Sugra Pekulun
Sejak kapan Paham Siwa Budha masuk ke Bali ? Memang sulit untuk ditelusuri. Tapi bukti tertulis menyebutkan bahwa Siwa Budha di Bali sudah ada sejak tahun 804. Tapi temuan Tablet - tablet Tanah Liat yang disimpan di Stupika - stupika dari Tanah Liat pula di daerah Pejeng Gianyar berisikan mantra yang sangat terkenal dalam paham Budha yaitu “ Ye Te Mantra “ dan menurut Para Ahli berasal dari tahun 700 an atau abad 8. Dan mengindikasikan bahwa Paham Budha sudah ada sejak abad 8.
Istilah “ Agama “ tidak ada disebutkan dalam Prasasti Bali Kuno, tapi kepercayaan terhadap Tuhan sudah sangat lama di Bali, paling tidak diawal Masehi walau diawali oleh Penyembahan terhadap Roh Nenek Moyang. Tetapi tempat Suci untuk Persembahan sudah disebutkan dalam Prasasti Bali Kuno sejak tahun 804 yang disebut dengan Ulan, Kuil Hyang Api dan lain - lain.
Paham Siwa Budha sebenarnya istilah kepercayaan atau mashab yang dipeluk oleh Masyarakat Bali Kuno termasuk juga Raja, disamping juga tentunya Kepercayan terhadap Roh Leluhur.
Bhiksu Siwa
Ada yang unik tentang gelar Pemuka Agama masa Bali Kuno.
Pertama - tama, sebutan Pemuka Agama yang tercatat dalam Prasasti Bali Kuno yang tertua yang berangka tahun 804 adalah Bhiksu Siwa. Hali ini tercatat dalam Prasasti No. 001 Sukawana A I Halaman 1b yang mana kutipannya sebagai berikut :
“ ........ tua hetu syuruhku senāpati danda kumpi marodaya me bhikṣu çiwakangçi ṇ
ta, çiwanirmmala, çiwaprajñā, banguněn partapānān satra di kathan buru, ........ “.
Terjemahan :
“ ........ Itulah sebabnya aku suruh Senapati Danda yang bernama Kumpi Mardaya dan Bhiksu Siwakangsitan
(Bhiksu) Siwanirmala, Bhiksu Siwa Prajna, agar membangun pertapaan (dan) pesanggrahan di daerah perburuan. ........ “.
Kutipan diatas menyebut Bikshu Siwa dan bukan Utusan ( Bhiksu ) Budha dan Utusan Siwa. Berarti sebutan untuk Satu Orang yang menyandang gelar Bhiksu Siwa.
Tapi setelah beberapa tahun pemerintah Raja - raja Bali Kuno, Bhiksu Siwa tidak disebut lagi sebagai gelar yang disandang oleh Satu Tokoh dan mulailah Bhiksu Siwa
disebut tersendiri yaitu Bhiksu dan Pendeta Siwa.
Bhiksu
Setelah Prasasti Sukawana A I Tahun 804, Sebutan Bhiksu Siwa tidak tercatat lagi. Dan yang muncul yaitu sebutan untuk Rohaniawan adalah Bhiksu dan Prasasti yang mencatat adalah Prasasti No. 002 Bebetin A I berangka tahun 818.
Sama seperti Prasasti Sukawana A I yang tidak nenyebut nama raja, tapi sama - sama menyebut Titah Raja Turun di Panglapuan di Singhamandawa. Dalam Prasasti Bebetin AI Halaman 1b. Bhiksu yang disebut adalah Bhiksu Widya Ruwana.
Raja yang pertama yang tercatat dalam Prasasti Bali Kuno adalah Sri Kesari Warmadewa. Beliau memerintah Tahun 835. Dalam beberapa prasasti masa Beliau kebanyakan memuat Kemenangan Sang Raja yaitu Prasasti Tugu Batu yang sering juga disebut Jayacihna atau Jaya Stambha. Prasati yang dimaksud adalah Prasasti Blanjong, Prasasti Penembahan, Prasasti Malet Gede dan tetakhir yang baru baru ini ditemukan yaitu Prasasti Pukuh. Sangat sulit mengetahui gelar kependetaan saat Beliau memerintah.
Bikshu juga tercatat dalam Prasasti No. 102 Babahan Kelompok I Lempeng 1b. Berangka tahun 839, Raja yang bertahta adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Saat itu Beliau melakunan perjalanan ke Buwunan dan Songan. Bhiksu saat itu bernama
Bhiksu Dharmmeṡwara dan Bhiksu Dharmmacchāya.
Pendeta Siwa
Sang Ratu Sri Ugrasena digantikan oleh Sang Ratu Sri Haji Tabanendra Warmmadewa dan Sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharmmadewi yang menerintah dari Tahun 887 - 889. Raja dan Ratu ini tercatat dalam Prasasti No. 206 Kintamani Kelompok Pertama berangka Tahun 889. Di Halaman 1a, tertulis Ṡiwasangkara dan Ṡiwaprasuti. Bisalah disebut bahwa sebutan itu untuk Rohanian Siwa. Dan didalam prasasti ini juga penyebutan Mpu untuk pertama kalinya, bahkan ditulis sebelum penyebutan Ṡiwasangkara dan Ṡiwaprasuti. Nama Rohaniawan atau Pandita Mpu saat itu adalah Mpu Darana.
Aliran Siwa dan Aliran Budha
Dalam Prasasti Kintamani Kelompok Empat Halaman 4b. mulai tertulis Beliau dari Aliran Siwa dan Beliau dari Aliran Budha yang semacam Utusan dari beberapa daerah yaitu :
Beliau dari aliran Siwa di Dharmmahañar Dang Acaryya Jiwajaya, yang berasal dari Lokeswara Dang Acaryya Dirasanaka, Beliau dari aliran Budha di Kadikaran Dang Upadhyaya Sawkas, dari Ku tihañar Dang Upadhyaya
Dalam prasasti - prasasti Bali Kuno selanjutnya perubahan juga dilakukan yang mana penyebutan Pendeta Siwa dan Pendeta Budha disebutkan dengan Pendeta Kasiwan dan Pendeta Kasogatan.
Yang unik
Adalah bahwa Tempat - tempat Suci yang berhubungan dengan Pendeta saat itu, kental dengan istilah Bali Asli seperti Bangunan Suci Ulan, Kuil Hyang Api dan lain - lain. Ini mengindikasikan bahwa Beliau - beliau Sang Pendeta dari awal disebutkan merupakan Tokoh Bali Asli dan bukan dari Manca Negara.
Dan
Apa yang menjadi tradisi di Bali Ribuan Tahun yang lalu, tetap ada di Bali seperti adanya Pedanda Budha begitu juga Orang Bali, kebanyakam beragama Hindu tapi banyak juga beragama Budha dan menjadi Anggota Banjar bersama - sama. Dan dalam Bangunan Suci Pura , banyak juga terdapat Bangunan Suci untuk Umat Budha. Dan masih banyak juga keharmonisan yang lainnya.
Cukup sekian dulu nggih
Agak panjang kalau diteruskan
Jukut kangkung misi sambel sera
Kirang langkung tiang nunas gengerena sinempura
Disarikan dari :
- Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Bali - Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1978
- Alih Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Sukawana
- Prasasti Bali I - Lembaga Bahasa Dan Budaja Universitas Indonesia. NV Masa Baru Bandung 1958
- Alih Bahasa Prasasti Babahan
- Alih Bahasa Prasasti Kintamani
- Dan lain - lain
Dumogi Makasami ngemanggihin kerahayuan
Repost Wayan Kaler
Tidak ada komentar:
Posting Komentar