Rabu, 24 Januari 2024

KEBIJAKSANAAN

 



Kebijaksanaan adalah suatu sikap luhur dan mulia yang di miliki oleh seseorang yang cenderung positif/ baik, seperti:
- dalam hal berfikir,
- dalam hal berbuat,
- dan dalam hal berkata,
Sikap seorang dikatakan bijak Seperti contoh:
Pikiran:
Ketika Pikiran nya baik dan mulia, bisa mencerahkan dan bisa memberi solusi, disebut Pikiran bijak,
Perbuatan:
Ketika perbuatannya baik dan mulia , bisa membantu sesama manusia disebut perbuatan bijak,
Ucapan:
Ketika kata-kata nya baik dan mulia, bisa menyenangkan lawan bicara dan bisa memberi keseejukkan, disebut kata-kata bijak
Tidak banyak ada orang yang memiliki sikap kebijaksanaan di dalam kehidupan dunia ini,
Diantara jutaan manusia yang ada, Mungkin 100 di banding 1 , orang bijak itu ada,
Ada beberapa cara upaya bisa di tempuh untuk bisa menjadi orang bijak, yaitu:
1, IA harus bisa menundukkan dan mengendalikan pikiran nya,
2, cara lain ialah IA selalu bertumpu pada sang Atma, tanpa melalui pengaruh keinginan Pikiran,
3, pengetahuan sastra atau dari seorang guru adalah cara untuk bisa sebagai petunjuk , dan juga bisa menjadi ilmu,

4, Dengan praktek atau membiasakan diri, supaya terwujud,
Contoh:
Menundukkan dan mengendalikan pikiran , ini adalah sangat berat dan susah,
Ia harus bisa menyeimbangkan antara pengaruh Pikiran Satwika- Pikiran rajas- Pikiran tamas,
( Pikiran Satwika supaya lebih dominan)
IA harus bisa menundukkan dan mengendalikan sad ripu yang ada di dalam pikiran nya,
Cara yang paling mudah dan lebih gampang adalah dengan mengabaikan pengaruh Pikiran, dan selalu bertumpu kepada sang atma,
Ketika seseorang selalu bertumpu kepada sang atma , maka otomatis ia melewati kecenderungan Pikiran,ia tidak melalui nya/ tapi mengabaikan nya,
Untuk mengetahui semua itu, ia harus banyak belajar baik itu dari seorang guru, ataupun dari berbagai sastra, tanpa kedua itu, maka ia tidak akan mungkin bisa mengetahui caranya,
Setelah mengetahui caranya, baik itu melalui seorang guru ataupun melalui Pengetahuan sastra, jalan selanjutnya adalah praktek melalui membiasakan diri dan membudayakan dalam keseharian dalam situasi dan kondisi juga lingkungan ,
Mengetahui teori tanpa praktek, maka pengetahuan jadi percuma,
Praktek tanpa teori, semua jadi tanpa dasar dan tanpa arah ,
Maka kombinasikan teori dan praktek itu supaya terwujud Seperti yang di harapkan,
Semoga bermanfaat,
OM namo guru Siwa ya,

Selasa, 23 Januari 2024

PANCA DANAM PADA KALI YUGA

 


Dalam Kitab Suci Parasara Dharmasastra I.23 :
Penebusan dosa yang sangat ketat dilakukan orang pada Kerta-yuga, mempelajari ilmu pengetahuan (Jnana) yang diutamakan orang pada Treta-yuga, melaksanakan upacara yadnya diutamakan orang pada Dvapara-yuga dan *BERDANA ( DANAM* ) diutamakan orang pada Kali-yuga.

Dalam kitab suci ini, ternyata berdana bukan semata-mata pemberian berupa uang saja, melainkan dapat berupa:

1. *Abaya dana*
yaitu menyelamatkan atau memberikan perlindungan kepada sesama dan makhluk lain. Contoh:

▪️
Menolong sesama
saat dalam keadaan bahaya, baik jiwa, fisik maupun hakoranya.
▪️
Menolong makhluk lain, tidak menebang pohon sembarangan dan tidak membunuh binatang secara membabi buta, dll.

2. *Brahma dana*
yaitu mengamalkan ilmu pengetahuan suci kepada orang lain, baik di keluarga, pasraman, maupun di masyarakat, dll.

Para guru bijaksana menyampaikan
diusahakan dalam satu minggu, ada ilmu yang diamalkan baik kepada keluarga maupun kepada orang lain.

Supaya kita mampu menyampaikan ilmu kepada orang lain, maka isilah ilmu diri kita terlebih dahulu, baik ilmu duniawi melalui Pendidikan Forrmal namun Non Formal dan juga mengisi diri dengan Ilmu Agama.

Tanpa memiliki kedua ilmu ini tidak akan mampu mengamalkan ilmu kepada orang lain terutamanya dimulai dari keluarga dulu.


Dari mana ilmu itu dapat diperoleh?

▪️
1/4 dari pendidikan formal
▪️
1/4 dari kecerdasan sendiri
▪️
1/4 dari teman sejawat
▪️
1/4 dari lapangan.

Apa pahala yang diperoleh pada kelahiran nanti?
Bagi seseorang yang memiliki ilmu dan sekaligus mampu mengamalkannya, maka akan mampu mencapai Surga Tingkat ke-4.

Sebaliknya, bagi seseorang yang tidak memiliki ilmu karena tidak mau belajar agama dan tidak mau sama sekali bertanya agama kepada orang bijaksana, maka ia akan lahir menjadi orang bodoh.

3. *Artha dana*
yaitu memberikan harta benda atau uang sebagai amal kepada suatu lembaga atau kepada orang lain yang sangat memerlukan. Contoh:

▪️
 Menjadi orang tua asuh.
▪️
Mendirikan panti asuhan untuk parkir miskin dan para jompo.
▪️
Mendirikan dan pembinaan pasraman.
▪️
Membatu guru mengabdi di pasraman.
▪️
Membantu anak yatim/yatim piatu.
▪️
 Membantu orang mengabdi untuk agama.
▪️
 Mengasi orang yang tidak mampu membeli makanan (kelaparan).
▪️
 Membantu orang tua yang tidak ada yang mengurus (diterlantarkan).
▪️
Lain-linnya.

Dalam kitab suci, 1/21 [5 %] dari penghasilan bersih digunakan khusus untuk dana punia ke arah horizontal (ke samping), bukan untuk vertikal, karena dana untuk urusan vertikal ke atas (Orang tua, Leluhur, Dewa-Dewi, Tuhan) dan vertikal ke bawah untuk anak adalah kewajiban (Tri Rna), tidak mengunakan dana 5% itu. Dana 5% dari penghasilan bersih itu adalah milik orang lain, kalau sampai tidak direalisasikan, maka tergolong rakus, pahalanya masuk ke jurang kehancuran diri.

Apa pahala yang didapat dari suka berdana?
Dana itu akan menjadi berlipat ganda.
Berdana pada hari biasa, akan dilipatkan menjadi 10 kali, berdana saat bulan purnama dan tilem, akan dilipatkan menjadi 100 kali, berdana pada hari Leluhur (Hari Suci Kuningan) akan dilipatkan menjadi 1.000 kali, dan berdana pada gerhana matahari akan dilipatkan menjadi tak terhingga.

Pahala lain yang didapat dari suka berdana yaitu pada kelahiran mendatang akan terlahir tampan (terlahir laki) dan cantik (terlahir perempuan), hartawan, berkepribadian baik, dan berkedudukan.

4. *Ati dana*
yaitu merelakan keluarga baik suami, istri, maupun anak untuk mengabdi demi agama.

Kata Guru Anand Krishna, berbuat baik kepada orang lain perlu waktu, 4 - 6 jam dalam setiap minggunya untuk pelayanan (sevanam) kepada orang lain yang membutuhkan bantuan.

5. *Mahati dana*
yaitu pemberian yang berasal dari tubuh kita kepada orang lain yang memerlukan. Contoh: donor darah, dll.

Panca Danam termasuk Panca Maha Yadnya yaitu diri kita dijadikan persembahan (korban suci).
Berbeda dengan Panca Yadnya yaitu saudara tua kita (tumbuhan dan binatang) dijadikan persembahkan (korban suci).

Om samastha lokha sukino bhavantu Om
Om Hyang Widhi, semoga semua makhluk hidup berbahagia. 
🌸


oleh : Nengah Maharta

Beberapa pemahaman tentang yadnya

 


Mengenai soal: jnana, karma, upacara, punia dan pengendalian diri /yoga (clear) , namun soal makna dan penjelasan panca yadnya nya (pemahaman dan praktik ritualnya).
Panca Yadnya /pelaksanaan nya adalah bagian (bakta seorg Hindu) yg sudah termaktub (perintah dr Ajaran Veda) yg tentunya kita tak sembarangan menafsirkan ataupun menjalankan ritual tsbt tanpa acuan dan pemahaman.
Secara umum PANCA YADNYA ini filosofinya lima korban (pengorbanan) suci yg kita tujukan kehadapan Brahman /Hyang Widhi yg memiliki maksud dan tujuan (khusus) , yg akan saya uraikan satu persatu.
Namun sebelumnya, akan saya sampaikan rujukan nya (perintah veda) sumber hukumnya, rujukan :
Tasmad yajnat sarvahuta
Rcah samani jajnire
Chandamsi jajnire tasmad
Yajus tasmad ajayata.
Yajurveda XXX. 7
Dari TYM Agung dan kpdNya umat manusia mempersembahkan berbagai YADNYA dan drpdNya muncul Reg, Sama, Yajurveda dan Atharvaveda berasal.
Jadi jelas bahwa yadnya ini merupakan perintah dr Yang Maha Kuasa (Brahman) , artinya jgn sesekali ragu tentang hukum ber yadnya!

Svar yanto napeksanta
adyam rohanti rodasi,
Yajnam ye vi vatodharam,
Suvidvamso vitenire.
Yajurveda XVII. 68
Para Bijak (Brahmana) yg terkenal melaksanakan pengorbanan tuk mencapai Sorga tanpa suatu bantuan apapun, mereka membuat jl masuk mereka dg mudah ke kahyangan (sorga) , yg menyeberangi bumi dan wil tengah.
Catatan ; perhatikan sloka ini, seorg brahmana saja melakukan yadnya dlm kesempurnaan hidupnya menuju perjalanan rohani (setelah kematian/menuju nirwana) .
Perhatikan sloka berikut, rujukan :
Ojasca me, sahasca me, atma ca me,
Tanusca me, sama ca me,
Varma ca me,
Yajnena kalpantam.
Yajurveda XVIII. 3
Dgn SARANA PERSEMBAHAN (yajna/yadnya) , semoga kami memperoleh sifat2 yg berikut ;kemulyaan, kekayaan, kekuatan rohaniah, kekuatan jasmaniah serta kesejahteraan dan perlindungan.
Itulah beberapa kutipan /rujukan (sumber hukum /perintah) dlm melaksanakan upacara yadnya, jelas hukum Veda (sumber segala ilmu pengetahuan dr Brahman) yg hukumNya WAJIB kita PATUHI.
SECARA umum Panca Yadnya (lima korban suci ) ini, akan saya uraikan sbb,
1 Dewa Yadnya
Adalah suatu bentuk persembahan (korban suci) yg kita tujukan kepada Brahman/Hyang widhi ataupun IstadewataNya (sinar sucinya) /ManisfestasiNya (Dewa Dewa red) yg kita lakukan dg tulus iklas.
Seperti Melakukan Sembahyang (individu maupun bersama) , melaksanakan Piodalan, HR Raya keagamaan dll yg tingkatan yadnya nya berbeda beda sesuai arahan /Petunjuk Brahmana /sulinggih (panjang kalo saya uraikan)
2
Rsi Yadnya
Adalah bentuk persembahan karya suci (perbuatan) yg kita tujukan kepada org2 suci /Sulinggih (Pandita, Pinandita /Pemangku dll) dan Guru guru yg mengajarkan kita pengetahuan tentang agama, seperti menghormati /mematuhi perintahnya, menjaga /merawat kesehatannya, membuatkan tempat pemujaan /tempat ibadah (pura /kuil dll) serta menjaga kehormatan beliau.
3 Manusia Yadnya
Adalah bentuk melaksanakan upacara suci yg bertujuan memelihara kehidupan dalam mencapai kesempurnaan hidup seperti upacara (masih dlm kandungan /umur 3 bln /saya bingung namanya) , upacara sukuran baru lahir (bingung namanya) upacara otonan (istilah kami Pasang gelang /atau apa namanya) dll sampai perkawinan /pewiwahan dsb.
4 Bhuta Yadnya
Adalah upacara suci yg kita lakukan kepada buta kala /alam bawah agar hal hal negatif (jelek) tidak mempengaruhi pikiran dan menggangu kehidupan kita, seperti upacara mecaru (apa istilahnya) , ngaturang sesegehan (apa istilahnya) dll , intinya agar aura positif (baik) meresapi kehidupan kita (manusia red) .
5 Pitra Yadnya
Adalah upacara /persembahan suci yg kita tujukan untuk Sang atman /jiwatman (roh roh) para leluhur kita (ucapan Terima kasih istilahnya) karena beliau beliau lah (melalui mereka) kita ada /terlahir ke dunia.
Seperti melakukan Doa /persembahyangan tuk leluhur /kawitan kita, pengabenan org tua /keluarga dll
Ketika beliau beliau masih hidup menghormati dan mematuhi mereka, merawat mereka dll
Demikian penjelasan, saya singkat singkat (yg terpenting point nya) bisa di pahami, lebih kurang nya silahkan koreksi bila ada kekeliruan dlm penjelasan.
Catatan ; jgn sesekali BERPIKIR doa kepada leluhur, Saat MATI Akan sampai ke leluhur (alam pitara) maaf pemikiran SESAT demikian.
Berikut sloka doa untuk para leluhur, rujukan ;
Idam pitrbhyo namo astu adya
Ye purvaso ya uparasa iyuh,
Ye parthive rajasya nisatta
Ye va nunam suvrajanasu viksu.
Regveda X. 15.2
Semoga dg kebaktian ini (Sembahyang) yg dilaksanakan hari ini, para leluhur yg telah lama pergi maupun mereka yg br meninggal, yg telah duduk di angkasa raya (alam pitara) atau yg sekarang bertempat tinggal ditempat terang benderang (Sorga) berbahagia.

Siwa-Buddha

 

Ajaran agama Siwa dan Buddha itu padamulanya disebut secara umum adalah agama Hindu, artinya ajaran agama yang disiarkan oleh orang-orang Arya (mahasri-maharsi) yang mendiam lembah kali (sungai) Sindu. Kemudian agama Hindu ini dapat dibagi dua yang besar yakni:
1. Agama Siwa termasuk Brahma, Wisnu, Bherawa. Ganesa, Indra, Bayu dan Sambu.
2. Agama Buddha yang kemudian menjadi dua aliran yaitu: Mahayana dan Hinayana.
Agama Hindu ini maju dengan perlahan-lahan semenjak ±5000 tahun yang lalu disusun dan ditambah oleh para maharsi-maharsi dari abad ke abad menurut jamanya mengikuti kemajuan dan kecerdasan penganutnya. Maharsi-maharsi yang terkenal Namanya dalam usaha mengembangkan ajaran agama ini, ialah: Wasista, Kanwa, Gautama, Kasyapa, Agastya, Wiswamitra, Atri, Bharadwaja, Yajnawalka, Garga, dan Bhagawan Abyasa. Ajaran-ajaran ini disusun dijadikan 4 jilid weda, yaitu: Rig Weda, Yayur Weda, Sama Weda, Atarwa Weda dinamai: Catur Weda. Kemudian Catur Weda ini dikembangkan pula menjadi beberapa ilmu pengetahuan batin, ke-Tuhanan dan filsafat, misal: Tantra, Purana, Wedanta, Rahasyopadesa, dan Astradasa Parwa, semuanya itu dengan Bahasa Sanskerta.

Di Bali ajaran ini dikembangkan pula oleh para guru agama, terutama oleh Dhang Hyang Nirartha (Pedanda Sakti Wawu Rawuh) dan bekas-bekas muridnya menjadi beberapa Tattwa agama, misalnya: Kanda Pat Bhuta, Kanda Pat Sari, Campur Talo, Rwa Bhinneda tanPasastra, Sundari gading, Sundari Bungkah, Sundari Terus, Bhuwana Mabah, Bhuwana Kosa, Bhuwana Mareka, Siwa Tattwa Purana, Siwāgama, Sasana-sasana, Wrespati Tattwa, dls. Yang istimewa menyelidiki dan menyebarkan agama Buddha, Kanakamuni, Kasyapa; kemudian menyusul Maharsi Maitriyadi. Samantabhadra; terakhir oleh Buddha Gautama atau Sakramuni. Ajaran-ajarannya ini dijadikan tiga jilid yang dinamai Tripitaka yaitu: Winaya Pitaka, Sutra Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Di Bali dikembangkan pula oleh Dang Hyang Astapaka, dll., dengan ajaran Sang Hyang Kamahayanikan, Boddha Weda, Boddha Prayoga dan lain-lain.
Dimuka sudah dapat saya utarakan, bahwa yang disebut Siwa atau Buddha itu memang satu atau esa, yaitu zat yang sangat kecil yang tidak dapat dibagi lagi yang mempunyai kekuatan hidup abadi dan kecepatan yang hebat dapat mengelilingi alam dalam sesaat saja, cahayanya sebagai matahari, itulah yang disebut: Anu, parama-Anu, Manu, Manon, Wisesa atau Purusa yang menguasai, mencipta, mengendalikan alam. Keesaannya disebut Sang Hyang Tunggal.

Adaptasi pemaparan dari I Gusti Bagus Sugriwa 26-27 Mei 1953. 

GARUDA PURAANA. ( 52 ) TENTANG HANTU

 


Garuda kemudian bertanya, " akan tetapi kadang-kadang roh yang telah mati datang dan gentayangan mengganggu orang-orang. Bagaimana mereka bisa melakukan hal itu? Bagaimana mereka bisa lepas dari neraka?"
" Ini sama hal nya dengan tahanan yang lari dari penjara," jawab Vishnu. " Mereka datang dan mengganggu sahabat atau keluarga mereka."
Mereka kembali ke rumah lama mereka dan menyebabkan terjadinya berbagai hal buruk disana. Mereka biasanya senang melihat orang menderita kolera atau sakit kepala. Semakin besar cintanya pada seseorang atau beberapa orang, maka semakin besar gangguan yang dilakukannya kepada mereka. Pada jaman Kaliyuga inilah, banyak terdapat hantu seperti itu. Pada jaman Satya yuga, Dvaaparayuga atau Tretaayuga tidak pernah ada hantu sejenis itu. Para hantu inilah yang membuat kesakitan pada teman-teman atau siapa saja yang pernah dekat dengannya dan mereka juga membunuh binatang serta anak-anak."

Bagaimana seseorang bisa tahu ada hantu di sekitarnya?" tanya Garuda.
Tanda-tandanya sangat jelas, " Jawab Vishnu." Apabila binatang mati secara mendadak dan antara sahabat atau keluarga terjadi permusuhan. Ada bencana yang tidak terduga. Anak-anak menentang orang tuanya, para braahmana dihina dan panen mulai tidak berjalan sebagai mana mestinya. Terjadi kebakaran dengan sebab tidak jelas. Suami dan istri senantiasa bertengkar. Ini semua adalah tanda-tandanya."
" Lalu apa yang harus orang lakukan jika mengetahui tanda-tanda seperti itu?" Tanya Garuda.
Secara tidak langsung aku telah menjawab pertanyaan itu," jawab Dewa Vishnu. " Lakukanlah upacara penguburan mereka yang telah meninggal. Akan tetapi ada baiknya bertanya pada mereka yang telah terpelajar tentang hal ini dan memiliki kapasitas untuk melakukan hal itu (seorang daivajnya)."
Hantu adalah pendosa dan orang yang mengetahui bahwa ada hantu yang sedang berkeliaran namun tidak melakukan sesuatu terhadap hantu, maka Ia dianggap juga melakukan dosa dengan kontaminasi dari hantu itu. Dalam kehidupan yang akan datang, Ia akan terlahir sebagai orang yang miskin, penyakitan tanpa nafkah dan tidak memiliki keturunan.
Atau bahkan bisa saja Ia terlahir menjadi binatang. Jika tidak dilakukan apapun terhadap hantu itu, maka para hantu sendiri akan menyadari bahwa tidak ada gunanya mengganggu manusia arau mantan kerabatnya. Satu-satunya harapan mereka untuk mendapatkan pembebasan adalah dengan menjalani hukuman yang harus mereka lakukan. Maka mereka akan kembali ke neraka dan berhenti menganggu orang.