Selasa, 13 Agustus 2024

CERITA RAKYAT BALI "DALEM BEDAHULU"

 



Sri Tapolung (Sri Tapa Hulung) yang bergelar (Bhatara Asta Asura Ratna Bumi Banten, "Sri Gaja Wahana"; Babad Usana Bali Pulina, Ida Dalem Batu Ireng) adalah seorang raja sakti dari Bali yang bertahta di Bedahulu sebagai Dhalem pada tahun Çaka 1250 (1328 Masehi) yang dalam purana bali dwipa disebutkan Beliau merupakan putra Sri Masula Masuli dari Dinasti Warmadewa.

Dalam sejarah kerajaan bedahulu sebagaimana disebutkan,
beliau sangat bijaksana serta adil dalam mengendalikan pemerintahan
dan taat dalam melaksanakan upacara keagamaan,
beliau terkenal sebagai seorang pemberani serta sangat sakti.
Juga dalam pemerintahannya beliau mengadakan pergantian sejumlah pejabat pemerintahan antara lain :
Kesenepatian Kuturan yang dijabat Ki Dalang Camok diganti oleh Ki Mabasa Sinom
Kesenepatian Danda yang dijabat Ki Kuda Langkat-Langkat diganti oleh Ki Bima Sakti
Dibentuk kesenepatian baru yaitu Kesenepatian manyiringin di pegang oleh Ki Lembu Lateng.
Perutusan Siwa rajamanggala yang dulu tinggal di Dewastana kini digeser ke Kunjarasana.
Perutusan Pendeta Siwa Sewaratna yang dulu tinggal di Trinayana kini dipindahkan ke Dharmahanyar.
Dang Upadyaya Pujayanta yang dijabat Pendeta di Biharanasi diganti oleh Pendeta Dang Upadyaya Dharma.
Dibentuk pejabat Makarun di Hyang Karamus yang dipagang oleh Ki Panji Sukaningrat.
Dibentuk 2 buah perutusan yaitu di Burwan yang dipegang oleh Sira Mahaguru dan di Buhara Bahung yang dipegang oleh Dang Upadyaya Kangka.
Beliau mengangkat seorang Mangkubumi yang gagah perkasa bernama Ki Pasung Grigis, yang tinggal di desa Tengkulak dekat istana Bedahulu di mana raja Astasura bersemayam. Sebagai pembantunya diangkat Ki Kebo Iwa alias Kebo Taruna yang tinggal di Desa Belahbatuh.

Tersebutlah sekarang tahun berganti tahun dalam mithologi dan simbol sebagaimana diceritakan, keberadaan raja Bali ini sangat tidak sependapat dengan pemerintahan Majapahit dan tidak mau tunduk kepada Majapahit sebagai pemerintahan pusat di Nusantara ini).



Karena Raja Bali ini tidak mau tunduk dengan Majapahit, menyebabkan Raja Majapahit kurang senang melihat sikap Raja Bali yang demikian itu,
maka dari itu raja Majapahit mengadakan pertemuan dengan para petinggi kerajaan, demikian pada saat pertemuan itu diselenggarakan sangat banyak para punggawa/ petinggi kerajaan menghadap raja di balai pertemuan,
semuanya saling bertukar pikiran dalam sidang yang dilaksanakan itu.
Dalam pada itu akhirnya bersabdhalah penguasa/ raja Majapahit,
hai engkau adikku Sang Arya Damar dan Maha Patih Gajah Mada, termasuk para Arya sekalian,
bagaimana menurut anda sekalian tentang kelakuan raja Bali yaitu Asta Sura Ratna Bhumi Banten, demikian sabdha raja Majapahit.
Kemudian para petinggi kerajaan tersebut menjawab,
Ya tuanku raja apakah ada yang perlu tuan amanatkan kepada kami
dan apakah ada hal-hal yang mengganjal dalam pikiran paduka?, jika paduka berkenan jelaskanlah kepada kami.
Sang raja kembali bersabda dan memberi titah,
Hai engkau saudaraku sekalian, dengarlah kata-kataku ini, yang tiada lain yang mengganjal pikiranku adalah raja Bali yang selalu bertentangan dengan kita,
maka dari itu aku perintahkan kalian untuk datang ke pulau Bali inemerangi raja tersebut, karena dosanya tidak mau tunduk dan patuh kepadaku, demikan sabdha raja Majapahit.
Mendengar titah raja yang demikian itu, para patih dan punggawa kerajaan undur dan siap melaksanakan tugas yang diamanatkan, yaitu memerangi raja Bali termasuk laskarnya,

Sang petinggi tersebut kemudian menjawab,
tidaklah terlalu sukar bagi hamba sekalian mengalahkan raja Bali,
demikian hatur para petinggi kerajaan.
selanjutnya raja lagi bersabdha kepada Arya Dhamar dan Patih Gajah Mada serta kepada pararya yang lainnya,
hai orang-orangku sekalian ingatlah pesanku ini,
janganlah kalian membunuh Ki Pasung Grigis,
setelah ia dapat ditaklukan bawalah dia ke Majapahit sebagai tawanan.
Ya paduka tuanku, jika demikian hambamu ini tidak akan berani menolak perintah tuan, jawab petinggi tersebut kembali.

Tidak diceriterakan dalam perjalanan sekarang dikisahkan telah tiba di pulau Bali, akhirnya disepakati untuk mulai penyerangan, di mana dalam peperangan itu tidak dikisahkan lamanya perang itu,
akhirnya Bali dapat ditaklukkan serta penduduk Bali Aga semuanya pada menyerah yaitu pada tahun caka 1265 atau tahun 1343 masehi,
selanjutnya agar pulau Bali tetap aman maka para Arya yang turut serta menyerang Bali ditetapkan pada tempat-tempat yang strategis yang diatur oleh Arya Damar.
Setelah kalahnya Sri Tapolung dalam mitos tentang raja bali tersebut sebagaimana disebutkan kembali dalam sejarah kerajaan bedahulu, sang raja pun bersemadi.
Beberapa saat kemudian,
kepala sang raja lepas dari raganya.
Kepala Sri Tapolung diceritakan melesat ke surga.
Ki Pasung Grigis kini hanya menghadapi badan rajanya tanpa kepala.
Setelah lewat tiga hari tentang raja bedahulu tersebut sebagaimana dikisahkan, kepala Sri Tapolung belum kembali juga.
Ki Pasung Grigis mulai khawatir.
Kebetulan saat itu ada seekor babi lewat.
Babi itu pun dipenggal dan kepala babinya itu disatukan dengan raga Sri Tapolung.
Tak disangka,
beberapa saat kemudian kepala Sri Tapolung kembali.
Mengetahui kepalanya diganti dengan kepala babi, sang raja pun murka dan mengutuk orang-orang Bali Aga.
Karena berkepala babi,
sang raja kemudian dijuluki Bedahulu atau Bedamuka (beda kepala).
Mitologi tentang Sri Tapolung ini sebagai Dalem Bedahulu hingga kini masih tertanam kuat di kalangan masyarakat Bali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar