PRASADA : Prasada (tempat suci) yang terdapat Pranala Mahapatih Gajah Mada di wilayah Tegal Sahang, Desa Samplangan, Gianyar. (Putu Agus Adegrantika/Bali Express)
GIANYAR, BALI EXPRESS – Sebuah bangunan yang nampak seperti pura terdapat di areal Tegal Sahang, Desa Samplangan, Gianyar. Di lokasi itu terdapat tiga bangunan palinggih yang baru dibangun, yang disebut dengan Prasada sejenis bangunan Jawa-Bali, Padmasana, dan Penjarakan.
Areal Prasada yang dekat dengan Pura Dalem Pingit, berada di atas aliran Sungai Sangsang dengan Sungai Cangkir itu, diyakini sebagai asal-usul Trah Dalem di Bali.
Penanggung Jawab pembangunan Prasada, Ida Cri Bhagawan Sabda Murthi Dharma Kerti Maha Putra Manuaba, didampingi Ida Cri Bhagawan Istri, akhir pekan kemarin, menjelaskan, pembangunan Prasada tersebut sudah berjalan empat bulan lalu.
Tempat Suci, Pranala Maha Patih Gajah Mada Diyakini Asal Usul Trah Dalem di Bali (Putu Agus Adegrantika)
“Dibangun di sini, karena tanah yang ada di areal persawahan dan ladang ini, merupakan tanah bekas puri atau Istana Kerajaan Dinasti Ida Bhatara Dalem Cri Aji Kresna Kepakisan. Selain saya dapat petunjuk, juga masih adanya beberapa bukti yang ada. Salah satunya ada dua sungai, adanya tanah muntig atau gegumuk,” jelasnya.
Lebih jauh, Ida Bhagawan yang merupakan pensiunan Polisi ini, juga menambahkan, di lokasi itu diyakini sebagai tempat perkemahan Gajah Mada. Selama penyelidikan Kerajaan Bedahulu (setelah runtuh), maka datanglah Adipati Sri Kresna Kepakisan sebagai raja.
Bahkan, disampaikannya, di areal itu merupakan wilayah kerajaan Bali tengah pada zaman itu. “Setelah sekian tahun, barulah pindah ke Klungkung, sementara di sini tidak ada yang menghiraukan karena raja pindah ke arah timur wilayah ini,” sambungnya.
CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Diyakini wilayah tegalan itu merupakan pasraman terdahulu, sebab Gajah Mada diperkirakan datang dari Majapahit menggunakan perahu dan menepi di Pantai Lebih. Kemudian melewati Sungai Sangsang dan turunlah di tepi sungai yang kini disebut dengan Pura Dalem Pingit. Bahkan, saat ini pura tersebut masih ada dengan melintasi persawahan.
“Setelah menepi, barulah beliau naik di tempat ini yang dahulunya disebut perkemahan Gajah Mada untuk melanjutkan membuat keraton. Seiring waktu sirna, karena tidak ada yang hiraukan tempat ini lagi. Ratu baca babad dan petunjuk dari beliau, membangun di carik untuk disuruh mengingatkan tempat ini asal mula beliau di Bali,” sambungnya.
Dalam proses pembangunan Prasada tidak ada hambatan sama sekali, bahkan dana punia untuk membangun selalu ada. Bukan berupa uang, melainkan berupa barang yang dihaturkan oleh Trah Dalem dan yang masih eling dengan leluhurnya. Maka didirikan awal sebuah Padma, Prasada, dan Penjarakan.
“Prasada ini supaya ada gambar Majapahit, sebagai panunggalan Majapahit di Bali. Di atasnya menjulang ke atas, tapi bukan tumpang. Istilahnya peninggalan Majapahit dan Bali. Karena di sini asal mulai beliau datang ke Bali," urainya.
Setelah tiga Prasada, lanjutnya, beliau kembali datang lagi melalui pawisik (petunjuk gaib) agar dibangun Pranala pemujaan sakral Gajah Mada. "Maka sekarang ini ada patungnya di sini,” tandas Ida Cri Bhagawan.
Patung itu pun disebutkan bukan sebagai dekorasi, dan tempat itu disebut sebagai istilahnya membuat sejarah baru dalam peradaban lama dengan konsep panunggalan Jawa dan Bali.
Dengan adanya bangunan yang sekarang ini, Ida Cri Bhagawan berharap sentana kembali untuk berkumpul. “Elingan asal mulai lelangit (leluhur) tiba di Bali,” sambungnya.
Prasada yang berdiri di barat Sungai Sangsang itu akan dirampungkan 25 November 2020 ini dengan prosesi upacara Tawur Balik Sumpah. Dilanjutkan 28 November prosesi Nilawati, 30 November Mlaspas dan Ngenteg Linggih. “Lahannya ini milik I Dewa Gede Bisma yang juga selaku keturunan Dalem juga,” cetusnya.
Disinggung fungsi dari gumukan tanah yang berisikan batu tersebut? Ida Cri Bhagawan menjelaskan di areal itu diyakini sebagai Merajan beliau yang masih merupakan Keraton. Lantaran dari pawisik yang didapatkan, lanjutnya, di bawah gumukan itu ditanam sebuah abu dari leluhur beliau.
“Sebenarnya raja besar di sini, setelah Bedahulu. Tapi dilupakan oleh leluhur. Ratu tiap hari ke sini kalau tidak ada muput. Kadang bermalam juga di sini, begadang disini.Untuk akses sudah lancar, astungkara subak sudah kasi pinjam jalan,” imbuhnya.
Untuk mencari Prasada itu memang butuh tenaga ekstra, bagi yang pertama kali berkunjung. Sebab, harus memasuki areal persawahan, namun telah diisi paving. Hanya saja menuju Prasada tersebut, baru bisa dilintasi menggunakan sepeda motor. Jalannya masih tanah yang baru dipadatkan sekitar 1 kilometer masuk ke dalam tegalan.
Lokasinya di Timur Balai Banjar Samplangan, terdapat jalan yang diberi nama Jalan Pura Dalem Pingit Samplangan di Selatan jalan. Ikuti jalan tersebut, masuk sekitar 500 meter akan terlihat banner Prasada. Selanjutnya masuk kembali dengan menyusuri jalan setapak kurang lebih 1 kilometer, dan di ujung jalan itulah Prasada Trah Dalem dibangun.
(bx/ade/rin/JPR)
Diyakini wilayah tegalan itu merupakan pasraman terdahulu, sebab Gajah Mada diperkirakan datang dari Majapahit menggunakan perahu dan menepi di Pantai Lebih. Kemudian melewati Sungai Sangsang dan turunlah di tepi sungai yang kini disebut dengan Pura Dalem Pingit. Bahkan, saat ini pura tersebut masih ada dengan melintasi persawahan.
“Setelah menepi, barulah beliau naik di tempat ini yang dahulunya disebut perkemahan Gajah Mada untuk melanjutkan membuat keraton. Seiring waktu sirna, karena tidak ada yang hiraukan tempat ini lagi. Ratu baca babad dan petunjuk dari beliau, membangun di carik untuk disuruh mengingatkan tempat ini asal mula beliau di Bali,” sambungnya.
Dalam proses pembangunan Prasada tidak ada hambatan sama sekali, bahkan dana punia untuk membangun selalu ada. Bukan berupa uang, melainkan berupa barang yang dihaturkan oleh Trah Dalem dan yang masih eling dengan leluhurnya. Maka didirikan awal sebuah Padma, Prasada, dan Penjarakan.
“Prasada ini supaya ada gambar Majapahit, sebagai panunggalan Majapahit di Bali. Di atasnya menjulang ke atas, tapi bukan tumpang. Istilahnya peninggalan Majapahit dan Bali. Karena di sini asal mulai beliau datang ke Bali," urainya.
Setelah tiga Prasada, lanjutnya, beliau kembali datang lagi melalui pawisik (petunjuk gaib) agar dibangun Pranala pemujaan sakral Gajah Mada. "Maka sekarang ini ada patungnya di sini,” tandas Ida Cri Bhagawan.
Patung itu pun disebutkan bukan sebagai dekorasi, dan tempat itu disebut sebagai istilahnya membuat sejarah baru dalam peradaban lama dengan konsep panunggalan Jawa dan Bali.
Dengan adanya bangunan yang sekarang ini, Ida Cri Bhagawan berharap sentana kembali untuk berkumpul. “Elingan asal mulai lelangit (leluhur) tiba di Bali,” sambungnya.
Prasada yang berdiri di barat Sungai Sangsang itu akan dirampungkan 25 November 2020 ini dengan prosesi upacara Tawur Balik Sumpah. Dilanjutkan 28 November prosesi Nilawati, 30 November Mlaspas dan Ngenteg Linggih. “Lahannya ini milik I Dewa Gede Bisma yang juga selaku keturunan Dalem juga,” cetusnya.
Disinggung fungsi dari gumukan tanah yang berisikan batu tersebut? Ida Cri Bhagawan menjelaskan di areal itu diyakini sebagai Merajan beliau yang masih merupakan Keraton. Lantaran dari pawisik yang didapatkan, lanjutnya, di bawah gumukan itu ditanam sebuah abu dari leluhur beliau.
“Sebenarnya raja besar di sini, setelah Bedahulu. Tapi dilupakan oleh leluhur. Ratu tiap hari ke sini kalau tidak ada muput. Kadang bermalam juga di sini, begadang disini.Untuk akses sudah lancar, astungkara subak sudah kasi pinjam jalan,” imbuhnya.
Untuk mencari Prasada itu memang butuh tenaga ekstra, bagi yang pertama kali berkunjung. Sebab, harus memasuki areal persawahan, namun telah diisi paving. Hanya saja menuju Prasada tersebut, baru bisa dilintasi menggunakan sepeda motor. Jalannya masih tanah yang baru dipadatkan sekitar 1 kilometer masuk ke dalam tegalan.
Lokasinya di Timur Balai Banjar Samplangan, terdapat jalan yang diberi nama Jalan Pura Dalem Pingit Samplangan di Selatan jalan. Ikuti jalan tersebut, masuk sekitar 500 meter akan terlihat banner Prasada. Selanjutnya masuk kembali dengan menyusuri jalan setapak kurang lebih 1 kilometer, dan di ujung jalan itulah Prasada Trah Dalem dibangun.
(bx/ade/rin/JPR)