gita 4.5
4.5 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Engkau dan Aku sudah dilahirkan berulangkali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi engkau tidak dapat ingat, Wahai penakluk musuh.

Bhagavad-gita 4.6
4.6 Walaupun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah merosot, dan walaupun Aku penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli.




Bhagavad-gita 4.7
4.7 Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, Wahai putera keluarga Bharata.

Bhagavad-gita 4.8
4.8 Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.

Bhagavad-gita 4.9
4.9 Orang yang mengenal sifat rohani kelahiran dan kegiatan-Ku tidak dilahirkan lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal, wahai Arjuna.

Bhagavad-gita 4.10
4.10 Banyak orang pada masa lampau disucikan oleh pengetahuan tentang-Ku dengan dibebaskan dari ikatan, rasa takut dan amarah, khusuk sepenuhnya berpikir tentang-Ku dan berlindung kepada-Ku dan dengan demikian mereka semua mencapai cinta-bhakti rohani kepada-Ku.

Bhagavad-gita 4.11
4.11 Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai putera Prtha.

Bhagavad-gita 4.12
4.12 Orang di dunia ini menginginkan sukses dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; karena itu, mereka menyembah para dewa. Tentu saja, manusia cepat mendapat hasil dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil di dunia ini.

Bhagavad-gita 4.13
4.13 Menurut tiga sifat alam dan pekerjaan yang ada hubungannya dengan sifat-sifat itu, empat bagian masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku. Walaupun Akulah yang menciptakan sistem ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa Aku tetap sebagai yang tidak berbuat, karena Aku tidak dapat diubah.

Bhagavad-gita 4.14
4.14 Tidak ada pekerjaan yang mempengaruhi Diri-Ku; Aku juga tidak bercita-cita mendapat hasil dari perbuatan. Orang yang mengerti kenyataan ini tentang Diri-Ku juga tidak akan terikat dalam reaksi-reaksi hasil pekerjaan.



Bhagavad-gita 4.15
4.15 Semua orang yang sudah mencapai pembebasan pada jaman purbakala bertindak dengan pengertian tersebut tentang sifat rohani-Ku. Karena itu, sebaiknya engkau melaksanakan tugas kewajibanmu dengan mengikuti langkah-langkah mereka.

Bhagavad-gita 4.16
4.16 Orang cerdaspun bingung dalam menentukan apa itu perbuatan dan apa arti tidak melakukan perbuatan. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu apa arti perbuatan, dan setelah mengetahui tentang hal ini engkau akan dibebaskan dari segala nasib yang malang.

Bhagavad-gita 4.17
4.17 Seluk beluk perbuatan sulit sekali dimengerti. Karena itu, hendaknya seseorang mengetahui dengan sebenarnya apa arti perbuatan, apa arti perbuatan yang terlarang, dan apa arti tidak melakukan perbuatan.

Bhagavad-gita 4.18
4.18 Orang yang melihat keadaan tidak melakukan perbuatan dalam perbuatan, dan perbuatan dalam keadaan tidak melakukan perbuatan, adalah orang cerdas dalam masyarakat manusia. Dia berada dalam kedudukan rohani, walaupun ia sibuk dalam segala jenis kegiatan.

Bhagavad-gita 4.19
4.19 Dimengerti bahwa seseorang memiliki pengetahuan sepenuhnya kalau setiap usahanya beb as dari keinginan untuk kepuasan indria-indria. Para resi mengatakan bahwa reaksi pekerjaan orang yang bekerja seperti itu sudah dibakar oleh api pengetahuan yang sempurna.

Bhagavad-gita 4.20
4.20 Dengan melepaskan segala ikatan terhadap segala hasil kegiatannya, selalu puas dan bebas, dia tidak melakukan perbuatan apapun yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, walaupun ia sibuk dalam segala jenis usaha.

Bhagavad-gita 4.21
4.21 Orang yang mengerti bertindak dengan pikiran dan kecerdasan dikendalikan secara sempurna. Ia meninggalkan segala rasa memiliki harta bendanya dan hanya bertindak untuk kebutuhan dasar hidup. Bekerja dengan cara seperti itu, ia tidak dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa.




Bhagavad-gita 4.22
4.22 Orang yang puas dengan keuntungan yang datang dengan sendirinya, bebas dari hal-hal relatif, tidak iri hati, dan mantap baik dalam sukses maupun kegagalan, tidak pernah terikat, walaupun ia melakukan perbuatan.

Bhagavad-gita 4.23
4.23 Pekerjaan orang yang tidak terikat kepada sifat-sifat alam material dan mantap sepenuhnya dalam pengetahuan rohani menunggal sepenuhnya ke dalam kerohanian.

Bhagavad-gita 4.24
4.24 Orang yang tekun sepenuhnya dalam kesadaran krsna pasti akan mencapai kerajaan rohani karena dia sudah menyumbang sepenuhnya kepada kegiatan rohani. Dalam kegiatan rohani tersebut penyempurnaan bersifat mutlak dan apa yang dipersembahkan juga mempunyai sifat rohani yang sama.

Bhagavad-gita 4.25
4.25 Beberapa yogi menyembah para dewa yang sempurna dengan cara mengaturkan berbagai jenis korban suci kepada mereka, dan beberapa di antaranya mempersembahkan korban-korban suci dalam api Brahman yang paling utama.

Bhagavad-gita 4.26
4.26 Beberapa orang (para brahmacari yang tidak ternoda)mengorbankan proses mendengar dan indria-indria di dalam api pengendalian pikiran, dan orang lain (orang yang berumah tangga yang teratur) mengorbankan obyek-obyek indria ke dalam api indria-indria.

Bhagavad-gita 4.27
4.27 Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendali.

Bhagavad-gita 4.28
4.28 Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa di antara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaan yang keras, dengan berlatih yoga kebatinan terdiri dari delapan bagian, atau dengan mempelajari veda untuk maju dalam pengetahuan rohani.

Bhagavad-gita 4.29
4.29 Ada orang lain yang tertarik pada proses menahan nafas agar tetap dalam semadi. Mereka berlatih dengan mempersembahkan gerak nafas ke luar ke dalam nafas yang masuk, dan nafas yang masuk ke dalam nafas yang ke luar, dan dengan demikian akhirnya mereka mantap dalam semadi, dengan menghentikan nafas sama sekali. Orang lain membatasi proses makan, dan mempersembahkan nafas ke luar ke dalam nafas yang ke luar sebagai korban suci.

Bhagavad-gita 4.30
4.30 Semua pelaksanaan kegiatan tersebut yang mengetahui arti korban suci disucikan dari reaksi-reaksi dosa, dan sesudah merasakan rasa manis yang kekal hasil korban-korban suci, mereka maju menuju alam kekal yang paling utama.

Bhagavad-gita 4.31
4.31 Wahai yang paling baik dari keluarga besar Kuru, tanpa korban suci seseorang tidak pernah dapat hidup dengan bahagia baik di planet ini maupun dalam hidup ini; kalau demikian bagaimana tentang penjelmaan yang akan datang?



Bhagavad-gita 4.32
4.32 Segala jenis korban suci tersebut dibenarkan dalam veda, dan semuanya dilahirkan dari berbagai jenis pekerjaan. Dengan mengetahui jenis-jenis korban suci tersebut dengan cara seperti itu, engkau akan mencapai pembebasan.

Bhagavad-gita 4.33
4.33 Wahai penakluk musuh, korban suci yang dilakukan dengan pengetahuan lebih baik daripada hanya mengorbankan harta benda material. Wahai putera prtha, bagaimanapun, maka segala korban suci yang terdiri dari pekerjaan memuncak dalam pengetahuan rohani.

Bhagavad-gita 4.34
4.34 Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.

Bhagavad-gita 4.35
4.35 Setelah memperoleh pengetahuan yang sejati dari orang yang sudah insaf akan dirinya, engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam khayalan seperti ini, sebab dengan pengetahuan ini engkau dapat melihat bahwa semua makhluk hidup tidak lain daripada bagian Yang Mahakuasa, atau dengan kata lain, bahwa mereka milik-Ku.

Bhagavad-gita 4.36
4.36 Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan.

Bhagavad-gita 4.37
4.37 Seperti halnya api yang berkobar mengubah kayu bakar menjadi abu, begitu pula api pengetahuan membakar segala reaksi dari kegiatan material hingga menjadi abu, wahai Arjuna

Bhagavad-gita 4.38
4.38 Di dunia ini, tiada sesuatupun yang semulia dan sesuci pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi. Pengetahuan seperti itu adalah buah matang dari segala kebatinan. Orang yang sudah ahli dalam latihan bhakti menikmati pengetahuan ini dalam dirinya sesudah beberapa waktu.

Bhagavad-gita 4.39
4.39 Orang setia yang sudah menyerahkan diri kepada pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi dan menaklukkan indria-indrianya memenuhi syarat untuk mencapai pengetahuan seperti itu, dan setelah mencapai pengetahuan itu, dengan cepat sekali ia mencapai kedamaian rohani yang paling utama.

Bhagavad-gita 4.40
4.40 Tetapi orang yang bodoh dan tidak percaya yang ragu-ragu tentang kitab-kitab suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melainkan mereka jatuh. Tidak ada kebahagiaan bagi orang yang ragu-ragu, baik di dunia ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang.

Bhagavad-gita 4.41
4.41 Orang yang bertindak dalam bhakti, dan melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatannya, dan keragu-raguannya sudah dibinasakan oleh pengetahuan rohani sungguh-sungguh mantap dalam sang diri. Dengan demikian, ia tidak diikat oleh reaksi pekerjaan, wahai perebut kekayaan.

Bhagavad-gita 4.42
4.42 Karena itu, keragu-raguan yang telah timbul dalam hatimu karena kebodohan harus dipotong dengan senjata pengetahuan. Wahai Bharata, dengan bersenjatakan yoga, bangunlah dan bertempur.

Sumber : cakepane.blogspot.com

DAKSINA

 



Dalam LontarYadnya Prakerti, Daksina merupakan lambang dari Hyang Guru, Hyang Tunggal, dan Hyang Wisnu.
Selain itu Daksinamerupakan Tapakan, Palinggih, atau Sthana Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Daksina juga merupakan Yajnapatni yang berarti istri atausakti dari yadnya. Unsur-unsur yang ada diDaksina merupakan isi dari alam semesta yi 13 unsur yang merupakan lambang dari Triyo Dasa Saksi:
1. SEREMBENG/ BEBEDOGAN/ WAKUL DAKSINA
terbuat dari janur atau slepan yang bentuknya melingkar dan tinggi merupakan lambang dariSang Hyang Ibu Pertiwi, yang merupakan simbol bumi (Makrokosmos).
Pada umumnyaSerembeng Daksina ini terdiri dari Alas Serembeng dan Serembeng Daksina. Alas Serembeng ini merupakan lambang dari Ibu Pertiwi, dan Serembeng Daksina merupakan lambang akasa/Eter yang tanpa tepi.
2. TAPAK DARA
Tapak Dara terbuat dari dua potongan janur kemudian dijahit membentuk tanda tambah. Tapak Dara merupakan lambang dariSang Hyang Rwa Bhineda. Selain itu Tapak Dara adalah lambangSwastika yang berarti keseimbangan dan keadaan yang baik.
3. BERAS AMUSTI
Beras segenggam merupakan lambang dari Sang Hyang Bayu dan segenggam merupakan simbol dari kekuatan.



4. POROSAN
Porosan merupakan inti dari sebuah banten. Porosan terbuat dar sirih yang didalamnya terdapat pinang dan kapur. Porosan adalah simbol Tri Murti, sirih merupakan simbol dari Dewa Wisnu, Pinang merupakan simbol Dewa Brahma, dan Kapur merupakan simbol Dewa Siwa.
5. GEGANTUSAN
Gegantusan merupakan perpaduan isi daratan dan lautan, sad rasa: kacang-kacangan, bumbu-bumbuan (cabai, terasi, gula), garam, dan ikan teri yang dibungkus menggunakan keraras (daun pisang yang sudah kering).
Gegantusan merupakan simbol Sang Hyang Indra/Jiwatman.
6. PESEL-PESELAN
terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu yang merupakan lambang dari Panca Dewa/Dewata yang terdiri dari, daun duku/ceroringlambang Dewa Iswara, daun manggis lambang DewaBrahma, daun durian/langsat lambang Dewa Mahadewa, daun salak/mangga/juwet lambang DewaWisnu, dan daun nangka/timbul lambang Dewa Siwa.
Pepeselan merupakan lambang Sang Hyang Sangkara sebagai penguasa tumbuh-tumbuhan.
7. PANGI
Buah Pangi atau Kluwek dialasi dengan kojong, simbul Sanghyang Baruna dan merupakan sarwa phala
8. KELAPA
Kelapa yang digunakan adalah kelapa yang sudah dikupas kulit dan serabutnya dan disisakan ujungnya. Kelapa merupakan simbol dari Sang Hyang Surya atau Matahari yang merupakan cerminan dari Sang Hyang Sadha Siwa.

9. TELUR BEBEK
Telur bebek dibungkus dengan ketupat telur (Ketipat Taluh) atau dialasi dengan kojong. Telur bebek merupakan simbol dari Sang Hyang Candra atau bulan yang merupakan cerminan dari Sang Hyang Siwa.
10. TINGKIH
Tingkih atau kemiri dialasi dengankojong. Tingkih merupakan simbol dari Sang Hyang Tranggana atau bintang yang merupakan cerminan dari Sang Hyang Parama Siwa.
11. BENANG TEBUS PUTIH
Benang tebus putih dililitkan di ujung kelapa yang merupakan simbol dari Sang Hyang Aji Akasa atau awan.
12. PIS BOLONG/ UANG KEPENG
Uang kepeng 1 buah merupakan simbol dari Windu. Selain itu uang kepeng juga simbol dari Sunya, kosong atau embang.
13. CANANG SARI adl simbul Sanghyang Asta Aiswarya dan 5 arah angin



KENAPA HARUS MEMAKAI TELOR BEBEK ?
Daksina, merupakan salah satu bagian di dalam banten Pejati, disamping Peras, Ajuman dan Tipat Kelanan.
Ada pun unsur2 banten Daksina itu, antara lain : Buah kelapa, pangi, telor itik mentah (telor bebek), tingkih (Kemiri), benang tukelan, beras, Pis Bolong (uang kepeng) serta gantusan.
Dalam filosopinya, Daksina adalah perlambang alam semesta (Bhuwana Agung/Macrocosmos), dimana buah kelapa adalah perlambang "Matahari" (Sanghyang Surya)....wakul daksina atau "Bebedogan", adalah perlambang "Bumi" atau "Pertiwi"....Gantusan perlambang "Atman" atau "Jiwatman"....Tingkih (Kemiri) adalah perlambang "Bintang" atau "Trenggana"....Pangi adalah simbol "Segara" (laut) atau "Pengeleburan".....Telor itik mentah (telor bebek) adalah perlambang "Bulan" (Sanghyang Chandra)....Benang putih (benang tukelan) adalah perlambang "Akasa/Langit"...Uang Kepeng (Pis Bolong) perlambang "sunia" (alam gaib)....beras perlambang "Kemakmuran" dan kebahagiaan.
Penggunaan telor itik mentah atau telor bebek mentah di dalam banten Daksina, atau di dalam banten Pejati, adalah merujuk pada sifat2 "Satvam" (kesucian) yang dimiliki oleh bebek atau itik itu sendiri yang selalu dan begitu akur dengan sesamanya dalam segala apa pun. Lagi pula, binatang ini selalu "menyaring" atau memilah-milah makanannya terlebih dahulu sebelum menelannya.
Ini tentu berbeda dengan sifat2 ayam yang dipenuhi sifat2 "Rajah" (tamak/serakah). Dalam hal makanan misalnya, mereka sering saling berebutan, saling berbenturan dan bahkan "saling patuk" antara satu dengan yang lainnya. Karenanya, anda yang telah mengetahui filosopi tentang telor bebek ini, sebaiknya menghindari penggunaan telor ayam sebagai sarana kelengkapan ritual upakara (banten) Daksina, dimana hewan ini dipenuhi oleh sifat2 "Rajah" dan tidak mencerminkan sifat2 kesucian "Tuhan" (alam semesta/Bhuwana Agung).***

Rabu, 03 Januari 2024

Tiga Kategori Orang Melik; Tak Semua Bisa Melihat Roh Halus

 






Pandita Mpu Putra Yoga Parama Daksa dari Griya Agung Batur Sari, Banjar Gambang, Mengwi-Badung (DOK. BALI EXPRESS)



Orang yang melik dalam sebuah keluarga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Seseorang yang lahir melik biasanya lebih sensitif terhadap hal-hal secara niskala. Banyak orang beranggapan seseorang yang lahir melik memiliki umur pendek. Namun jika bisa merawat dan memperhatikan, tentu hal tersebut dapat dicegah. Akan tetapi tidak semua orang melik dapat melihat roh halus. Ada pula orang melik berdasarkan hari lahir yang lebih menjurus ke kehidupan duniawi.





PANDITA Mpu Putra Yoga Parama Daksa dari Griya Agung Batur Sari, Banjar Gambang, Mengwi, Badung menjelaskan, ada tiga kategori orang melik. Yang pertama adalah melik Adnyana. Orang yang lahir dalam kondisi melik Adnyana ini akan bisa merasakan atau bisa melihat roh halus, dan bahkan bisa berkomunikasi dengannya. Orang yang melik Adnyana biasanya diawali dengan mimpi-mimpi ke pura, bertemu orang berpakaian putih, bertemu Petapakan Bhatara (Rangda atau Barong). “Orang melik Adnyana biasanya bisa menjadi balian atau mangku,” jelasnya saat dihubungi via telepon.


Yang kedua adalah melik Kelahiran. Melik ini disebabkan kelahiran manusia itu sendiri. Ada beberapa macam melik Kelahiran seperti orang yang lahir di Wuku Wayang, anak tunggal, anak yang lahir berkalung tali pusar atau tiba sampir, anak yang lahir berbelit tali pusa dan tidak menangis atau tiba angker, anak yang lahir pada Kamis Pon atau Wuku Watugunung atau disebut Lintangan Bade. Kemudian ada anak yang lahir pada Jumat Paing atau disebut Lintangan Bubu Bolong dan anak yang lahir saat Tumpek, Tumpek Landep, Tumpek Kandang juga bisa dikatakan melik. “Tidak semua melik itu buruk. Bahkan bukan buruk, lebih kepada anugerah istimewa yang diberikan Tuhan. Tentu ada kelebihan dan kekurangannya juga. Kembali pada karma masing-masing. Seperti Lintangan Bade, anak yang lahir akan dekat dengan kematian dan Lintangan Bubu Bolong adalah anak melik yang sifatnya boros,” tutur Mpu Yoga.

Selanjutnya adalah melik Ceciren. Orang yang dikatakan melik Ceciren ini adalah orang yang memiliki tanda dalam tubuhnya. Terkadang terlihat di dunia niskala atau sekala. Tanda itu berupa salah satu senjata Dewata Nawa Sanga. Terdapat tahi lalat pada bagian kelamin, sujenan di bokong, rambut putih beberapa helai dan tak bisa hilang, serta jari tangan lebih. “Kelahiran melik terlihat dari tanda-tanda di tubuhnya, antara lain ketika lahir, badannya dililit tali plasenta beberapa kali putaran. Kelahiran seperti ini sangat jarang terjadi, dan kalau ada, kebanyakan mati beberapa saat sebelum keluar dari rahim ibunya. Ketika tumbuh berumur kurang lebih 2 tahun, rambut di kepalanya kusut (sempuut). Walau digundul, tumbuhnya sempuut lagi. Kepalanya mempunyai pusaran (usehan) tiga atau lebih. Lidahnya poleng (ada warna hitam/coklat). Ada tahi lalat besar (maaf) di kemaluannya. Semua itu cirinya,” tambahnya.

Dalam Lontar Purwa Gama disebutkan, anak yang memiliki melik mempunyai rerajahan sejak lahir yang dapat menimbulkan kematian, sehingga diperlukan upacara pebayuhan otonan melik pada si anak untuk menetralisir kekuatan tersebut, dan selalu ingat dalam melaksanakan suci laksana untuk mempertahankan dan meningkatkan kesucian diri. Rerajahan yang terdapat pada orang melik biasanya terdapat di telapak tangan, dijidat atau di bagian tubuh tertentu. Selain itu, juga bisa terdapat tanda senjata terkadang terdapat salah satu dari sembilan senjata pengider bhuwana, tergantung tugas yang diemban sang anak lahir ke dunia, dengan rerajahan senjata para dewa, seperti Bajra, Gada, Nagapasa, Cakra, Dupa, Angkus, Trisula, Moksala, Api dan Angin.

Ciri-ciri orang melik akan dapat diketahui ketika mepinunas atau metuun kepada sulinggih ataupun balian. Tentu jika ingin melihat tanda-tanda berupa sejata diatas pada orang melik tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau oleh mata orang biasa.

Semakin cepat seseorang mengetahui dirinya memelik, maka semakin bagus. Sehingga akan segera dibuatkan upacara penebusan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk dari memelik. Sesungguhnya orang melik itu adalah berkah bagi keluarganya, karena dia ibarat lokomitif atau pesawat terbang yang akan mengantarkan keluarganya ke alam kebahagiaan sekala-niskala. Maka tolong bantu dan bimbing orang-orang melik itu, karena dia akan berguna tidak hanya bagi keluarga yang memilikim tetapi juga bagi masyarakat luar.

Dalam sejarah Bali, ada contoh kelahiran melik yang sangat heboh, yakni kelahiran bayi tahun 1599, hasil perkawinan (tidak resmi) Dalem Seganing dengan Si Luh Pasek Panji. Ketika lahir, tubuh bayi itu seluruhnya berwarna merah darah, dan di malam hari dari ubun-ubunnya keluar sinar terang berwarna biru. Oleh karena itu, bayi itu dinamakan Ki Barak Panji. Ternyata setelah besar beliau sangat sakti, sehingga berhasil menjadi Raja Buleleng I dengan gelar I Gusti Anglurah Panji Sakti.

Mpu Yoga juga menuturkan salah satu cerita yang berhubungan dengan cerita orang melik ini. Ada kisah seorang raja bernama Raja Aswataki. Raja ini lama tidak memiliki keturunan. Maka ia melakukan pemujaan berupa Agni Holtra. Ia memuja Dewi Sawitri dan Dewi Gayatri setiap hari. Melihat ketulusannya, ia dianugerahi anak perempuan. Maka dinamai Sawitri. Sawitri tumbuh sebagai gadis yang cantik, baik dan penurut. Menginjak dewasa, Sawitri telah menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Brahmacari. Tiba saatnya ia harus menginjak tahap Grahasta. Raja Aswataki menyarankan kepada putrinya Sawitri untuk memilih salah satu pemuda dari kenalannya. Namun Sawitri tidak mendapat satu laki-laki yang pas.

Suatu hari, Sawitri meminta izin untuk berjalan-jalan ke desa. Ia ingin melihat-lihat desa dan rakyatnya. Dan mungkin akan menemukan jodohnya disana. Raja Aswataki menyetujui dan merestui setiap pilihan putrinya. Ketika berjalan-jalan di desa, ia bertemu dengan pemuda sederhana bernama Satyawan. Putri Sawitri dan Satyawan saling jatuh cinta. Lalu pulanglah Saitri menemui ayahnya dan menyampaikan bahwa ia telah menemukan calon suami. Kemudian ia bertemu dengan Rsi Narada. Dalam penerawangan Rsi Narada, dikatakan Satyawan memiliki umur pendek. Sisa umur Satyawan hanya 4 tahun saja. Kemudian Raja Aswataki dan Rsi Narada menasehati Putri Sawitri. Namun Sawitri tetap bersikeras untuk menikah dengan Satyawan. Jika pun ia akan menjdi janda dalam waktu yang singkat, ia telah siap. Itu adalah karma yang harus ia terima di dunia. Mendengar pengakuan Sawitri, pernikahan pun dilaksanakan dengan restu dari kedua belah keluarga.



Singkat cerita, ajal Satyawan tinggal 4 hari lagi. Sawitri berpuasa dan berdoa setiap hari. Jangankan sebutir beras, setetes air pun tak ia konsumsi. Tibalah hari terakhir bagi Satyawan. Ia pergi ke hutan. Namun Sawitri ingin tetap mengikuti suaminya. Sampai di hutan Satyawan merasa kelelahan dan tidur di pangkuan Sawitri. Namun setelah beberapa lama, Satyawan tak kunjung bangun. Sawitri pun telah paham bahwa suaminya telah meninggal. Ditengah hutan itu Sawitri melihat sosok yang tinggi besar. Padahal sosok itu hanya dapat dilihat orang yang tidak biasa. Kepada sosok itu, Sawitri meminta satu permintaan untuk menghidupkan suaminya. Tanpa negosiasi yang alot permintaan itu pun dikabulkan. Maka hiduplah kembali Satyawan mendampingi Sawitri.

Anak melik biasanya “kerinyi” (sensitif, mudah tersinggung, mudah marah). Jadi ia perlu diperlakukan beda, misalnya kamar tidurnya harus selalu bersih dan suci, ada pelangkiran diatas hulu tidurnya. Ia perlu sering-sering melukat ke grya, makanannya dijaga agar selalu memakan makanan yang satwika. Banyak bergaul dengan orang-orang suci, karena dia merasa dekat dengannya. Kalau makin dewasa, berikan pelajaran agama yang intensif, panggilkan guru agama ke rumah untuk les, dan berikan pelajaran spiritual secara bertahap. “Nanti ia akan berumur panjang dan menjadi orang suci, karena rohnya sudah dalam kondisi siap menerima lanjutan kemampuan supranatural,” ungkap Mpu Yoga.

Selain melakukan pebayuhan, seseorang yang melik juga harus dijaga makanannya, jangan sampai makan makanan kotor sekala niskala. Pada umumnya orang melik pantang makan darah, tulang dan jeroan. Pantang juga memakan daging sapi, ular, anjing serta pantang minum arak, tuak, berem maupun minuman beralkohol lainnya. “Idealnya adalah makan makanan organik dan vegetarian,” kata dia.

Lalu yang terpenting berikutnya adalah, jangan melakukan hubungan sex di luar pernikahan. Jangan menginap dan tidur di sembarang tempat. Kalau terpaksa, maka sebelum tidur harus dilakukan pembersihan dan pengamanan terlebih dahulu. “Sebenarnya jika sudah punya guru, maka guru itu pasti mengajarkan tata cara ini,” tutupnya.

(bx/dhi/yes/JPR)

Pengertian Tri Parārtha dan Bagian-Bagiannya



Setiap makhluk menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan yang bahagia dapat diperoleh bila kita dapat melakukan kebaikan- kebaikan. Selain itu kita juga harus dapat mengamalkan ajaran agama. Betapa indahnya hidup jika kita dapat saling menghormati, saling mencintai, dan saling mengasihi antara sesama manusia. Hidup akan harmonis, damai, dan tenteram jika kita saling membantu. Untuk mencapai kebahagian, kita dapat mengamalkan ajaranTri Parārtha.




Image; sayahindu
Pengertian Tri Parārtha


Tri Parārtha, berasal dari bahasa Sanskṛta, dari kata tri artinya tiga dan parārtha artinya kebahagian atau kesejahteraan. Tri Parārtha artinya tiga jenis perilaku yang dapat mewujudkan kebahagian dan kesejahteraan makhluk hidup. Ketiga jenis perilaku tersebut adalah seperti berikut.


Bagian Bagian Tri Parārtha


A. Asih


Perilaku asih adalah perilaku menyayangi, mengasihi seluruh makhluk hidup dan juga peduli lingkungan. Peduli lingkungan merupakan salah satu penerapan perilaku asih karena dengan menumbuhkan sikap peduli, akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap semua ciptaan Tuhan. Perilaku asih dapat menyebabkan kerukunan, kedamaian, dan keharmonisan sehingga mampu saling asah (harga-menghargai), saling asih (cinta mencintai), saling asuh (hormat-menghormati) sesama teman dan sesama makhluk hidup (Sumartawan, 2007: 47), (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 2).



Bagi orang-orang yang telah menumbuhkan rasa kasih sayang dan welas asih kepada semua makhluk dan kepada Sang Hyang Widhi, jiwa dan pikirannya telah terbebas dari belenggu kama. Melakukan kasih sayang dengan sepenuh hati dapat memberikan kebahagiaan yang tiada taranya (Prabhupāda: 2013).

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI


B. Punya


Perilaku puṇya adalah perilaku saling menolong kepada sesama untuk menumbuhkan cinta kasih. Contohnya, memberikan sesuatu atau benda yang kita miliki tanpa pamrih, berbagi pengetahuan, berbagi kesenangan, dan berguna bagi yang membutuhkan. Menumbuhkan sikap tolong-menolong akan terasa indah karena kita akan memiliki banyak teman.


Berdana punia atau Puṇya dengan keikhlasan, tanpa pamrih dan tidak dengki, memiliki keteguhan sraddha dalam berbuat kebajikan. Maka, niscaya selalu selamat dan sama pahalanya dengan beryajña (Gun-gun, 2012: 210).

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

Tangan yang indah adalah tangan yang selalu memberikan dana-punia kepada orang lain. Kepala yang agung adalah yang selalu menunduk di depan guru. Keindahan bibir adalah yang selalu berkata benar. Ketegapan bahu adalah yang memiliki kekuatan untuk menang. Hati yang baik adalah yang memiliki belas kasihan. Telinga yang indah adalah yang mendengarkan weda. Bagi orang-orang baik, keindahan-keindahan itu merupakan busana yang terbaik, bukanlah kekayaan (Bhagavan Dwija: 2013), (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 3).


C. Bhakti


Perilaku bhakti adalah perilaku hormat dan menyayangi. Perilaku bhakti dapat dilakukan dengan tulus hati. Melalui sujud dan bhakti kepada orang tua, para guru, orang suci, pemerintah, dan Sang Hyang Widhi. Menjadi anak yang suputra merupakan wujud bhakti kepada orang tua. Orang tua yang telah melahirkan kita dengan penuh pengorbanan. Orang tua telah menjaga dan merawat kita hingga tumbuh menjadi anak yang sempurna.


Hormat dan bhakti perlu diberikan kepada guru yang memberikan ilmu pengetahuan. Caranya ialah dengan menerapkan ajaran-ajaran yang telah diberikan oleh guru. Kita harus selalu bersyukur atas anugerah yang diberikan Sang Hyang Widhi. Kita harus rajin bersembahyang, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Melakukan hal-hal tersebut di atas akan mengantarkan kita pada pencapaian kehidupan yang bahagia, (Susila dan Sri Mulia Dewi, 2015: 4).




Referensi:


Susila, Komang dan Sri Mulia Dewi, I Gusti Ayu. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (kelas 3) / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.


Sumber: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas III
Kontributor Naskah : Komang Susila dan I Gusti Ayu Sri Mulia Dewi
Penelaah : I Wayan Paramartha dan I Made Redana
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015

SEJARAH PURA PUNCAK MUNDI NUSA PENIDA

Pura Puncak Mundi terdiri dari tiga paleban pura yaitu Pura Beji tempat persembahyangan pertama, disusul Pura Krangkeng dan Pura Puncak Mundi yang merupakan stana Ida Bhatara Lingsir.
Bendesa Pangempon Pura Puncak Mundi, I Wayan Sukla mengatakan, pangempon Pura Puncak Mundi terdiri dari 504 kepala keluarga yang tersebar di sebelas banjar adat. Di antaranya Banjar Baledan Duur, Banjar Baledan Beten, Banjar Klumpu Kauh, Banjar Klumpu Kangin, Banjar Angas, Banjar Mentaki, Banjar Rata, Banjar Tiagan, Banjar Bila, Banjar Cubang dan Banjar Iseh.
Dihimpun dari berbagai sumber, Wayan Sukla menceritakan, keberadaan pura-pura di Pulau Nusa Penida, diilhami dari kisah pertemuan antara Bhatara Guru dan Dewi Uma. Dari pertemuan itu, lahirlah seorang putra yang diberi nama Bhatara Kumara. Namun, kelahiran Bhatara Kumara ternyata juga menjadi awal perpecahan antara Bhatara Guru dan Dewi Uma. Soalnya, Bhatara Kumara lebih senang diasuh ayahnya, dan hanya sesekali menghampiri ibunya ketika ingin disusui.
Karena kesal, Dewi Uma menganiaya Bhatara Kumara saat menyusui. Saking marahnya, kedua bola matanya memerah dan taringnya juga keluar. Bhatara Kumara pun dibanting sampai kepalanya pecah dan darahnya diminum Dewi Uma. Ternyata, perlakuan itu diketahui Bhatara Guru. Menyaksikan perilaku sang istri seperti kala, Bhatara Guru pun marah. Beliau mengutuk Dewi Uma agar menjelma ke dunia menjadi manusia.




“Selama menjalani kutukan, Dewi Uma diceritakan sempat tiba di tengah hutan. Di tempat sunyi itu, ada sebatang pohon beringin tinggi besar. Di sanalah beliau menangis, air susunya merembes keluar sampai ke tanah. Di tempat itu kemudian tumbuh pohon pisang raja (gedangsaba). Itulah sebabnya pisang tersebut sangat baik untuk makanan bayi,” katanya.
Setelah lama menyesali perbuatannya, timbul keinginan beliau untuk membangun keraton yang tidak berbeda dengan swargaloka. Dewi Uma membangun sebuah asrama di puncak Bukit Mundi dan mendapat gelar Bhatari Rohini. Di asrama itulah, Bhatari Rohini melaksanakan yoga samadhi.
Singkatnya, Bhatara Guru juga tidak tahan mengasuh putranya sendirian. Sebab, Bhatara Kumara terus meminta disusui ibunya. Bhatara Kumara lantas didudukkan di plangkiran untuk menjaga para bayi. Seketika, Bhatara Guru kembali teringat dengan Dewi Uma yang sebelumnya dikutuk dan kini berstana di puncak Bukit Mundi. Bhatara Guru akhirnya memutuskan juga turun ke dunia pada tahun saka 50, tepatnya ke tempat Dewi Uma melaksanakan yoga samadhi di puncak Bukit Mundi. Bhatara Guru menjelma menjadi seorang dukuh atau pandita (rohaniwan) bernama Dukuh Jumpungan dan bertemu dengan Dewi Uma. Daerah ini kemudian diberi nama Nusa Panida, yang berasal dari arti Manusa Pandhita.
Demikian juga Dewi Uma kemudian menjelma menjadi seorang wanita yang bernama Ni Puri sebagai istri Dukuh Jumpungan di dunia dan menetap di Gunung Kila, Pucak Bukit Mundi. Pangempon Pura Puncak Mundi menyebut keduanya dengan nama Ida Bhatara Lingsir. Sesuai waktu yang terus berlalu tibalah saatnya tahun Saka 90, istri Dukuh Jumpungan melahirkan seorang putra bernama I Merja. Keturunan dari I Merja inilah yang diyakini menjadi awal sejarah terbentuknya kesekian pura yang ada di Nusa Penida, yang di awali dengan didirikannya Pura Puncak Mundi.


Sukla menambahkan, pujawali di Pura Puncak Mundi dilaksanakan setiap enam bulan, setiap Budha Umanis Prangbakat. Dudonan piodalan akan diawali dengan sangkepan dan matur piuning pada Anggara Kliwon Wuku Tambir. Kemudian ngemargiang pecaruan, nedunang sesuunan sepisanan ngaturang pengias pada Anggara Kliwon Wuku Prangbakat. Selajutnya, Ida Bhatara katur masucian ke Pura Beji lan ngaturang piodalan pada Budha Umanis Wuku Prangbakat. Setelah piodalan, selanjutnya ngaturang penganyar pada Wrespati Paing Wuku Prangbakat sampai Sukra Pon Wuku Prangbakat
Pura Puncak Mundi merupakan pura penataran Agung dengan bagian-bagiannya (jaba sisi,jaba tengah, dan jeroan). Bila para umat Hindu yang hendak sembahyang / tirta yatra ke Nusa Penida urutan tangkilnya persembahyangan di Pura Puncak Mundi yang pertama kali sebelum ke pura Dalem Peed. Di Pura Puncak Mundi bersthana Ida Bhatara Lingsir, yang mana pura yang satu ini terdiri dari tiga pura pelebahan (pura Beji, pura Krangkeng, dan Pura Puncak Mundi). Pura Beji merupakan tempat persembahyangan pertama sebelum ke pura-pura yang lain, misalnya pura Krangkeng dan Pura Puncak Mundi, lanjut ke Pura Dalem Peed. Di desa Batu Kandik lokasi pura Penataran Agung Puncak Mundi, setiap 210 hari sekali (sesuai pawukon Hindu Bali) piodalan/petoyan di Pura Puncak Mundi yakni pada : Rabu/Buda Umanis Perangbakat.

Dagang Banten Bali


Om swastiastu semeton sami, domogi setate kenak rahayu🙏
 Ngiring sane jagi me tirta yatra lan liburan sareng keluarga ring nusa penida dados hubungi tityang!!!!!

Paket sewa mobil di nusa penida
Phone/Wa: 0815-2941-2845

(1). Paket 2 tempat:
*PURA goa giri putri
*PURA dalem ped
  Rp 400.000/mobil

 (2). Paket 3 pura:
*PURA goa giri putri
*PURA puncak mundi / dalem kerangkeng
*PURA dalem ped
  Rp 550.000/mobil

 (3). Paket 5 pura:
*PURA goa giri putri
*PURA batu mudawu
*PURA puncak mundi / dalem kerangkeng
*PURA dalem bungkut
*PURA dalem ped
  Rp 650.000/mobil

 (4). Paket 4 pura:
*PURA goa giri putri
*PURA puncak mundi / dalem kerangkeng
*PURA kanjeng ratu segara kidul
*PURA dalem ped
  Rp 650.000/mobil

 (5).Paket 5 pura:
*PURA goa giri putri
*PURA puncak mundi / dalem kerangkeng
*PURA kanjeng ratu segara kidul
*PURA paluang atau pura mobil
*PURA dalem ped
  Rp 800.000/mobil

 (6). Paket 4 pura:
*PURA goa giri putri
*PURA puncak mundi / dalem kerangkeng
*PURA paluang atau pura mobil
*PURA dalem ped
  Rp 700.000/mobil

(7). Paket 6 pura
*PURA goa giri putri
*PURA puncak mundi / dalem kerangkeng
*PURA kanjeng ratu segara kidul
*PURA pusering jagad saab
*PURA paluang atau pura mobil
*PURA dalem ped
  850.000/mobil

Sewa mobil sampun termasuk sopir+bensin+bayar parkir lan sampai puput
Jenis mobil avanza apv  xenia   carry pick'up..
------

Matur suksma om santhi santhi om🙏

Senin, 01 Januari 2024

Filosofi Tumpek Landep

 


Bandar Lampung, 29 Desember 2023
Filosofi Tumpek Landep
Angayubhagya sadharma mogi sehat rahayu atas anugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Topik sajian tentang Filosofi Tumpek Landep yang memiliki makna perayaaan suci sast Saniscara Kliwon wuku Landep pemujaan terhadap Sang Hyang Pasupati.
I. Filosofi Tumpek Landep
Makna Tumpek adalah hari suci umat Hindu setiap hari Sabtu Wara Kliwon. Sedangkan Landep maknanya nama wuku kedua dalam Kalender Hindu. Landep secara sematik artinya tajam, runcing, tajep atau lanying (bahasa Bali).
a. Landeping idep artinya ketajaman pikiran atau pikiran yang cerdas. Sadharma wajib cermat, teliti, bijak, wijna, jnanin, kadhyatmikan, santa, cerdik. Intelek, Widyantara, dan gunamanta, bermoral, komitmen, bertanggungjawab, tidak lelet atau tidak suka menunda.
b. Landeping Sarana artinya kettajaman peralatan, seperti: keris, benda, senjata dan material. Maknanya bahwa manusia wajib berpikiran cerdas atau manah prajna. Pikiran secara ratio, bijaksana, kebajikan, untuk membentu diri menjadi sadharma yang mulia, luhur, berkualitas, berkompetensi, dan berkompetitif di era global. Dukungan fasilitas yang Mataksu atau Sarana Prasarana Sakti Sali atau bermanfaat bagi manusia Hindu dalam berjuang dan berkarma luhung.
II. Upakara
Jenis sesajenya berupa: 1) Tumpeng Putih bermakna ketulusan dan ketajaman perliku. 2) Sesayut maknanya keberlangsungan hidup yang kreatif sepanjang masa dan hidup panjang umur. 3) Daksina Pejati maknanya linggih atau Lingga Sang Hyang Siva atau Sang Hyang Pasupati atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 4) Banten Raka atau Gebogan atau Canang Raka maknanya hasil karma atau Karma Phala yang makmur karena ulet berkarya secara cerdas dan tuntas atsu tulus.
5) Canang Sari maknanya persembahan suci nirmala terhadap Sang Hyang Pasupati semoga dianugrahi kemuliaan dan keluhuran berkarma atau Jayeng Yudha. 6) Segehan Manca Warna maknanya persembahan untuk harmoni atau netralisir kekuatan prthivi secara Panca Dala atau segehan lima warna.

III. Literasi Sastra
1) Sundarigama.
Ada makna ..Jayeng Kusumayudha...maknanya sadharma mencapai unggul dalam perjuangan hidup.
2) Slokantara 73 Ada makna...Kadi Landep ing pamangan ing Kartra artinya bagaikan tajamnya gunting. Sarana alat-alat kerja wajib tajam dugunakan dalam berkarma atau jangan puntul, tumpul, atau alandep. Perlatan tersebut agar dipasupati saat Tumpek Landep agar tetap Mataksu, seperti: Keris, pisau, mandau, parang, udud, Blakas, laptop, gunting, gergaji, fasilitas rutin untuk kerja dan sebagainya.
3) Sarasamuscaya 27
Ada makna...Drstanta nahan ngalalang atuha, telas rumepa marin alandep nika...maknanya ...seperti ilalang atau ambengan atau Kusa atau Alang-alang telah tua itu tidak tajam lagi. Maknanya sadharma selalu tekun dan jangan tidak tajam dalam berkarma. Selalu sradha bhakti terhadap Sang Hyang Pasupati saar tumpek landep. Sadharma jiwa yuva atau semangat terus, jangan seperti ilalang tuha yang rebah. Namun tetaplah Landep atau Tajam untuk berkarma mulia. Semangat dan Satatam Prajna atau selalu cerdas.
4) Bhagavadgita XVIII:49 Ada makna seperti dikutip berikut ini.
"असक्तबुद्धिः सर्वत्र जितात्मा विगतस्पृहः ।
नैष्कर्म्यसिद्धिं परमां संन्यासेनाधिगच्छति ॥ १८-४९॥
asakta-buddhiḥ sarvatra jitātmā vigata-spṛhaḥ,
naiṣkarmya-siddhiṁ paramāṁ sannyāsenādhigacchati
Artinya:
Orang yang kecerdasannya tak terikat dimana saja, telah menguasai dirinya dan melepaskan keinginannya, dengan penyangkalan ia mencapai tingkat tertinggi dari kebebasan akan kegiatan kerja".
Adapun Maknanya bahwa sadharma
a) Asakta Buddhih artinya yang kecerdasannya tak terikat; Maknanya ketajaman pikiran penuh bijak dan bajik untuk melakoni hidup luhur.
b) Sarvatra artinya dimana-mana, dimanapun juga; Maknanya dimanapun sadharma wajib bijak dan bajik terhadap kondisi setempat.
c) Jitātmā artinya menang atas sang diri, menaklukkan dirinya; Maknanya tajam mensklukkan sad ripu atau enam musuh diri. Sebaliknya Jayeng Yudha dalam perjuangan hidup yang semakin kompetitif. Siapa cepat dia dapat. Siapa cekatan dia meraih kenikmatan.
d) Vigata Spṛihah artinya yang keinginannya melemah, melepaskan keinginan; Maknanya bahwa sadharma ela kada kuat atau jangan lemah atau No Weakness atau Alandep Karma yakni jangan lemah berjuang, jangan pesimis terus, jangan plin plan dan tidak menyerah matah.
e)NaiṣkartnayaSiddhim artinya kesempurnaan dalam kebebasan atas kegiatan kerja; Maknanya bahwa sadharma wajib sukses dalam segala perjuangan. Bersiksplah optimis atau Landep Jarma.
f) Paramām artinya tertinggi; Maknanya sadharma eaihlah prestasi tertinggi atau the best prestige. Jayalah dalam berjuang.
g) Saṁnyāsena artinya dengan penyangkalan; Maknanya Ayo tangkis segala kelemahan atau alandep agar selalu Jayeng Kusumayudha.
h) Adhigacchati artinya mencapai pada. Bermakna bahwa sadharma mencapai Landep Sakala ca Landep Niskala. Pikiran cerdas, perilaku bajik.
IV. Penutup
Demikian Filosofi Tumpek Landep. Perhatikan Banten Tumpeng Putih, yang ujung atas tumpeng tersebut dibuat Landep atau Tajam. Sadharma Na Ogya Landep yakni umat Hindu tidak berhenti Bijak dak bajik untuk Jayeng Yudha. Ela Lepah Bagawi. Tarus Bajuang Manyampai Barasil Uras Yuh. Ela Ngerajuk ih. Rahayu. Svaha. Ksama ca Ksami. Sahey. Om Santih Santih Santih Om.