Jumat, 25 November 2022

Kecantikan Perempuan Dalam Mistisisme Tantra (Sanggama Rasasvada dengan Brahamasvada)

 



Kecantikan dalam Tantra identik dengan keindahan (estetik). Menikmatinya sesungguhnya dapat membangkitkan rasa cinta universal. Cinta yang mengatasi dualitas dan delusi. Jadi, kecantikan bukan pemantik birahi yang buta kaum pria. Dalam pandangan Tantra, kecantikan perempuan adalah ekspresi estetik yang dapat menumbuhkan aspek relegius manusia untuk menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan. Oleh karena itu, dalam ikonografi Tantra aspek feminim digambarkan sebagai wanita cantik yang lazim disebut Sakti mewakili energi (power). Maka dari itu, Sakti dipuja dalam penuh kekhidmatan.
Perempuan dikaruniai kecantikan fisikal dan infisikal adalah untuk dapat meluapkan rasa individu (rasasvada) seseorang. Rasa dalam konteks ini sudah tentu diartikan pengalaman estetik. Dalam artian, menikmati kecantikan dalam ruang indah yang tersusun atas keteraturan dan paripurna. Sederhananya, menikmati kecantikan, seseorang dapat mengalami daya mistik (penyatuan), asal melalui pandangan yang benar. Dengan demikian, kecantikan yang dimiliki perempuan adalah simbolisasi rasa yang dapat membangkitkan pengalaman etstetik-mistik penikmat. Demikian juga kecantikan yang dimiliki kaum perempuan merupakan simbolikum kehidupan ideal yang terbentuk dari keteraturan, kejelasan dan kesempurnaan. Dalam diri wanitalah terdapat semua katagori ideal tersebut, sehingga dalam Tantra kaum perempuan selalu dimuliakan.

Berekenaan dengan hal tersebut, kecantikan yang identik dengan daya estetik merupakan sublimasi rasasvada (luapan rasa individu) manusia. Luapan rasa ini pada nantinya akan bertransformasi menuju pada luapan rasa universal (brahmasvada). Luapan rasa universal ini tidak terikat lagi oleh keadaan partikular, demikian juga mengatasi dimensi ruang dan waktu, sehingga seseorang yang sudah berada pada brahmasvada tidak lagi memandang kecantikan itu bersifat material. Tetapi kecantikan itu sejatinya hanyalah luapan rasa pengalaman estetik universal. Ia tidak lagi akan memandang kecantikan itu hanya ada pada wanita, dan terletak pada lekukkan tubuh, lekukkan buah dada, lekukkan wajah dan yang lainnya pada wanita, akan tetapi kecantikan itu ada pada semua entitas hidup.
Luapan rasa universal melalui pengalaman estetik yang dirasakan seseorang akan memunculkan bhava ketuhanan (getaran ketuhanan), sehingga seseorang tidak lagi terkungkung dalam bingkai pemikiran yang sempit. Bhava ini akan memberikan sentuhan indah pada batin seseorang untuk ia dapat megalami kontemplasi estetik, dan hal ini akan memberi pengalaman mistik. Inilah yang dimaksudkan bahwa kecantikan dapat membangkitkan sisi religius mistik manusia. Kontemplasi estetik terjadi, ketika perasaan manusia menyatu dengan Brahman yang absolute, dan ego pribadi lebur ke dalam realitas yang tinggi.
Konsep menikmati kecantikan dengan rasasvada inilah yang menghilhami kaum Tantrik untuk mereka memandang kecantikan tidak secara artificial. Bali masa lalu adalah potret bagaimana perempuan dihormati meskipun kala itu wanita Bali bertelanjang dada. Kehormatan kaum perempuan ketika itu dimuliakan sebagai objek persenggamaan mistik rasa dengan Brahman. Bahkan kaum Tantra Kawi Sastra menjadikan kecantikan tubuh perempuan sebagai objek persengamaan mereka dalam tangga yoga sastra.
*Foto Gadis Bungaya (Kaki Gondelan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar