Dalam LontarYadnya Prakerti, Daksina merupakan lambang dari Hyang Guru, Hyang Tunggal, dan Hyang Wisnu.
Selain itu Daksinamerupakan Tapakan, Palinggih, atau Sthana Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Daksina juga merupakan Yajnapatni yang berarti istri atausakti dari yadnya. Unsur-unsur yang ada diDaksina merupakan isi dari alam semesta yi 13 unsur yang merupakan lambang dari Triyo Dasa Saksi:
1. SEREMBENG/ BEBEDOGAN/ WAKUL DAKSINA
terbuat dari janur atau slepan yang bentuknya melingkar dan tinggi merupakan lambang dariSang Hyang Ibu Pertiwi, yang merupakan simbol bumi (Makrokosmos).
Pada umumnyaSerembeng Daksina ini terdiri dari Alas Serembeng dan Serembeng Daksina. Alas Serembeng ini merupakan lambang dari Ibu Pertiwi, dan Serembeng Daksina merupakan lambang akasa/Eter yang tanpa tepi.
2. TAPAK DARA
Tapak Dara terbuat dari dua potongan janur kemudian dijahit membentuk tanda tambah. Tapak Dara merupakan lambang dariSang Hyang Rwa Bhineda. Selain itu Tapak Dara adalah lambangSwastika yang berarti keseimbangan dan keadaan yang baik.
3. BERAS AMUSTI
Beras segenggam merupakan lambang dari Sang Hyang Bayu dan segenggam merupakan simbol dari kekuatan.
4. POROSAN
Porosan merupakan inti dari sebuah banten. Porosan terbuat dar sirih yang didalamnya terdapat pinang dan kapur. Porosan adalah simbol Tri Murti, sirih merupakan simbol dari Dewa Wisnu, Pinang merupakan simbol Dewa Brahma, dan Kapur merupakan simbol Dewa Siwa.
5. GEGANTUSAN
Gegantusan merupakan perpaduan isi daratan dan lautan, sad rasa: kacang-kacangan, bumbu-bumbuan (cabai, terasi, gula), garam, dan ikan teri yang dibungkus menggunakan keraras (daun pisang yang sudah kering).
Gegantusan merupakan simbol Sang Hyang Indra/Jiwatman.
6. PESEL-PESELAN
terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu yang merupakan lambang dari Panca Dewa/Dewata yang terdiri dari, daun duku/ceroringlambang Dewa Iswara, daun manggis lambang DewaBrahma, daun durian/langsat lambang Dewa Mahadewa, daun salak/mangga/juwet lambang DewaWisnu, dan daun nangka/timbul lambang Dewa Siwa.
Pepeselan merupakan lambang Sang Hyang Sangkara sebagai penguasa tumbuh-tumbuhan.
7. PANGI
Buah Pangi atau Kluwek dialasi dengan kojong, simbul Sanghyang Baruna dan merupakan sarwa phala
8. KELAPA
Kelapa yang digunakan adalah kelapa yang sudah dikupas kulit dan serabutnya dan disisakan ujungnya. Kelapa merupakan simbol dari Sang Hyang Surya atau Matahari yang merupakan cerminan dari Sang Hyang Sadha Siwa.
9. TELUR BEBEK
Telur bebek dibungkus dengan ketupat telur (Ketipat Taluh) atau dialasi dengan kojong. Telur bebek merupakan simbol dari Sang Hyang Candra atau bulan yang merupakan cerminan dari Sang Hyang Siwa.
10. TINGKIH
Tingkih atau kemiri dialasi dengankojong. Tingkih merupakan simbol dari Sang Hyang Tranggana atau bintang yang merupakan cerminan dari Sang Hyang Parama Siwa.
11. BENANG TEBUS PUTIH
Benang tebus putih dililitkan di ujung kelapa yang merupakan simbol dari Sang Hyang Aji Akasa atau awan.
12. PIS BOLONG/ UANG KEPENG
Uang kepeng 1 buah merupakan simbol dari Windu. Selain itu uang kepeng juga simbol dari Sunya, kosong atau embang.
13. CANANG SARI adl simbul Sanghyang Asta Aiswarya dan 5 arah angin
KENAPA HARUS MEMAKAI TELOR BEBEK ?
Daksina, merupakan salah satu bagian di dalam banten Pejati, disamping Peras, Ajuman dan Tipat Kelanan.
Ada pun unsur2 banten Daksina itu, antara lain : Buah kelapa, pangi, telor itik mentah (telor bebek), tingkih (Kemiri), benang tukelan, beras, Pis Bolong (uang kepeng) serta gantusan.
Dalam filosopinya, Daksina adalah perlambang alam semesta (Bhuwana Agung/Macrocosmos), dimana buah kelapa adalah perlambang "Matahari" (Sanghyang Surya)....wakul daksina atau "Bebedogan", adalah perlambang "Bumi" atau "Pertiwi"....Gantusan perlambang "Atman" atau "Jiwatman"....Tingkih (Kemiri) adalah perlambang "Bintang" atau "Trenggana"....Pangi adalah simbol "Segara" (laut) atau "Pengeleburan".....Telor itik mentah (telor bebek) adalah perlambang "Bulan" (Sanghyang Chandra)....Benang putih (benang tukelan) adalah perlambang "Akasa/Langit"...Uang Kepeng (Pis Bolong) perlambang "sunia" (alam gaib)....beras perlambang "Kemakmuran" dan kebahagiaan.
Penggunaan telor itik mentah atau telor bebek mentah di dalam banten Daksina, atau di dalam banten Pejati, adalah merujuk pada sifat2 "Satvam" (kesucian) yang dimiliki oleh bebek atau itik itu sendiri yang selalu dan begitu akur dengan sesamanya dalam segala apa pun. Lagi pula, binatang ini selalu "menyaring" atau memilah-milah makanannya terlebih dahulu sebelum menelannya.
Ini tentu berbeda dengan sifat2 ayam yang dipenuhi sifat2 "Rajah" (tamak/serakah). Dalam hal makanan misalnya, mereka sering saling berebutan, saling berbenturan dan bahkan "saling patuk" antara satu dengan yang lainnya. Karenanya, anda yang telah mengetahui filosopi tentang telor bebek ini, sebaiknya menghindari penggunaan telor ayam sebagai sarana kelengkapan ritual upakara (banten) Daksina, dimana hewan ini dipenuhi oleh sifat2 "Rajah" dan tidak mencerminkan sifat2 kesucian "Tuhan" (alam semesta/Bhuwana Agung).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar