Sabtu, 23 Maret 2024

Dina Berek Tawukan


 


Beberapa sloka yang berkaitan dengan hari Purnama dan Tilem dapat ditemui dalam Sundarigama yang mana disebutkan:

'Muah ana we utama parersikan nira Sanghyang Rwa Bhineda, makadi, Sanghyang Surya Candra, atita tunggal we ika Purnama mwang Tilem. Yan Purnama Sanghyang Wulan ayoga, yan ring Tilem Sanghyang Surya ayoga ring sumana ika, para purahita kabeh tekeng wang akawangannga sayogya ahening-hening jnana, ngaturang wangi-wangi, canang biasa ring sarwa Dewa pala keuannya ring sanggar, Parhyangan, matirtha gocara puspa wangi"
Ada hari-hari utama penyelenggaraan upacara persembahyangan sejak dulu sama nilai keutamaannya yaitu hari Purnama dan Tilem.
Pada hari Purnama, bertepatan dengan Sanghyang Candra beryoga :
ᬒᬁᬉᬁᬘᬦ᭄ᬤ᭄ᬭᬓᭀᬢᬶ ᬬ ᬦᬫᬄ᭟
( Ong Ung Candra Koti Ya Namah, )
Dan pada hari Tilem, bertepatan dengan Sanghyang Surya beryoga ;
ᬒᬁᬉᬁᬲᬸᬃᬬ᭄ᬬᬓᭀᬢᬶᬬᬦᬫᬄ᭟
( Ong Ung Surya koti Ya Namah, )
ᬒᬁᬉᬁᬇᬦ᭄ᬤ᭄ᬭᬲᬹᬓ᭄ᬱ᭄ᬫᬬᬦᬫᬄ᭟
( Ong Ung Indra suksma ya namah )
memohonkan keselamatan kepada Hyang Parama Kawi.
Pada hari suci demikian itu, sudah seyogyanya umat dan Para Pandhita menyucikan dirinya lahir batin dengan melakukan upacara persembahyangan dan menghaturkan yadnya kehadapan Hyang Widhi.
Menurut Lontar Purwana Tattwa Wariga, Dina Berek Tawukan merupakan pertemuan antara Kajeng Kliwon atau Saniscara Kliwon ( Tumpek) dengan Purnama.
Saat itu, umat Hindu Bali tidak diperkenankan melakukan pemujaan. Selain itu, tidak diperkenankan juga melaksanakan upacara Yadnya.
Dan, Sang Wiku juga tidak boleh melaksanakan pujanya pada hari itu
• Bila Purnama jatuh pada hari Kala Paksa, tidak boleh melaksanakan upacara agama karena hari itu disebut, ” Hari Gamia” ( Jagat Letuh).
Sang Wiku tidak boleh memuja.
Pada saat Kala Paksa yang menguasai hari itu adalah bhuta kala, sehingga dinamakan  Kala Paksa. Maka dari itu, lanjutnya, ketika dilaksanakan pemujaan, maka yang dipuja adalah Bhuta_Kala, jadi pemujaan akan sia - sia.
"Bagi umat yang melaksanakan bakti saat itu, maka yang bersangkutan dinilai telah  melanggar, maka yang bersangkutan akan menemui  KESIALAN , dan juga menyebabkan diri menjadi kurang harmonis dengan Semesta atau identik dengan sifat Bhuta_Kala,"
Ong Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar