SINGA : Tugu Singa Ambara Raja dibangun di depan Kantor Bupati Buleleng, Singaraja. (Dian Suryantini/Bali Express)
SINGARAJA, BALI EXPRESS-Tugu Singa Ambara Raja, bukan sekadar patung yang jadi ikon Kota Singaraja. Namun, dibangun dan dikonsep detail oleh tim khusus di masa lalu.
Berdasarkan buku yang disusun almarhum Ketut Ginarsa, diceritakan pada 16 Februari 1968 Bupati Buleleng kala itu Hartawan Mataram, membentuk panitia peneliti sejarah untuk menggali dan meneliti sejarah lahirnya Kota Singaraja, yang berujung dengan dibangunnya Tugu Peringatan Singa Ambara Raja, yang juga menjadi lambang daerah Kabupaten Buleleng.
Panitia peneliti sejarah saat itu diketuai langsung Bupati Hartawan Mataram. Sedangkan Ketua Harian Made Gelgel, serta penulis Sudjadi, dibantu beberapa orang anggota.
- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI
Sedangkan almarhum Ketut Ginarsa sendiri, merupakan salah seorang anggota tim peneliti sejarah. Kemudian dari hasil kajian sejarah serta masukan dari berbagai sumber, maka dapat dirumuskan sejarah berdirinya Kota Singaraja beserta lambangnya, yang disesuaikan dengan karakter, sejarah dan tipologi Buleleng yang cenderung keras, kreatiaf, inovatif, religius, cerdas dan berbudaya.
Tidak itu saja, sumber satu dan yang lainnya dihubung-hubungkan, hingga terbentuklah sebuah lambang yang kemudian dapat diterima dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat Buleleng.
Sedangkan panitia perencana lambang Kota Singaraja dibentuk Bupati Hartawan Mataram dengan Ketua Harian Gede Putu Rijasa, Wakil Ketua Nyoman Oka Api, Sekretaris Putu Kasta. Pelaksananya adalah Rokhim B.A.E, seniman Subroto dibantu undagi Made Rudita, serta beberapa anggota lainnya.
Tugu Singa Ambara Raja akhirnya diplaspas (diresmikan dengan ritual), 5 September 1971, bertepatan dengan purnamaning sasih katiga. Adapun makna dari Tugu Singa Ambara Raja dapat dibedakan dalam dua katagori, yakni nasional dan daerah.
Tugu Singa Ambara Raja yang dilambangkan dengan Singa Bersayap, memiliki beberapa bagian. Meliputi bangunan tugu atau yupa berbentuk segilima, yang melambangkan falsafah negara Pancasila.
Kemudian Singa Ambara bersayap tujuh belas helai melambangkan tanggal atau hari Proklamasi. Lalu jagung gembal delapan helai melambangkan bulan yang ke delapan atau Agustus. Butir-butir jagung gembal berjumlah empat puluh lima butir melambangkan tahun proklamasi 1945.
Jika semua lambang itu digabungkan, maka dapat diartikan sebagai jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila.
Sedangkan dalam makna daerah dijabarkan, Yupa atau padmasana segilima melambangkan dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila. Lalu arca Singa bersayap sebagai lambang daerah Kabupaten Buleleng yang terbentang dari timur ke barat.
Buleleng atau jagung gembal yang dipegang tangan-tangan Singa Ambara sebagai lambang nama daerah, yakni Buleleng yang dipegang oleh Kota Singaraja.
Moto Singa Ambara Raja melambangkan kelincahan dan semangat kepahlawanan rakyat Buleleng. Sembilan helai kelopak bunga teratai melambangkan sembilan kecamatan yang ada di Buleleng. Tiga ekor Gajah Mina melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kepandaian masyarakat Buleleng. Tiga buah permata yang memancar berkilau melambangkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan rakyat Buleleng.
Sedangkan jumlah bulu sayap yang besar dan kecil 30 helai, yaitu sayap jajaran pertama berjumlah lima helai, sayap jajaran kedua berjumlah tujuh helai, sayap jajaran ketiga berjumlah delapan helai, serta sayap keempat berjumlah 10 helai, melambangkan tanggal lahirnya Kota Singaraja.
Tiga buah tulang pemegang bulu sayap melambangkan bulan yang ketiga atau Maret, yaitu bulan lahirnya Kota Singaraja. Rambut, bulu gembal, dan bulu ekor singa yang panjang jumlahnya 1.604 helai, melambangkan tahun lahirnya Kota Singaraja.
Tugu Singa Ambara Raja menyimpan berbagai misteri yang hanya dapat ditangkap beberapa orang tertentu saja. Usai dilakukan pamlaspas, konon beberapa kejadian aneh di seputaran tugu sempat menjadi buah bibir rakyat Buleleng.
Konon ketika itu seorang tentara yang bertugas jaga di Markas Komando Wilayah Pertahanan (Markowilhan) yang kini menjadi Kantor Bupati Buleleng, melihat patung singa tersebut bergerak dan berputar.
Keanehan lain juga dilihat ibu Nuryati, warga Jalan Gajah Mada Singaraja, yang konon sempat melihat wajah Patung Singa Ambara Raja yang menyorotkan sinar hingga ke laut pantai utara.
Berdasarkan cerita Nyoman Sutrisna, Bendesa Desa Pakraman Buleleng, ketika terjadi peristiwa Bom Bali I, mantan Kapolda Bali Mangku Pastika kala itu sempat memohon petunjuk di Tugu Singa Ambara Raja. Kala itu konon salah seorang pengantar beliau mendapat pewisik (petunjuk gaib), bahwa para teroris akan terungkap dalam tenggang waktu 42 hari, atau dalam istilah Bali abulan pitung dina. Namun belum genap 42 hari, gembong teroris Amrozi akhirnya tertangkap.
“Pada saat muspa di Tugu Singa Ambara Raja, turunlah pawisik melalui Anak Agung Dammar yang saat ini bertempat tinggal di gria di Sukasada. Pawisik beliau menyarankan supaya due dari Ida Bhatara di (Pura) Dalem Ped diberikan dulu kepada Bapak Mangku Pastika yang berupa keris yang saat itu masih diemban anak dari mantan Kabag Humas Pemkab (Buleleng), Nyoman Suarta, yang bekerja di Kantor Pajak di Denpasar,” ucap Nyoman Sutrisna.
Setelah itu, lanjutnya, mereka melakukan pertemuan dan sembahyang di merajan beliau yang ada di Petemon.
"Nah saat di Petemon mereka melakukan ritual atau melakukan penyerahan pusaka berupa keris kepada Bapak Mangku Pastika yang langsung diserahkan Anak Agung Dammar. Pada saat itulah Nyoman Suarta juga mendapaat petunjuk, bahwa dalam tempo 42 hari atau abulan pitung dina kasus Bom Bali akan terungkap. Persis 40 hari setelah peristiwa Bom Bali I dan 40 hari berikutnya sisa lagi dua hari itu memang benar-benar terjadi, dimana peristiwa terbunuhnya Azhari,” tuturnya, pekan kemarin.
Secara niskala Tugu Singa Ambara Raja memang menyimpan aura magis. Menurut Nyoman Sutrisna, yang malinggih di Tugu Singa Ambara Raja adalah Ratu Gede Panji Landung Singa Sakti Manggala.
“Yang malinggih Ratu Gede Panji Landung Singa Sakti Manggala yang dikatakan hidup. Makanya ada gelanggang yang berisikan bendera merah putih yang bertiang bambu runcing. Menurut kesan diluar, terkadang ada orang besar yang membawa rantai berjalan-jalan,” ujarnya.
Sejak kepemimpinan Bupati Putu Bagiada, pemerintah berupaya membangkitkan kembali taksu Tugu Singa Ambara Raja melalui upacara padudusan alit, tepatnya pada 7 September 2006 lalu, bertepatan pada purnama sasih katiga.
(bx/dhi/rin/JPR)
https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/12/03/228156/makna-dan-kisah-mistis-dibangunnya-tugu-singa-ambara-raja