Oleh. Penyuluh Agama Hindu Kab.Badung
Pelangkiran berasal kata “langkir” yg artinya tempat pemuja/penghayatan. Pelangkiran merupakan niyasa yg bersifat umum dan tergantung dari letaknya serta tujuan pemuja untuk menstanakan Bhatara/Dewa siapa yang di puja. Pelangkiran adalah bentuk miniatur dari sebuah Pelinggih, bagian atas sebuah Pelinggih Padma. Yang dibuat oleh umat Hindu dalam rangka menghubungkan diri melalui pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan Prabhawa- Nya, Leluhur sesuai kebutuhan dan tujuan dari umat yg membuatnya. Dengan membuat pelangkiran adalah salah satu inovasi umat karena tinggal jauh dari rumah asal, kost, lahan tidak memadai dan yang lainnya.
Berdasarkan Lontar Aji Maya Sandhi (dalam Hindu Alukta), disebutkan : pada dahulu kala ketika manusia sedang tidur maka Kanda Pat itu keluar dari tubuh manusia dan bergentayangan, ada yang duduk di dada, di perut, di tangan dsb. Sehingga mengganggu tidur manusia; oleh karena itu perlu dibuatkan pelangkiran untuk stananya agar mereka dapat melaksanakan tugas sebagai penunggu urip.
Jika itu dilaksanakan maka manusia akan tidur dengan tenang dan nyenyak karena sudah ada yang menjaga dari segala bentuk gangguan roh jahat. Untuk dapat dijadikan sebagai sarana, maka disakralisasi terlebih dahulu dengan upakara Prayascitta, setelah itu baru lah mulai dapat di pergunakan sebagai tempat pemujaan. Adapun letak pelangkiran yakni sesuai arah hulu yaitu timur laut atau kaja kangin, gunung adalah simbol hulu yg sesuai konsep hulu-teben. di sisi kaja (arah gunung/bukit terdekat) atau sisi kangin (matahari terbit), dalam sebuah ruangan (kalau tempat memungkinkan). Ketinggian rong plangkiran (bagian depan tempat sesajian) ditentukan minimal di atas kepala (siwadwara) maurip aguli (tambah satu ruas jari).
Adapun tempat menaruh pelangkiran adalah :
1. Untuk anak yang baru lahir sampai diupacarai 6 bulan, maka dibuatkan pelangkiran dari ulatan lidi/ ibus yang dinamakan berbentuk bulat, digantungkan di atas tempat tidur bayi. Itu adalah stana Sanghyang Kumara, putra Bhatara Siwa yang ditugasi ngemban para bayi. sehingga pelangkiran memiliki sebutan "kumara". Setelah upacara 6 bulanan sampai terus dewasa – tua, pelangkiran diganti dengan bentuk yang dipakukan ke tembok. Ini pelinggih Kanda-Pat (bukan Hyang Kumara lagi).
2. Di dapur, stana untuk Bhatara Brahma
3. Sumur/jeding/kran air, untuk Bhatara Wisnu
4. Di pasar tempat berjualan, untuk Bhatari Dewa Ayu Melanting
5. Di Warung / Toko / Tempat Usaha, stana untuk Bhatara Sri Sedana sebagai pemberi kemakmuran kepada setiap umat manusia.
6. Di kantor, untuk Bhagawan Panyarikan atau Dewi Saraswati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar