Pengertian Tari Sakral
Kata Sakral memiliki arti suci atau kesucian, magis, super natural power, pantang dilanggar sebab membahayakan, kekuatan sakti, angker atau keramat dan melindungi. Jadi, tari sakral dapat diartikan sebagai tarian yang disucikan, memiliki kekuatan magis, dan harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam menarikan dan mementaskannya. Biasanya tari sakral dipentaskan pada saat melaksanakan ritual atau upacara keagamaan (Tim penyusun, 2011: 19).
Dalam agama Hindu, kita memiliki banyak sekali tari sakral. Setiap pementasan dihubungkan dengan makna pelaksanaan upacara keagamaan. Adapun tari-tari sakral yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Tari Rejang
Tari Rejang adalah tarian yang dipentaskan atau ditarikan pada saat upacara Deva Yajña. Para penari Rejang adalah wanita yang belum akhil balik atau yang sudah tidak menstruasi, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 109).
2. Tari Baris
Tari Baris disimbolkan sebagai tarian prajurit yang ditarikan oleh laki-laki pada saat upacara keagamaan. Tari Baris merupakan persembahan dari para pejuang dan senjata mereka selama perayaan di Pura. Selain itu, tarian ini juga diperuntukkan guna menyambut para Dewa dan Leluhur ke dunia. (www.kabali. com/exploringbali/tari_baris. html)
Tari Baris disimbolkan sebagai tarian prajurit yang ditarikan oleh laki-laki pada saat upacara keagamaan. Tari Baris merupakan persembahan dari para pejuang dan senjata mereka selama perayaan di Pura. Selain itu, tarian ini juga diperuntukkan guna menyambut para Dewa dan Leluhur ke dunia. (www.kabali. com/exploringbali/tari_baris. html)
BACA JUGA :
3. Tari Sanghyang
Tari Sanghyang adalah tarian sakral yang berfungsi sebagai pelengkap upacara. Tujuan Tari Sanghyang adalah untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah. Tarian ini juga digunakan sebagai sarana pelindung, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 120).
4. Tari Durga Mahishasuramardini
Tari Durga Mahishasuramardini adalah tarian yang mengisahkan kemenangan Devi Durga atas Asura (raksasa), (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 121).
Tari Sanghyang adalah tarian sakral yang berfungsi sebagai pelengkap upacara. Tujuan Tari Sanghyang adalah untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah. Tarian ini juga digunakan sebagai sarana pelindung, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 120).
4. Tari Durga Mahishasuramardini
Tari Durga Mahishasuramardini adalah tarian yang mengisahkan kemenangan Devi Durga atas Asura (raksasa), (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 121).
BACA JUGA :
5. Tari Śiva Natyaraja
Tari Śiva Natyaraja atau Ciwa Nataraja adalah tarian Deva Śiva. Tari Śiva Natyaraja menggambarkan bagaimana Deva Śiva menari untuk menciptakan. Setiap gerakan yang dilakukan mengandung kekuatan gaib dalam menciptakan alam semesta ini.
Tari Śiva Natyaraja atau Ciwa Nataraja adalah tarian Deva Śiva. Tari Śiva Natyaraja menggambarkan bagaimana Deva Śiva menari untuk menciptakan. Setiap gerakan yang dilakukan mengandung kekuatan gaib dalam menciptakan alam semesta ini.
6. Tari Topeng Sidakarya
Tari Topeng Sidakarya merupakan tarian untuk mengiringi jalannya upacara besar umat Hindu. Topeng Sidakarya dianggap sebagai pelengkap upacara. Dalam pementasan, wajah penari selalu ditutupi oleh topeng, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 122).
Tari Topeng Sidakarya merupakan tarian untuk mengiringi jalannya upacara besar umat Hindu. Topeng Sidakarya dianggap sebagai pelengkap upacara. Dalam pementasan, wajah penari selalu ditutupi oleh topeng, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 122).
7. Tari Ganesha
Tari Ganesha merupakan tarian yang dilakukan oleh Deva Ganesha dengan tujuan untuk menghibur atau menyenangkan orang tuanya, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 123).
8. Reog
Reog merupakan salah satu kesenian budaya berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang sebenarnya. Reog adalah budaya Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang magis.
Reog merupakan salah satu kesenian budaya berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang sebenarnya. Reog adalah budaya Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang magis.
9. Tari Wadian Amun Rahu
Tari Wadian Amun Rahu. Tarian ini pada mulanya adalah sebuah tarian tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah yang bersifat sakral, magis, dan religius. Tarian ini ditarikan oleh perempuan. Pada masa lampau, tarian ini dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi. Busana yang digunakan biasanya berwarna merah dan putih, merupakan lambang keagungan Tuhan, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 124).
Tari Wadian Amun Rahu. Tarian ini pada mulanya adalah sebuah tarian tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah yang bersifat sakral, magis, dan religius. Tarian ini ditarikan oleh perempuan. Pada masa lampau, tarian ini dimaknai sebagai prosesi adat untuk menghantarkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesai panen padi. Busana yang digunakan biasanya berwarna merah dan putih, merupakan lambang keagungan Tuhan, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 124).
10. Tari Rantak Kudo
Tarian Rantak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya Kerinci, Jambi. Tarian ini dikenal “rentak kudo” karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Ditarikan pada perayaan yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 125).
Tarian Rantak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya Kerinci, Jambi. Tarian ini dikenal “rentak kudo” karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Ditarikan pada perayaan yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 125).
11. Tari Kejei
Tari Kejei adalah tarian sakral dari Bengkulu. Penari harus berpasang-pasangan dan berjumlah ganjil. Sebelum dan sesudah tarian ini, diadakan ritual terlebih dahulu, yaitu pemotongan tebu dan lengir yang telah diberikan mantra oleh sesepuh. Penari Kejei harus remaja yang masih perjaka dan perawan.
Salah satu tarian yang terkenal di Papua adalah Tari Tobe/ Tari Perang. Tarian ini dipentaskan pada saat upacara adat tertentu. Penari biasanya berjumlah 18 orang: 16 laki-laki dan 2 perempuan. Pementasan, penari diiringi alat musik tifa. Di permukaan tifa, terdapat ukiran, yang menggambarkan lambang dari patung Bis yang dianggap sakral oleh suku Asmat, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 126).
Referensi:
Susila, Komang dan Sri Mulia Dewi, I Gusti Ayu. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (kelas 3) / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Sumber: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas III
Kontributor Naskah : Komang Susila dan I Gusti Ayu Sri Mulia Dewi
Penelaah : I Wayan Paramartha dan I Made Redana
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015
Tari Kejei adalah tarian sakral dari Bengkulu. Penari harus berpasang-pasangan dan berjumlah ganjil. Sebelum dan sesudah tarian ini, diadakan ritual terlebih dahulu, yaitu pemotongan tebu dan lengir yang telah diberikan mantra oleh sesepuh. Penari Kejei harus remaja yang masih perjaka dan perawan.
Salah satu tarian yang terkenal di Papua adalah Tari Tobe/ Tari Perang. Tarian ini dipentaskan pada saat upacara adat tertentu. Penari biasanya berjumlah 18 orang: 16 laki-laki dan 2 perempuan. Pementasan, penari diiringi alat musik tifa. Di permukaan tifa, terdapat ukiran, yang menggambarkan lambang dari patung Bis yang dianggap sakral oleh suku Asmat, (Susila, dan Sri Mulia Dewi, 2015: 126).
Referensi:
Susila, Komang dan Sri Mulia Dewi, I Gusti Ayu. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (kelas 3) / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Sumber: Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas III
Kontributor Naskah : Komang Susila dan I Gusti Ayu Sri Mulia Dewi
Penelaah : I Wayan Paramartha dan I Made Redana
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2015
https://www.mutiarahindu.com/2018/12/pengertian-dan-jenis-jenis-tari-sakral.html