Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, demikian kata orang arif bijaksana. Oleh karena itu kewajiban manusia dalam hidup dan kehidupannya adalah melakukan ajaran dharma untuk kebaikan. Dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, betapapun berat dan banyaknya masalah yang sedang dan akan dihadapi hendaknya dilakoni dengan bersikap sabar. Orang yang sabar pasti hatinya akan tenang, dengan ketenangan hati seseorang akan dapat mengendalikan hawa nafsu. Dengan demikian ketenangan hati (sabar) akan diperoleh seseorang dalam hidupnya, dan inilah yang disebut manusia berbudi luhur, tidak sesat, tidak sesat dari jalan yang benar, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 310).
PERTANYAAN YG SERING DITANYAKAN SEPUTAR COVID 19
Image; kesenian_lan_budaya
Kitab suci veda menjelaskan sebagai berikut;
"Yah samutpatitam krodham ksamayaiva nirasyati Yathoragastvacam jirman sa vai purusa ucyate".
Terjemahan:
"Jika ada orang yang berhasil meninggalkan kemarahan hatinya berdasarkan kesabaran hati sebagai keadaan ular yang meninggalkan kulitnya yang terlepas, karena kesemuanya itu tidak akan kembali lagi; orang yang demikian keadaannya, itu disebut manusia yag sejati berbudi luhur ",(Sarasmuscaya, 95).
Hidup menjadi manusia hendaknya selalu dapat belajar memuaskan dirinya dengan apa yang menjadi miliknya, dengan demikian ia tidak akan memiliki gejolak iri hati kepada orang lain. Manusia sebaiknya selalu berusaha sekuat tenaga mau belajar untuk mengendalikan diri, sehingga pada pribadinya tercipta keseimbangan, ketenangan hidup secara lahir-batin.
Baca: PERTANYAAN YG SERING DITANYAKAN SEPUTAR COVID 19
Di samping itu umat manusia hendaknya selalu mengupayakan diri untuk selalu belajar, karena berbagai macam pengetahuan kerohanian itu diuraikan dalam berbagai jenis kitab suci Agama Hindu. Yang tidak boleh terlupakan oleh umat manusia adalah hendaknya selalu mengadakan pemujaan ke hadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa-Nya, mengingat di hadapan Sang Hyang Widhi manusia akan dapat merasakan dirinya kecil, lemah, dan sangat sederhana. Seberapa banyak umat manusia berkewajiban melaksanakan dharmanya untuk dapat mewujudkan kesempurnaan batinnya “moksa”, kitab suci veda menyebutkan sebagai berikut;
Kitab sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut;
“Dànamijyà tapo dhyànam Swàdhayàyopasthanigrahah, Wratopawasa maunam ca ananam Ca niyama daca".
"Nyang bratha sapuluh kwehnya, ikang nyama ngaranya, pratyekadàna, ijjyà, tapà, dhayàna, swàdhyàya, upasthanigraha, bratha upawàsa, mauna, snàna, nahan tawakning nyama, dàna weweh, annadànàdi; ijyà, Devapujà, pitrpujàdi, tapà, kayasangcosana, kasatan ikang çarira, bhucarya, jalatyagadi; dhyàna, ikang çiwasmarana, swàdhyàya, Vedabhyasa, upasthanigraha, kahrtaning upasta, bratha annawarjadi, mauna, wacangyama kahrtaning ujar, hay wàkecek kuneng, snàna, tri sandyàsewana, madyusa ring kàlaning sandhya," (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 311).
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Terjemahan:
"Inilah bratha sepuluh banyaknya yang disebut Nyama, perinciannya; dana, ijya, tapa, dhyana, swadhyaya, upasthaninggraha, brata, upawasa, mona, stana, itulah yang merupakan Nyama; dana,pemberian; pemberian makan, minuman dan lain-lain; ijya, pujaan kepada Deva, kepada leluhur, dan lain- lain; tapa, pengekangan nafsu jasmaniah, badan yang seluruhnya kurus kering, layu, berbaring di atas tanah, di atas air, dan di atas alas-alas lain sejenis itu; dhayana, merenungkan Deva Siwa; swadhyaya mempelajari Veda; upasthanigraha, pengekangan, upastha, singkatnya pengendalian nafsu sex; brata, pengekangan nafsu terhadap makanan; mona, itu macamnya, tidak menguacapkan kata-kata yaitu tidak mengucapkan kata-kata sama sekali, tidak bersuara; snana, Tri Sandhya sewana, melakukan Tri Sandhya, mandi membersihkan diri pada waktu melakukan Sandhya", (Sarasamuçcaya, 260).
Berdasarkan penjelasan kitab suci Sarasamuçcaya, menyebutkan ada sepuluh bagian ajaran Nyama Bratha yang patut dijadikan pedoman oleh umat sedharma untuk mewujudkan kesempurnaan batin dalam hidup dan kehidupan ini yang terdiri dari;
Dana berarti pemberian-pemberian makanan dan minuman, dan lain- lainnya.
Ijya berarti pujaan kepada Deva, kepada leluhur, dan lain-lainnya.
Tapa berarti pengekangan hawa nafsu jasmani.
Dhyana berarti merenung memuja Tuhan.
Swadhyaya berarti mempelajari Veda.
Upasthanigraha berarti pengekangan nafsu kelamin.
Bratha berarti pengekangan nafsu terhadap makanan.
Upawasa berarti pengekangan diri.
Mona berarti pengendalian kata-kata.
Snana berarti melakukan pemujaan dengan Tri Sandhya.
Demikian perincian ajaran Dasa Nyama Bratha sebagaimana tersurat dan tersirat dalam kitab Sarasamuçcaya.Ajaran “Dasa Nyama Bratha” sesuai uraian di atas dapat dipergunakan sebagai dasar melaksanakan dan mewujudkan kesempurnaan batin oleh umat sedharma. Ajaran Dasa Nyama Bratha menurut yoga, adalah merupakan ajaran tahap kedua untuk mencapai kesempurnaan rohani yang utama. Konsep ajaran ini patut dimengerti, dipahami, didalami, diikuti dan diamalkan dalam mewujudkan kesempurnaan rohani “moksa” yang dicita-citakan, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 313).
Renungan Ågveda IX. 67. 26
"Agne dakúaiá punihi óah".
Terjemahan:
“Sang Hyang Agni (Tuhan Yang Mahaesa), sucikanlah kami dengan menganugrahkan pengetahuan kepada kami".
RELATED:
Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban dalam Melaksanakan Tri Rna
Pengertian, Contoh dan Bagian-Bagian Tri Rna
Veda sebagai Sumber Hukum Hindu
Referensi https://www.mutiarahindu.com/2018/11/bagian-bagian-dasa-nyama-brata-atau.html
Di samping itu umat manusia hendaknya selalu mengupayakan diri untuk selalu belajar, karena berbagai macam pengetahuan kerohanian itu diuraikan dalam berbagai jenis kitab suci Agama Hindu. Yang tidak boleh terlupakan oleh umat manusia adalah hendaknya selalu mengadakan pemujaan ke hadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa-Nya, mengingat di hadapan Sang Hyang Widhi manusia akan dapat merasakan dirinya kecil, lemah, dan sangat sederhana. Seberapa banyak umat manusia berkewajiban melaksanakan dharmanya untuk dapat mewujudkan kesempurnaan batinnya “moksa”, kitab suci veda menyebutkan sebagai berikut;
Kitab sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut;
“Dànamijyà tapo dhyànam Swàdhayàyopasthanigrahah, Wratopawasa maunam ca ananam Ca niyama daca".
"Nyang bratha sapuluh kwehnya, ikang nyama ngaranya, pratyekadàna, ijjyà, tapà, dhayàna, swàdhyàya, upasthanigraha, bratha upawàsa, mauna, snàna, nahan tawakning nyama, dàna weweh, annadànàdi; ijyà, Devapujà, pitrpujàdi, tapà, kayasangcosana, kasatan ikang çarira, bhucarya, jalatyagadi; dhyàna, ikang çiwasmarana, swàdhyàya, Vedabhyasa, upasthanigraha, kahrtaning upasta, bratha annawarjadi, mauna, wacangyama kahrtaning ujar, hay wàkecek kuneng, snàna, tri sandyàsewana, madyusa ring kàlaning sandhya," (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 311).
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Terjemahan:
"Inilah bratha sepuluh banyaknya yang disebut Nyama, perinciannya; dana, ijya, tapa, dhyana, swadhyaya, upasthaninggraha, brata, upawasa, mona, stana, itulah yang merupakan Nyama; dana,pemberian; pemberian makan, minuman dan lain-lain; ijya, pujaan kepada Deva, kepada leluhur, dan lain- lain; tapa, pengekangan nafsu jasmaniah, badan yang seluruhnya kurus kering, layu, berbaring di atas tanah, di atas air, dan di atas alas-alas lain sejenis itu; dhayana, merenungkan Deva Siwa; swadhyaya mempelajari Veda; upasthanigraha, pengekangan, upastha, singkatnya pengendalian nafsu sex; brata, pengekangan nafsu terhadap makanan; mona, itu macamnya, tidak menguacapkan kata-kata yaitu tidak mengucapkan kata-kata sama sekali, tidak bersuara; snana, Tri Sandhya sewana, melakukan Tri Sandhya, mandi membersihkan diri pada waktu melakukan Sandhya", (Sarasamuçcaya, 260).
Berdasarkan penjelasan kitab suci Sarasamuçcaya, menyebutkan ada sepuluh bagian ajaran Nyama Bratha yang patut dijadikan pedoman oleh umat sedharma untuk mewujudkan kesempurnaan batin dalam hidup dan kehidupan ini yang terdiri dari;
Dana berarti pemberian-pemberian makanan dan minuman, dan lain- lainnya.
Ijya berarti pujaan kepada Deva, kepada leluhur, dan lain-lainnya.
Tapa berarti pengekangan hawa nafsu jasmani.
Dhyana berarti merenung memuja Tuhan.
Swadhyaya berarti mempelajari Veda.
Upasthanigraha berarti pengekangan nafsu kelamin.
Bratha berarti pengekangan nafsu terhadap makanan.
Upawasa berarti pengekangan diri.
Mona berarti pengendalian kata-kata.
Snana berarti melakukan pemujaan dengan Tri Sandhya.
Demikian perincian ajaran Dasa Nyama Bratha sebagaimana tersurat dan tersirat dalam kitab Sarasamuçcaya.Ajaran “Dasa Nyama Bratha” sesuai uraian di atas dapat dipergunakan sebagai dasar melaksanakan dan mewujudkan kesempurnaan batin oleh umat sedharma. Ajaran Dasa Nyama Bratha menurut yoga, adalah merupakan ajaran tahap kedua untuk mencapai kesempurnaan rohani yang utama. Konsep ajaran ini patut dimengerti, dipahami, didalami, diikuti dan diamalkan dalam mewujudkan kesempurnaan rohani “moksa” yang dicita-citakan, (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 313).
BACA JUGA :
Renungan Ågveda IX. 67. 26
"Agne dakúaiá punihi óah".
Terjemahan:
“Sang Hyang Agni (Tuhan Yang Mahaesa), sucikanlah kami dengan menganugrahkan pengetahuan kepada kami".
RELATED:
Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban dalam Melaksanakan Tri Rna
Pengertian, Contoh dan Bagian-Bagian Tri Rna
Veda sebagai Sumber Hukum Hindu
Referensi https://www.mutiarahindu.com/2018/11/bagian-bagian-dasa-nyama-brata-atau.html
Ngurah Dwaja, I Gusti dan Mudana, I Nengah. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Sumber: Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas XII
Kontributor Naskah : I Gusti Ngurah Dwaja dan I Nengah Mudana
Penelaah : I Made Suparta, I Made Sutresna, dan I Wayan Budi Utama Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar