Sri Begawan Agni Yogananda
Pemimpin adalah pemimpi saat terjaga.
Pemimpin itu sejatinya orang yang mempersembahkan dirinya untuk melayani orang banyak. Dalam idiom asing - serve all and love all -layani semua masyarakat tanpa diskriminasi, dan cintai semua. Seorang pemimpin adalah bijaksana. Karena itu, ia bukan saja mampu merencanakan,mengelola dan memperbaharui , juga melakukan hal kreatif dan inovasi, serta memelihara kesejahteraan masyarakat atau pengikutnya.
Idealnya seorang pemimpin itu bisa mengaplikasikan kepribadiannya secara holistik ketika mendapat mandat menjadi pemimpin. Paling tidak secara umum ada 12 karakter pemimpin masa depan yang terdiri dari : jujur, kompeten, visioner, menginsipirasi, cerdas, adil, berwawasan luas, berani , lugas , imaginatif, kreatif dan inovatif.
Petunjuk cara memimpin yang baik dan ideal juga tersurat dalam Kekawin Niti Sastra. “Masepi ikan desa tan hana mukya” maksudnya amat sepi Desa itu jika tidak ada pemimpinnya.
Kemudian dalam naskah Jawa Kuno Nawa Natya, disebutkan tentang tata cara memilih pemimpin pembantu Raja. Raja dalam memilih pemimpin yang akan membantunya menjalankan pemerintahannya itu diibaratkan seperti memilih bibit bunga yang akan disemaikan dalam taman bunga.
Dalam Lontar Nawa Natya disebutkan bahwa bibit bunga yang baik untuk disemaikan dalam taman bunga itu adalah bunga yang mekar. Selain bunya yang warnanya indah,harum,tahan lama,tidak disukai oleh hama penyakit, daunnya hijau,tidak mudah layu.
Jadi dalam memilih pemimpin yang akan membantunya, sang Raja itu hendaknya berpedoman pada cara memilih bibit bunga sesuai konsep Nawa Natya yang terdiri dari :
Pradnya Widagda.
Bijaksana dan mahir dalam berbagai pengetahuan. Orang yang berilmu itu bukanlah orang yang hanya memiliki kemampuan mengadopsi ilmu yang diperoleh dari berbagai buku atau sumber sumber lainnya. Tetapi ia yang mampu menjadikan ilmu itu sebagai alat untuk memperkuat eksistensi dirinya sebagai manusia.
Orang itu bukan saja mampu menjadikan ilmu sebagai alat untuk memperkuat diri, namun juga mampu menjadikannya bijaksana. Orang yang demikianlah yang disebut Pradnya widagda.
Parama Artha.
Memiliki cita cita mulia dalam hidupnya.Parama artinya mulia atau utama dan Artha artinya tujuan atau cita cita.
Wira Sarwa Yudha.
Pemberani dalam menghadapi pertempuran.Dalam keadaan perang pemimpin pembantu raja ikut berperang. Namun dalam keadaan damai sikap wira sarwa Yudha ini artinya tidak takut menghadapi persoalan yang ditemukan dalam melakukan tugas tugas kepemimpinannya.
Ia tidak lari dari persoalan yang dihadapi melainkan dijadikan kesempatan untuk peryadnya. Artinya melakukan sesuatu yang
terbaik
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Dirotsaha
Teguh dan tekun dalam berupaya.Dirotsaha berasal dari kata Dira yang artinya teguh atau tekun. Sedangkan Utsaha itu artinya selalu tidak henti hentinya senantiasa berupaya.
Contoh, akhir akhir ini banyak persoalan muncul. Kegaduhan terjadi di luar batas.Persoalan yang dihadapi tidak begitu gampang untuk diselesaikan. Nah di tengah situasi krusial itu, sangat dibutuhkan sikap teguh dan tekun dalam upaya mencari solusi penyelesaian
terbaik
atas masalah yang dihadapi. Pragi Wakya
Pandai menyusun kata kata dalam pembicaraan.Salah satu tugas pemimpin adalah menyampaikan buah pikirannya dalam suatu pembicaraan yang dapat dimengerti dengan baik oleh pihak lain.Kemampuan itu akan diperoleh melalui kegemaran membaca dan latihan berbicara.
Sama Upaya
Taat dengan janji.Menepati janji adalah salah satu cara pemimpin untuk memelihara kepercayaan masyarakatnya. Karena itu, seorang pemimpin tidak boleh sembarangan mengumbar janji. Misalnya, hanya demi ambisinya untuk memenangkan pemilihan.
Setiap janji haruslah dianalisa secara mendalam , apakah janji itu akan bisa ditaati. Sebab, kepercayaan itu adalah nafas bagi seorang pemimpin.
Lagha Wangartha.
Tidak memiliki kepentingan pribadi yang sempit.Perbuatan baiklah yang akan memberikan hasil yang baik. Karena itu berkonsentrasilah untuk berbuat baik sesuai dengan swadarma.
Wruh Ring Sarwa Bhastra.
Memiliki manajemen krisis.Mengetahui cara mengatasi kerusuhan.Memiliki berbagai upaya untuk melakukan pencegahan serta konsep mengatasinya
Wiweka
Kemampuan untuk dapat membeda bedakan mana yang salah,mana yang benar,mana yang tepat dan kurang tepat. Mampu mengambil sikap mana yang lebih penting dan kurang penting. Hal itu, tidak dapat diperoleh hanya dengan membaca buku saja melainkan harus dilakukan melalui latihan latihan yang tekun disamping juga karena potensi bakat.
Menjadi seorang pemimpin mungkin lebih mudah mendapatkan kedudukan daripada menjalankan amanat dan mewujudkan harapan komunitas yang dipimpinnya.
Kata kuncinya adalah bukan hanya merasa pintar, tetapi lebih pintar merasakan apa yang sedang dirasakan komunitas yang dipimpinnya.
Ajaran Astabrata
Ajaran mulia Astabrata itu merupakan delapan kewajiban yang patut dilaksanakan seorang pemimpin
1.Indra Brata
Bersikap arif bijaksana tanpa pilih kasih terhadap siapapun yang dipimpinnya
2.Yama Brata
Berlaku adil dalam menentukan sanksi bagi siapa saja yang telah dinyatakan bersalah.
3.Surya Brata
Senantiasa memberi tuntunan dan penerangan.
4.Candra Brata
Memberikan kesejukan,ketenangan atau kedamaian
5.Bayu Brata
Selalu berada ditengah komunitas untuk mendengar langsung apa yang dirasakan
6.Kuvera Brata
Terus menerus mengusahakan keseahteraan,kemakmuran secara adil dan merata
7.Varuna Brata
Menjadi tempat perlindungan bagi seluruh masyarakat dari segala keadaan yang tidak menyenangkan atau membebaskannya dari segala penderitaan.
8.Agni Brata
Terus memelihara dan menggelorakan semangat untuk membangun kebersamaan.
Seorang pemimpin memang dituntut untuk memiliki kelebihan dibanding yang lainnya. Namun disadari tidak ada “ Superman” yang mampu mengerjakan semuanya. Karena itu kemampuan membentuk team work - kerja sama - yang solid adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar