Sabtu, 16 Maret 2024
NYEPI
MELASTI - DALAM RENUNGAN
Jumat, 15 Maret 2024
Wewaran, Ekawara hingga Dasawara beserta Urip dan Dewatanya
Kamis, 14 Maret 2024
Hindu (Sanatana Dharma)
Om Awighnamastu (adalah salam yang umum dipakai pada tradisi tulis menulis di Bali)
Om Swastiastu, Om Namaste
Hindu (Sanatana Dharma),
Spiritual dan Ilmu Pengetahuan senantiasa tak terpisahkan dan saling mendukung.
“Ilmu Pengetahuan dan Agama akan bertemu dan berjabat tangan. Puisi dan filsafat akan menjadi kawan. Ini akan menjadi Agama masa depan, dan apabila kita dapat mewujudkannya, kita dapat yakin bahwa itu akan terjadi untuk selama-lamanya dan bagi semua orang.”
-Svami Vivekananda-
Hindu adalah sebenarnya bukan agama sehingga akan sulit dikategorikan sebagai satu agama sebab kenyataanya adalah agama-agama ada dalam Hindu. Hindu dapat diibaratkan sebagai sebuah kampus besar dimana didalamnya terdapat berbagai fakultas-fakultas yang secara mengkhusus mempelajari ilmu pengetahuan. Dimana oleh fakultas-fakultasnya ini ilmu pengetahuan umum dijadikan sebagai disiplin ilmu terpisah sehingga otomatis tampak yang dimana sebenarnya ilmu ini adalah tunggal adanya terlihat berbeda-beda. Adalah tidak mungkin apabila ilmu pengetahuan untuk dipelajari semuanya karena kecenderungan manusia sendiri adalah juga beragam; rupa beragam, pemikiran beragam….maka beragam pula kecocokan, motifasi dan tujuannya meskipun dikatakan goalnya adalah sama. Kampus besar ini Bernama Hindu yang dimana Weda atau Science atau Ilmu Pengetahuan ini dipelajari secara mengkhusus dan dijadikan sebagai sebuah disiplin yang tersistem sehingga inilah yang disebut agama-agama (the agamas) pada Hindu. Karena agama itu adalah sebuah system atau sekolah (school) sehingga ketika berisi garis perguruan dan suksesinya maka disebut sampradaya.
Jadi yang disebut sect atau sekta di Hindu adalah yang dilabeli agama dan atau sampradaya tersebut dan itulah istilahnya bila diterjemahkan. Religion sendiri artinya juga setali tiga uang dengan agama yaitu sebuah system, lebih tepatnya system kepercayaan. Hindu adalah bukan sebuah agama yang tersentralisasi, bahkan lebih mirip disebut seperti system cryptocurrency yang sistemnya tidak terpusat tapi systemnya mengkhusus (peer to peer) terangkai kokoh meski tidak terpusat. Jadi sebenarnya system tak terpusat cryptocurrency yang peer to peer inilah mungkin dapat disetarakan dengan istilah desa-kala-patra. Hindu tidak memiliki garis Parampara tapi agama dan sampradaya didalamnya memilikinya. Sehingga Hindu tidak bisa dikaitkan pada satu tokoh Guru, tidak pula dapat dikaitkan kepada suatu wilayah sebagai pusat meskipun nama Hindu sendiri merujuk lokasi geografis Jambu Dwipa dan memang kebudayaan Weda ini berasal dari sana. Dimanapun wilayah Weda diagungkan maka itu adalah pusatnya sekaligus tanah sucinya. Sehingga yang disebut “Tanah Suci” di Hindu sendiri tidak merujuk satu lokasi tertentu. Karena di Hindu tidak ada tokoh yang paling sentra sebab semua tokoh sucinya adalah tokoh sentra maka juga tidak diketahui siapa gerangan pencetus Hindu paling awal.
Hindu juga memiliki lebih dari satu kitab suci, lebih dari satu kitab acuan aturan atau hukum yang disebut dharmasastra, lebih dari satu nama dan sebutan Tuhan, dst. Jadi sebenarnya tidak ada kriteria baku untuk seseorang dikenali sebagai penganut Hindu selain daripada kesepakatan dan pengakuan bahwa memang Hindu berdasarkan tradisi, rujukan naskah suci, dan sebagainya yang ternyata bersumber dari Hindu. Hindu juga tidak memiliki tradisi dan aturan tatacara konversi dan kerabat penulis sendiri ada yang perkawinannya tanpa melewati upacara konversi sebab itu terjadi sebelum tatacaranya dimatangkan. Karena upacara perkawinan pada tradisi Hindu di Bali sendiri sudah bermakna konversi salah satu mempelai untuk memeluk tradisi (dresta) dan Kuladewata keluarga pasangannya.
Om Ano Badrah Kartawo Yantu Wiswatah
-Vajrapani-
Rabu, 13 Maret 2024
Pemangku (Jero Mangku)
Keutamaan Trithayatra