Selasa, 18 April 2023

Batara Turun Kabeh






Batara Turun Kabeh adalah upacara yang melukiskan semua Dewa manifestasi Tuhan berkumpul di Balai Pesamuan Agung Pura Besakih dan bersatu untuk memberikan anugerah kepada umatnya untuk menghaturkan bakti kepada Tuhan. Upacara Batara Turun Kabeh ini dilakukan setiap tahun pada Sasih Kedasa.

Saat dilangsungkan upacara Batara Turun Kabeh itu simbol-simbol sakral yang utama yang ada di semua kompleks Pura Besakih itu diusung secara ritual dan distanakan di Balai Pesamuan.

Hal ini menggambarkan bahwa para Dewa bersatu untuk memberikan karunia pada umat sesuai dengan kadar karma dan baktinya. Hal ini sesungguhnya sangat menarik untuk dipahami secara teologi Hindu. (Babad Bali/Ref1).

Adapun tujuan atau suksmaning pelaksanaan karya Ida Bhatara Turun Kabeh dan Penyegjeg Jagat sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan Puncak Karya Betara Turun Kabeh Dan Penyegjeg Jagat Besakih Dipuput 33 Sulinggih, Purnamaning sasih kedasa – Dina Saniscara Umanis Wara bala, 19 Maret 2011 (ref2) adalah untuk memohon kerahayuan dan keselamatan jagat alam semesta (Bhuana AgungBhuana Alit).

Keberadaan Pura besakih selama ini dipercaya oleh seluruh umat Hindu sebagai pusat kegiatan upacara agama, dimana Pura Besakih menurut beberapa sumber disimbolkan sebagai Madyanikang Bhuana – Jagat Raya, Gunung Agung sebagai Lingga Cala Linggih Ida Bhatara Siwa yang bergelar Ida Hyang Putran Jaya sebagai penguasa jagat.

Hal tersebut tersirat dalam Raja Purana Besakih dan beberapa lontar seperti lontar Padma Bhuana, yang mewajibkan umat Hindu ngaturang yadnya di Pura Agung Besakih.






Upakara pada puncak karya untuk di Padma Tiga menggunakan Catur Niri munggah Pebangkit, Pule Kerti, Suci dan uperengga upakara pejangkep seosan. Di sor sanggar tawang juga dilengkapi sarana upakara Dangsil sebanyak 6 buah bertumpang 1,3,5,7,9 dan 11, serta kelengkapan sarad ulam dan sarad sanganan, Bagya Pule Kerti, Pulegembal dsb. Prosesi upakara juga diiringi pementasan Wayang gedogan dan Topeng dari Tengkulak Gianyar, Baris Gede dan rejang Dewa dari Besakih kangin serta tetabuhan Gong Gede, Gong dan Gambang.

Eed upakara puncak karya setelah katur upakara ring sor dilanjutkan dengan pemujaan di pelinggih disertai persembahyangan tahap pertama. Selanjutnya Ida betara tedun Mepurwa Daksina sebanyak 3 kali ngider di Penataran Agung, yang disusul Ida Betara munggah di Peselang katuran upakara jangkep diisi prosesi Pajejiwan, membacakan sloka yang merupakan inti dari pelaksanaan karya, disertai persembahyangan tahap kedua. Setelah itu Ida betara mewali ke pelinggih Pesamuan Agung.


Kamis, 13 April 2023

Gregek Tunggek, Makhluk Gaib di Bali yang Dikenal Suka Menggoda Laki-Laki







Geregek Tonggek atau Regek Tunggek adalah salahsatu jenis mahkluk gaib di wilayah Bali yang cukup menakutkan, Dalam Lontar Purwa Bhumi Kemulan, Sang Bhuta Reregek atau lebih dikenal sebagai Geregek Tonggek adalah mahkluk gaib penjaga perbatasan disetiap Desa di Bali ia juga suka menghuni wilayah Setra (kuburan tempat kremasi mayat), serta dikenal kerap menggoda lelaki.

Banyak versi tentang wujud Geregek Tonggek ini, ada yang mengatakan, Geregek Tunggek berwujud perempuan berwajah cantik sebelah sedangkan wajah bagian sebelahnya lagi hancur, atau berwujud wanita cantik dari jauh baru didekati wajah menjadi sangat seram, yang paling populer adalah wujud wanita cantik dengan lubang membusuk di punggungnya mirip Sundel Bolong namun asal usulnya jauh berbeda.

Dalam sebuah pementasan calonarang yang dengan lakon "Sedah Wong" disebutkan bahwa, Geregek Tunggek sebagai mahkluk yang tercipta dari kemarahan Dewi Durga saat diasingkan di Bumi oleh suaminya, Dewa Siwa, Dewi Durga yang murka lalu menghentakan kakinya di tanah Setra Gandamayu dari semua unsur di setra seperti tanah, batu, api, dan air, bahkan mayat-mayat yang dikubur tercipta berbagai macam mahkluk menyeramkan, Dari mayat perempuan yang semasa hidupnya pernah menjadi korban lelaki terciptalah mahkluk bernama Gregek Tunggek, mahkluk-mahkluk tersebut diperintahkan meneror umat manusia di Bumi.


Gregek Tunggek memiliki wajah yang sangat menyeramkan, karena itu, untuk menggoda lelaki ia menggunakan Ajian Pudhak Sategal agar bisa merubah wajahnya menjadi cantik seperti biadari, walau hanya bisa berubah dalam waktu yang tidak lama. Gregek Tunggek sering menampakan dirinya bila ada orang berniat tidak baik yang melewati wilayahnya, ia juga suka menggoda pria hidung belang dengan berubah wujud dengan menjadi wanita cantik dengan punggung berlubang, Geregek Tonggek juga dikabarkan sering membonceng pengendara motor yang berkendara sendirian pada malam hari.

Banyak versi sih yang mengatakan gimana awal terciptanya hantu ini. Dalam versi pementasan Calonarang, hantu ini diceritakan sebagai mahkluk yang tercipta dari kemarahan Dewi Durga saat diasingkan di Bumi oleh suaminya, Dewa Siwa.

Dewi Durga yang murka lalu menghentakan kakinya di tanah Setra Gandamayu dan dari semua unsur di setra seperti tanah, batu, api, dan air, bahkan mayat-mayat yang dikubur tercipta berbagai macam mahkluk menyeramkan, salah satunya adalah hantu ini, dan selanjutnya mahkluk-mahkluk tersebut diperintahkan meneror umat manusia di Bumi.

Ada juga nih yang menyebutkan dengan versi lainnya, kalau hantu ini tercipta dari dari mayat perempuan yang mati akibat diperkosa atau akibat dianiaya lelaki, itulah mengapa ia sangat membenci lelaki. Laki-laki emang gitu, suka bikin cewek sakit hati, makanya Mz ngga suka sama laki-laki.

Ajian Pudhak Sategal milik Gregek Tunggek Ini bukan ajian sembarangan, karena dengan Ajian Pudhak Sategal ini mampu merubah sosok hantu ini menjadi gadis cantik dan seksi. Sehingga bikin laki-laki menjadi tergoda untuk mendekatinya. Serem juga ya, tapi secantik apa sih setelah menggunakan ajian ini?


Rabu, 12 April 2023

Otonan Sepatutnya Dilakukan Seumur Hidup

 


Walau ada yang menggunakan banten seperti tumpeng lima atau tumpeng tiga, namun jika tidak bisa tidak perlu dipaksakan.
Cukup dengan canang sari dan niat yang tulus saja bisa..
Namun jika ingin lebih lengkap Saat melakukan prosesi otonan beberapa masyarakat biasanya menggunakan banten tumpeng lima.
secara umum terdiri dari:
1. Banten Pengambeyan, mengandung makna simbolis memohon karunia dari Ida Sang Hyang Widhi dan para leluhur.
2. Banten Dapetan, mengandung makna simbolis ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada Ida Sang Hyand Widhi karena sudah diberikan kesempatan untuk meniti kehidupan dan selalu dalam perlindungan-Nya.

3. Banten Peras, mengandung makna simbolis memohon keberhasilan dan kesuksesan dari suatu yadnya.
4. Banten Pejati, mengandung makna simbolis rasa kesungguhan hati kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan manifestasinya akan melaksanakan suatu upacara, memohon dipersaksikan, dengan tujuan mendapatkan keselamatan.
5. Banten Sasayut, mengandung makna simbolis memohon keselamatan dan kesejahteraan, dan berkurang serta lenyapnya suatu penyakit.
-Sayut pangenteg bayu adalah sesayut permohonan, agar hidup itu tenang dan tidak masih ragu-ragu dalam menjalani hidup.
-Sayut pageh urip, adalah sesayut permohonan agar orang melakukan upacara, sehat selalu dan mencapai usia panjang.
6. Segehan : simbolis harmonisnya hubungan antara manusia dengan semua ciptaan Ida Sang Hyang Widhi (palemahan)
- Otonan saat bayi sampai tanggal gigi,dilengkapi dengan banten sambutan..
- Dan untuk remaja atau dewasa tidak berisi banten sambutan Tetapi ditambahkan banten sesayut, pageh urip atau sesayut pangenteg bayu..
Untuk yang meoton hari ini..
Dumogi Rahayu, panjang yusa..
cening magelang benang, apang cening mauwat kawat mawalung besi”




Asta Kosala kosali

 


Pentingnya Aturan Tata Letak dan Ruangan dalam Budaya Bali untuk meminimalisir pergerakan alam semesta disebut Asta Kosala kosali..
Kepercayaan masyarakat Hindu Bali jika bangunan memiliki jiwa bhuana agung atau alam makrokosmos), bhuana alit (mikrokosmos) ialah manusia yang menempati bangunan.
Memperoleh keseimbangan maka, bangunan harus harmonis antara manusia dan bangunan yang ditempati..
1.Kosmologi Bali dapat digambarkan secara berurutan adalah Bhur alam semesta tempat bersemayam para dewa.
Bawah alam manusia dan kehidupan harian penuh godaan duniawi berkaitan dengan materialisme. Alam nista menjadi simbolis keberadaan setan dan nafsu selalu menggoda manusia untuk berbuat menyimpang dari dharma disebut Swah.
2. Mengukur Berdasar Anatomi Tubuh Pemilik Hunian
Pengukuran dalam pembangunan rumah Bali tidak menggunakan meteran, melainkan memakai aturan-aturan anatomi tubuh. Seperti tangan, jari, lengan, dan kaki pemilik hunian.
Pengukuran menggunakan anatomi tubuh, seperti ---Musti adalah ukuran atau dimensi ukuran tangan mengepal dengan ibu jari menghadap ke atas.
---Hasta adalah ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewasa dimulai dari pergelangan tengah tangan hingga ujung jari tengah terbuka.
---Depa adalah ukuran yang digunakan diantara dua bentangan tangan yang direntangkan dari kiri ke kanan.
---Acengkang atau alengkat dalam mengukur dari ujung telunjuk sampai ujung ibu jari tangan yang direntangkan, dan lainnya.

3. Konsep Tri Angga-Tribuana
Konsep ini bentuk konsistensi tata nilai ruang dan bangunan bisa diwujudkan dengan perletakan bangunan yang beragam.
Pada nilai fungsinya diserasikan dengan struktur hirarki nilai ruangnya.
Diketahui ketinggian lantai disesuaikan dengan nilai fungsi bangunan, sehingga ada keserasian antara nilai ruang dan nilai bangunan.
Konsep Tri Angga mengenai teknik konstruksi dan material terdiri dari nista, madya, dan utama.
---Nista menggambarkan bagian bawah dari bangunan yaitu pondasi dan bahan material dari batu alam gunung dan batu bata.
---Madya sebagai bagian tengah bangunan diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela, dan pintu.
---Utama adalah simbol dari bangunan paling atas diwujudkan dalam bentuk atap dan tempat paling suci dari rumah tinggal.
Digambarkan sebagai tempat tinggal dewa atau leluhur. Bahan material atap menggunakan ijuk dan alang-alang, atau sekarang genteng atau asbes.
Konsep ini didasarkan atas konsep geografis alam Bali dengan dua sumbunya, yakni sumbu kosmos dan sumbu ritual atau prosesi.
Gunung yang terletak di tengah-tengah pulau Bali sebagai sumbu kosmos.
Sehingga, membentuk sumbu dengan dua arah, yaitu menuju gunung dan laut.


MELIK ADALAH ANUGRAH DARI IDA SANG HYANG WIDHI

 


Apa itu Melik???
Melik adalah talenta atau kelebihan yang diberikan oleh sesuhunan/leluhur sejak kita lahir untuk di asah agar berfungsi sesuai jalannya..
Melik juga banyak macamnya , salah satunya
Melik Adnyana misalnya diarahkan menjadi seorang pemangku/Balian dan itu akan diproses kedepannya sampai tercapai pemargi yang harus dijalani sebagai pengayah
Melik adalah keistimewaan yang tidak semua orang punya jalan tersebut..
Melik sifatnya sakral dan itu perlu dijaga- dikemit dan diteruskan sampai kita menemukan Melik dan jati diri..
Maka dari itulah yang membawa kita menjadi seorang pengayah entah pemangku, tapakan, Balian juru sapuh atau sesuai proses perjalanan masing2..
Apa Melik Ada Hubungannya Dengan Karma Sebelumnya???
Tentu ada, terkadang anugrah Melik ini turun dari kakek/buyut yang dulunya juga seorang pengayah dan kebetulan dikelahiran saat ini kita yang terpilih, maka mau tidak mau setidaknya Dimulai dari rasa ikhlas dan menerima bahwa kita sudah menjadi bagian dari kehidupannya dulu untuk ditekuni dan dipahami, proses itulah yang akan diasah sesuai jalurnya masing masing

Bisakah Melik Dihilangkan???
Melik adalah anugrah, kalau ditolak kemungkinan akan beresiko, alangkah bagusnya karena kita sudah ditunjuk oleh leluhur sesuhunan luhur, itu merupakan PR bagi kita sebagai umat agar digali dr berproses kedepannya agar menjadi pengayah atau petulung sekala niskala..
Bagaimana ciri orang melik ???
Biasanya akan terlihat oleh orang yg Wikan,atau ada ciri tertentu mengingat Melik banyak macamnya..
Melik biasanya mulai disadari dengan ujian kehidupan yang terasa tidak ada ujung, yang perlu digaris bawahi masalah yang muncul bukanlah hukuman melainkan sebuah peringatan, dalam artian kita diingatkan dengan mengalami masalah atau sakit dll, karena itulah yg akan di gali kedepannya, setelah disadari dan tau akan dirinya Melik, maka Melik itulah yg akan diproses..
Gegodannya pasti ada,namanya meyasa,geng Yasa geng godan dalam setiap pemargi..tentu akan terasa berat,tapi jika sudah dijalani semua akan terasa biasa2 saja..
Sebaiknya orang melik wajib memiliki penuntun yg tepat agar terarah, dengan adanya tuntunan perjalanan sebagai pengayah sehingga tidak rancu kedepannya..
Rangkuman:bali bercerita

Senin, 10 April 2023

Makna Rainan Kajeng Kliwon

 



Makna Rainan Kajeng Kliwon, Alasan Menghaturkan Canang dan Segehan di Hari Keramat Bagi Umat Hindu
Kajeng Kliwon adalah hari yang perhitungannya jatuh pada Tri Wara yaitu Kajeng dan Panca Wara yaitu Kliwon.
Pertemuan antara kajeng dan kliwon diyakini sebagai saat energi alam semesta yang memiliki unsur dualitas bertemu satu sama lainnya.
Rainan Kajeng Kliwon bagi umat Hindu diperingati setiap 15 hari sekali dan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
- Kajeng Kliwon Uwudan, kajeng kliwon setelah bulan purnama
- Kajeng Kliwon Enyitan, kajeng Kliwon setelah bulan mati atau tilem
- Kajeng Kliwon Pamelastalli, Watugunung Runtuh yang datang setiap 6 bulan sekali

- Kajeng merupakan hari prabhawanya dari Sang Hyang Durga Dewi yang merupakan perwujudan dari Ahamkara yang merupakan manifestasi dari kekuatan Bhuta, Kala dan Durga.
- kliwon merupakan hari prabawanya Sang Hyang Siwa sebagai kekuatan dharma yang merupakan manifestasi dari kekuatan Dewa.
Setiap umat diharapkan melakukan penyucian diri dan bersikap lebih berhati - hati karena kekuatan negatif cenderung lebih besar dari pada kekuatan yang positif.
Sehingga sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Hindu untuk menghaturkan persembahan di merajan, pura dan tempat suci lainnya kehadapan Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Durga Dewi berupa Yadnya atau Banten.
Selain itu juga diwajibkan menghaturkan segehan kepelan, segehan putih kuning, segehan panca warna yang disesuaikan dengan tempat atau keadaan dan kemampuan dari masing - masing umat.
Dengan menghaturkan semua persembahan itu di hari Kajeng Kliwon diharapkan agar bisa mewujudkan keseimbangan alam Niskala dari alam bhuta menjadi alam Dewa...


Melasti upaya penyucian dan pembersihan diri serta alam

 



Melasti merupakan upacara yadnya dalam agama Hindu yang secara umum bertujuan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin. Upacara Melasti dilakasanakan setiap 1 tahun sekali, yang merupakan rangkaian dari Hari raya Nyepi di Bali. Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan :
Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana , Artinya : Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.
Upacara melasti atau melelasti dapat didefinisikan sebagai nganyudang malaning gumi ngamet tirta amerta, yang berarti menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan.
Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan.

Sumber-sumber air tersebut memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. Karena itulah, upacara melasti selalu diadakan di tempat-tempat khusus seperti tepi pantai atau tepi danau.
Dalam upacara ini, masyarakat akan datang secara berkelompok ke sumber-sumber air seperti danau dan laut.
Setiap kelompok atau rombongan berasal dari satu kesatuan wilayah yang sama, semisal dari banjar atau desa yang sama.
Setiap rombongan tersebut akan datang dengan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan, yaitu arca, pratima, dan pralingga dari pura yang ada di wilayah masing-masing untuk disucikan.
Setiap anggota masyarakat juga menyiapkan sesajian sesuai kemampuan masing-masing. Sajian ini merupakan bagian dari pelengkap upacara melasti.
Dalam Babad Bali, Melasti, juga disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk :
Melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan.
Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke tempat patirtan tersebut di atas.
Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari sebelum dilaksanakanya tawur kesanga untuk memohon kepada Tuhan untuk kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun saka...