Senin, 28 November 2022

4 Jalan Menuju Moksa



Pada postingan sebelumnya yakni Pengertian dan Tingkatan Moksa, penulis telah membahas bahwa moksa merupakan tujuan akhir dari umat Hindu. Moksa juga merupakan bagian dari Catur Purusa Artha yaitu dharma, artha, kama, dan Moksa. Bahandur dalam Kondra (2015:38) menjelaskan bahwa moksa atau manunggalnya Atman dengan Brahman, menurut kitab-kitab Upanisad dapat dicapai dalam kehidupan di dunia atau pada saat penjelmaan ini ataupun setelah seseorang meninggal dunia.



Foto; Istimewa

Dalam ajaran agama disebutkan ada empat jalan untuk mencapai “moksartham jagadhita ya ca iti dharma” atau mencapai jagadhita (kesejahteraan jasmani) atau moksa (ketentraman abadi atau kehidupan abadi) (Suhardana, 2010: 65). Ada pun ke empat cara tersebut dikenal dengan Catur Marga Yoga. Catur marga yoga yaitu empat jalan (cara) umat Hindu untuk menuju Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman).

CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

1. Bhakti Marga (Bhakti Yoga)


Adalah jalan menuju moksa dengan cara melakukan kebaktian yang tekun Kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman) dengan landasan pengabdian yang tulus iklas, pasra, penuh cinta kasih serta menyerahkan diri kepada Hyang Widhi sepenuhnya.


Jalan Bhakti Marga dikenal juga dengan nama Bhakti Marga Yoga. Bakti sendiri berarti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, kasih (Ngurah Dwaja dan Mudana, 2015: 12). Orang yang menempu jalan ini disebut Bhakta. Untuk mencapai jalan ini maka dia wajib memegang teguh ajaran Tat Twam Asi, menebarkan rasa kasih sayang tanpa batas kepada semua mahkluk hidup, dan menghilangkan rasa kebencian, kekejaman, iri dengki dan kegelisahan atau keresahan. Semua hal-hal negatif harus dihilangkan.


Suhardana (2010 : 35 - 36) dalam bukunya “Moksa Brahman Atman Aikhyam” mengutip Bhagavadgita bab 12 sloka 19, 20 dan 55 mengatakan bahwa “ia yang menganggap sama celaan dan pujian, menerima apa saja yang datang tanpa diikuti oleh tempat yang tetap dan teguh dalam pikiran, yang berbakti demikian adalah kecitaan Ku (tuhan).



Mereka yang penuh kepercayaan menetapkan Tuhan (Brahman) sebagai tujuannya yang tertinggi, mengikuti pengetahuan yang abadi, berbakti, mengetahui Tuhan yang sebenarnya, pada hakekatnya akan mencapai moksa dikemudian hari.


Dapat disimpulkan bahwa seorang bhakta hendaknya selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk dan selalu berusaha mengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksa (Catur Paramita) sehingga terbebas dari belenggu keakuan (ahamkara).


2. Karma Marga (Karma Yoga)


Adalah jalan menuju moksa dengan cara bekerja atau berkarya. Jalan ini dikenal juga dengan nama Karma Marga Yoga. Seseorang yang menempuh jalan ini, harus bekerja dengan ketulusan hati tanpa terikat pada pahala yang dikerjakan atau kerja tanpa pamrih (tyaga-bhakti) (Kondra, 2015 : 28).


Inti dari ajaran Karma Marga Yoga adalah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Dalam Bhagawadgita III.19 dijelaskan bahwa orang yang melaksanakan segala pekerjaan sebagai bentuk dari kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama (Brahman).


Ngurah Dwaja dan Mudana, (2015: 14-15), mengatakan bahwa seorang karma yogi dengan menyerahkan keinginan akan pahala, ia akan menerima pahala yang berlipat ganda. Masyarakat yang tinggal bersamanya akan merasa bahagia. Sebab orang yang telah mencapai tingkatan tersebut, memiliki aura kesucian yang dapat memancar dari segala tubuhnya. Karma Yoga adalah aktivitas kerja yang positif di dasari dengan niat yang tulus iklas tanpa pamrih.




3. Jnana Marga (Jnana Yoga)


Adalah jalan menuju moksa dengan cara menekuni ilmu pengetahuan kerohanian. Jalan ini dikenal juga dengan Jnana Marga Yoga. Jalan ini dilaksanakan oleh mereka yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan daya cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan (Suhardana, 2010: 34).



Dalam Bhagavad Gita IV.33 dijelaskan bahwa orang yang mempersembahkan ilmu pengetahua, lebih bermutu dari pada persembahan materi. Secara keseluruhan, semua kerja berpusat pada ilmu pengetahuan. Sebab, dengan pengetahuan seseorang dapat mengarungi lautan kejahan (BG. IV.36). Bahkan dalam Bhagawadgita V.38 dikatakan bahwa tidak ada di dunia ini menyamai kesucian kebijaksanaan (ilmu pengetahuan).


Jnana Yoga sendiri berasal dari kata Jnana yang artinya pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) sedangkan Yoga berasal dari kata Yuj yang artinya menghubungkan. Jadi Jnana Yoga artinya mempersatukan Atman (jiwatman) dengan Brahman (paramatman) yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan (Ngurah Dwaja dan Mudana, 2015: 15).


Kebebasan ikatan keduniawian dengan menempu jalan ini dapat dilakukan dengan mengarahkan segala pikiran kita, memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci, dan memusatkan pikiran kepada-Nya (dhyana yoga).


4. Yoga Marga (Raja Yoga)


Adalah jalan menuju moksa dengan cara melalui pengendalian diri dan melaksanakan ajaran Astangga Yoga. Jalan ini dikenal juga dengan nama Raja Marga Yoga. Inti dari ajaran ini adalah pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), melalu meditasi dan Samadhi. Pelaksanaan Yoga Marga melalui tahapan-tahapan Astangga Yoga (Suhardana, 2010: 35). Sloka yang berkaitan dengan Raja Yoga dapat dilihat pada Bhagavadgita VI.31 dan 32.

Seseorang yang ingin menempuh jalan ini diwajibkan memiliki guru, sebab jalan Raja Yoga sangat berat dan mistik (rohani). Untuk mencapai ajaran ini, ada tiga jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para Yogin yaitu melakukan tapa-brata (pengedalian emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah yang positif) dan samadhi yaitu latihan untuk dapat menyatukan sang Jiwa dengan Brahman.


Demikianlah ke empat jenis Yoga di atas mempunyai nilai yang sama, artinya bahwa tidak ada yang lebih dominan atau lebih rendah. Semuanya dapat dipilih sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.




Referensi


Kondra, I Nengah. 2015. Kamus Istilah Dalam Agama Hindu. Bandung:
Ngurah Dwaja, I Gusti dan Mudana, I Nengah. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Suhardana, Komang. 2010. Moksa Brahman Atman Aikyam. Surabaya: Paramita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar