Dewa Indra
Ajaran ini disampaikan Oleh Sri Rama kepada sang Wibhisana pada waktu Sri Rama telah dapat menaklukkan kerajaan Alengkapura. Beliau mengalahkan raja Rawana dalam pertarungan sengit pada perang tanding yang berakhirkan dengan tewasnya raja Rawana, Sri Rama ingin menyerahkan kerajaan Alengka kepada ahli warisnya yang masih hidup, Pangeran Wibhiwana. Betapapun sakit hati Pangeran Wibhisana terhadap kakaknya raja Rawana yang telah mengusirnya dari kerajaan Alengka, betapapun kesal hatinya terhadap kakaknya yang dianggapnya bersalah melanggar norma kesusilaan dengan menculik dewi Sita, permaisuri Rama. Namun wafatnya raja Rawana adalah suatu kejadian yang sangat menyedihkan hatinya, walaupun sebelumnya kejadian ini sudah diperkirakan olehnya. Apalagi kakaknya yang kedua yaitu Kumbhakarna telah pula meninggalkannya, gugur di medan laga sebagai putra sejati dari sebuah kerajaan yang berpegang teguh sampai akhir hayatnya kepada prinsip "right or wrong is my country". Benar atau salah, negara ini adalah negaraku yang harus ku bela dan ku pertahankan sampai titik darah yang penghabisan!. Kehancuran kerajaan Alengka adalah kehancuran yang menggundahkan perasaan Pangeran Wibhisana. Kematian kedua saudara tuanya adalah kematian yang merenyuhkan hatinya. Hal ini menyebabkan Pangeran Wibhisana tidak rela menerima permintaan Sri Rama agar ia mau menduduki tahta kerajaan yang ditinggalkan kedua kakaknya. Ia tidak ingin menikmati kehidupan di atas reruntuhan negaranya. Tetapi demi kelangsungan hidup dan eksistensi kerajaan Alengka yang pernah jaya itu Sri Rama mendesak agar Pangeran Wibhisana bersedia melanjutkan kepemimpinan kakaknya. Diharapkan membina rakyai Alengka dengan gaya dan corak yang lebih baik dari kakaknya. Memerintah dengan kepemimpinan yang dituntun oleh ajaran ajaran agama, antara lain ajaran ASTA BRATA, (Sudharta, 2015:1-2).
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Memang benar nasihat Sri Rama dalam bentuk Asga Brata itu hanya ditujukan olehnya kepada Pangeran Wibhisana dalam memimpin kerajaan Alengka. Tetapi pada hakekatnya ajaran itu tidak hanya bagi Pangeran Wibhisana dan tidak hanya untuk memimpin kerajaan Alengka. Ajaran itu dapat juga diperlakukan oleh setiap orang yang hendak memimpin apa saja dan di mana saja serta kapan saja setelah disesuaikan dengan desa, kala, patra yaitu disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan yang dihadapi. Karena siapakah yang tidak merupakan PEMIMPIN dalam kehidupan ini? Setiap orang adalah PEMIMPIN. Apakah ia memimpin rumah tangga, memimpin kelompok lingkungan kecil, atau besar. Memimpin sekolah yang dasar ataupun yang tinggi. Memimpin masyarakat atau negara yang kecil maupun yang besar. Memimpin pemerintahan di tingkat apapun juga. Yang terutama adalah memimpin diri sendiri, (Sudharta, 2015:2).
Dengan demikian sebagai seorang pemimpin, ajaran Asta Brata ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pegangan dalam mensukseskan mission dalam hidup ini. Antara lain ikut menciptakan kesejahteraan dan kedamaian yang menyeluruh lahir bathin di bidangnya masing masing. Perlu kami tekankan di sini bahwa ajaran Asta Brata dan agama Hindu ini hanyalah merupakan salah satu pegangan dan. bukan satusatunya pegangan karena pegangan pegangan lainnya masih banyak ada baik di dalam agama Hindu sendiri maupun di dalam agama lainnya. Ajaran yang perlu kita gali, kita persembahkan kepada bangsa dan negara kita yang sedang berada di dalam era pembangunan di scgala bidang dan khususnya di dalam Pelita yang akan datang yang menekankan pembangunan dalam mewujudkan keadilan sosial. Dan dalam hal ini kami tertarik akan pendapat Prof. Dr. Mubyarto yang mengatakan :
"Berjalannya sistem ekonomi (apapun namanya) tidak terlepas dari manusia-manusia pelakunya. Dalam keadaan masyarakat kita yang bersifat majemuk, nampaknya pembahasan masalah keadilan sosial, perlu lebih dikaitkan pada masalah pcndidikan moral dan agama, dan bukan hanya masalah sistem ekonomi dan struktur sosial".
Di samping adanya ajaran moral dari kelima agama yang diakui di Indonesia, kita sudah pula mempunyai Moral Pancasila sebagai sumber masukan dalam mewujudkan, membina masyarakat adil dan makmur melalui Pelita-Pelita yang kita buat bersama. Ajaran moral dan agama Hindu yang penulis sajikan ini ialah ajaran Asta Brata yang sebagai namanya menunjukkan berjumlah delapan butir. Mudah-mudahan ajaran Asta Brata yang disajikan ini masih ada arti dan gunanya pada masa ini karena ia ditulis di Indonesia oleh pujangga besar Yogiswara pada tahun 925 M, (Sudharta, 2015:3).
Dalam kekawin Ramayana Sargha (Bab) XXIV sloka (bait) 52 pujangga Yogiswara menuliskan sebagai ungkapan permulaan dari delapan bait syair yang mengandung ajaran Asta-Brata itu sebagai berikut :
"Hyang Indra Yama Suryya Candra-anila,
Kuwera Baruna-agni nahan wwalu,
sira ta maka-angga sang bhupati,
matang nira inisti agabrata".
Terjemahan:
"(Brata) dewa Indra, Yama, Suryya (Matahari), Candra (Bulan), Anila (Angin), Kuwera, Baruna, dan Agni (Api) adalah delapan (brata) yang bernama Asta-Brata yang seharusnya dihayati oleh seorang pemimpin agar meresap dalam jiwa raganya", (Sudharta, 2015:3).
- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI
Kata Dewa dalam agama Hindu berasal dari kata Sanskerta Div yang berarti sinar, cahaya yang sama dengan kata Day (Inggris) atau Tag (Jerman) atau Daag (Belanda) yang berarti hari yaitu bagian waktu yang mempunyai cahaya. Dengan demikian kata Dewa berarti Ia yang mempunyai sinar atau memberi sinar atau merupakan sinar (Nur) dari Hyang Widhi (Illahi). Setiap Dewa (Nur Illahi) ini mempunyai sifat, tugas, kekuasaan dan kemampuannya masing-masing sebagai percikan dari Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Kedelapan Dewa tersebut masing-masing mempunyai sifat, kekuasaan dan tugasnya sendiri yang patut dipakai tauladan oleh seorang pemimpin. Misalnya , disebutkan dalam syair 53 :
"Nihan brata ni sang hyang Indra-alapen,
sira anghudanaken tumrepting jagat,
sirata tuladena Indrabrata,
sudana ya hudanta manglyabi rat"
Terjemahan:
"Beginilah brata dari dewa Indra yang harus diikuti yaitu memberi hujan kesejahteraan pada rakyat; anda hendaknya meniru brata Indra ini, SUDANA lah yang anda harus hujankan demi kesejahteraan rakyat".
Disebutkan di sini bahwa hyang Indra sebagai dewa hujan. Ia mempunyai kekuasaan dan tugas untuk menghujani alam semesta, sehingga seorang pemimpin harus menghujani rakyat dengan suddna, pemberian yang baik. Dalam agama Hindu istilah DANA (Pemberian) tidak hanya berarti pemberian harta Benda (ARTHA DANA) tetapi juga pemberian PERLINDUNGAN DARI BAHAYA (ABHAYA DANA) serta pemberian PENGETAHUAN (BRAHMA DANA). Sehingga dengan demikian seorang pemimpin harus memikirkan dan "menghujani" mereka yang dipimpinnya dengan memenuhi kebutuhan mereka di bidang materi (antara lain sandang, pangan, papan). Juga memberikan perilindungan dari bahaya, memberikan rasa aman, menciptakan situasi keamanan yang mantap, sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya dengan tidak ada kekhawatiran sama sekali, baik terhadap bahaya dari luar maupun yang ada di dalam lingkungannya sendiri.
Di samping itu merekapun harus dijamin atau "dihujani" dengan Pemberian Ilmu Pengetahuan. Pcndidikan mereka harus diselenggarakan, ada jaminan bahwa mereka pasti dapat pendidikan, mereka harus dapat memiliki ilmu pengetahuan yang setinggi tingginya dengan biaya yang semurah-murahnya kalau tidak dapat secara cuma-cuma. Tugas sebagai dewa Indra ialah menghujani kemakmuran, kesejahteraan lahir bathin pada rakyat. Di samping itu, sebagai sifat air hujan itu sendiri, sang pemimpin hendaknya dapat menyejukkan suasana kehidupan serta hati sanubari setiap bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh membiarkan hati sanubari dan kehidupan rakyat atau bawahannya menjadi gersang apalagi sampai kering kepanasan karena tidak pernah mendapatkan gerimisnya "hujan pemberian" sebagai tersebut di atas. Sebagai juga kodrat dari air hujan itu sendiri yang jalannya pasti ke bawah, hendaknya pemimpin meniru kodrat hujan itu, yaitu menyampaikan kesejukan, menyampaikan pemberian itu, tidak hanya sampai di tingkat atas saja tetapi harus juga sampai ke tingkat yang paling bawah. Dan malah kalau bisa tingkat yang paling bawah itulah yang seharusnya dapat yang paling banyak, dengan cara menghindarkan adanya kebocoran-kebocoran atau pcnyelewengan-penyelewengan di tingkat atas, (Sudharta, 2015:4).
Di samping penyampaian segalanya itu supaya sampai ke bawah, hendaknya juga perhatian dan pengalaman pribadi supaya sampai juga ke bawah yaitu dengan seringnya pemimpin itu turun ke bawah, turun ke masyarakat. Tidak hanya menerima laporan di atas meja sambil duduk di atas kursi yang empuk. Sebagai juga sifat air hujan bisa menghanyutkan segala yang menghadang, bendungan-bendungan atau hambatan hambatan yang tidak teratur, yang diciptakan atau dibuat di luar ketentuan ketentuan yang berlaku.
Karena itu pemimpin atau pemerintah hendaknya selalu memberi peringatan kepada semua pihak bahwa pemerintah akan bisa bertindak sebagai banjir menghantam mereka yang menghambat atau membendung jalannya pemerintahan. Baikpun dengan secara illegal apalagi dengan maksud untuk menimbulkan keresahan, ketidak amanan serta keadaan-keadaan lain yang negatif. Sebaliknya perlu diterangkan kepada mereka bahwa air atau hujan sebagai hyang Indra akan membawakan kemakmuran, kesuburan dan kesejukan hidup jika sifatnya itu dianut oleh pemimpin dan tidak dihambat-hambat oleh bawahan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jadi dasarnya sifat, tugas dan kekuasaan dewa Indra yang perlu diikuti ialah :
"menghujani" dengan tiga macam pemberian (dana) di atas : materi, pendidikan, keamanan;
menyejukkan hati dan suasana masyarakat;
menyampaikan segala "pemberian" dan perhatian sampai ke bawah;
menghanyutkan segala rintangan dan hambatan yang dapat membahayakan.
Inilah hakekat dari Indra Brata , brata kcpertama dari Agga Brata, (Sudharta, 2015:5).
Referensi: https://www.mutiarahindu.com/2020/10/pengertian-indra-brata-dan-penjelasannya.html
Rai Sudharta, DR.Tjok. 2015. Asta Brata di abad Millenium. Denpasar: ESBE buku
Kata Dewa dalam agama Hindu berasal dari kata Sanskerta Div yang berarti sinar, cahaya yang sama dengan kata Day (Inggris) atau Tag (Jerman) atau Daag (Belanda) yang berarti hari yaitu bagian waktu yang mempunyai cahaya. Dengan demikian kata Dewa berarti Ia yang mempunyai sinar atau memberi sinar atau merupakan sinar (Nur) dari Hyang Widhi (Illahi). Setiap Dewa (Nur Illahi) ini mempunyai sifat, tugas, kekuasaan dan kemampuannya masing-masing sebagai percikan dari Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Kedelapan Dewa tersebut masing-masing mempunyai sifat, kekuasaan dan tugasnya sendiri yang patut dipakai tauladan oleh seorang pemimpin. Misalnya , disebutkan dalam syair 53 :
"Nihan brata ni sang hyang Indra-alapen,
sira anghudanaken tumrepting jagat,
sirata tuladena Indrabrata,
sudana ya hudanta manglyabi rat"
Terjemahan:
"Beginilah brata dari dewa Indra yang harus diikuti yaitu memberi hujan kesejahteraan pada rakyat; anda hendaknya meniru brata Indra ini, SUDANA lah yang anda harus hujankan demi kesejahteraan rakyat".
Disebutkan di sini bahwa hyang Indra sebagai dewa hujan. Ia mempunyai kekuasaan dan tugas untuk menghujani alam semesta, sehingga seorang pemimpin harus menghujani rakyat dengan suddna, pemberian yang baik. Dalam agama Hindu istilah DANA (Pemberian) tidak hanya berarti pemberian harta Benda (ARTHA DANA) tetapi juga pemberian PERLINDUNGAN DARI BAHAYA (ABHAYA DANA) serta pemberian PENGETAHUAN (BRAHMA DANA). Sehingga dengan demikian seorang pemimpin harus memikirkan dan "menghujani" mereka yang dipimpinnya dengan memenuhi kebutuhan mereka di bidang materi (antara lain sandang, pangan, papan). Juga memberikan perilindungan dari bahaya, memberikan rasa aman, menciptakan situasi keamanan yang mantap, sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya dengan tidak ada kekhawatiran sama sekali, baik terhadap bahaya dari luar maupun yang ada di dalam lingkungannya sendiri.
Di samping itu merekapun harus dijamin atau "dihujani" dengan Pemberian Ilmu Pengetahuan. Pcndidikan mereka harus diselenggarakan, ada jaminan bahwa mereka pasti dapat pendidikan, mereka harus dapat memiliki ilmu pengetahuan yang setinggi tingginya dengan biaya yang semurah-murahnya kalau tidak dapat secara cuma-cuma. Tugas sebagai dewa Indra ialah menghujani kemakmuran, kesejahteraan lahir bathin pada rakyat. Di samping itu, sebagai sifat air hujan itu sendiri, sang pemimpin hendaknya dapat menyejukkan suasana kehidupan serta hati sanubari setiap bawahannya. Seorang pemimpin tidak boleh membiarkan hati sanubari dan kehidupan rakyat atau bawahannya menjadi gersang apalagi sampai kering kepanasan karena tidak pernah mendapatkan gerimisnya "hujan pemberian" sebagai tersebut di atas. Sebagai juga kodrat dari air hujan itu sendiri yang jalannya pasti ke bawah, hendaknya pemimpin meniru kodrat hujan itu, yaitu menyampaikan kesejukan, menyampaikan pemberian itu, tidak hanya sampai di tingkat atas saja tetapi harus juga sampai ke tingkat yang paling bawah. Dan malah kalau bisa tingkat yang paling bawah itulah yang seharusnya dapat yang paling banyak, dengan cara menghindarkan adanya kebocoran-kebocoran atau pcnyelewengan-penyelewengan di tingkat atas, (Sudharta, 2015:4).
Di samping penyampaian segalanya itu supaya sampai ke bawah, hendaknya juga perhatian dan pengalaman pribadi supaya sampai juga ke bawah yaitu dengan seringnya pemimpin itu turun ke bawah, turun ke masyarakat. Tidak hanya menerima laporan di atas meja sambil duduk di atas kursi yang empuk. Sebagai juga sifat air hujan bisa menghanyutkan segala yang menghadang, bendungan-bendungan atau hambatan hambatan yang tidak teratur, yang diciptakan atau dibuat di luar ketentuan ketentuan yang berlaku.
Karena itu pemimpin atau pemerintah hendaknya selalu memberi peringatan kepada semua pihak bahwa pemerintah akan bisa bertindak sebagai banjir menghantam mereka yang menghambat atau membendung jalannya pemerintahan. Baikpun dengan secara illegal apalagi dengan maksud untuk menimbulkan keresahan, ketidak amanan serta keadaan-keadaan lain yang negatif. Sebaliknya perlu diterangkan kepada mereka bahwa air atau hujan sebagai hyang Indra akan membawakan kemakmuran, kesuburan dan kesejukan hidup jika sifatnya itu dianut oleh pemimpin dan tidak dihambat-hambat oleh bawahan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jadi dasarnya sifat, tugas dan kekuasaan dewa Indra yang perlu diikuti ialah :
"menghujani" dengan tiga macam pemberian (dana) di atas : materi, pendidikan, keamanan;
menyejukkan hati dan suasana masyarakat;
menyampaikan segala "pemberian" dan perhatian sampai ke bawah;
menghanyutkan segala rintangan dan hambatan yang dapat membahayakan.
Inilah hakekat dari Indra Brata , brata kcpertama dari Agga Brata, (Sudharta, 2015:5).
Referensi: https://www.mutiarahindu.com/2020/10/pengertian-indra-brata-dan-penjelasannya.html
Rai Sudharta, DR.Tjok. 2015. Asta Brata di abad Millenium. Denpasar: ESBE buku