Dalam ajaran Sêdulur Papat disebutkan bahwa hakikat manusia sesungguhnya adalah atmasunya, lapisan terdalam jiwa, yang juga disebut sukma sejati. Atmasunya tidak bisa dicerap oleh pancaindra. Atmasunya eksis sebagai zat terhalus yang menyusupi semuanya (wyapi-wyapaka), termasuk manusia, yang terlahir dari sunya atau suwung. Atmasunya adalah cikal-bakal benih yang mendiami seluruh eksistensi, dan dalam ajaran Sêdulur Papat ia disebut manik (benih kehidupan).
.
Ketika atmasunya mengada, ia terkena pengaruh prakêrti (kekuatan material halus) sehingga diselubungi oleh unsur material. Atmasunya kemudian bercampur dengan prakêrti sehingga tidak lagi disebut atmasunya, tetapi atma atau jiwa. Atmasunya adalah intisari jiwa, sementara jiwa adalah atmasunya yang sudah terbungkus oleh unsur material. Lapisan-lapisan yang membungkus atmasunya adalah citta (pikiran), buddhi (kecerdasan akal dan budi), dan ahangkara (keakuan).
.
Atmasunya berwujud cahaya murni. Cahaya tersebut bersumber dari sunya atau energi kesadaran murni yang memenuhi akasa jagat raya. Ketika cahaya murni terpancar dari sunya dan melewati dimensi bumi, ia kemudian terikat oleh prakêrti. Prakêrti ini begitu kuat menarik atmasunya untuk berada dalam lapisan material.
.
Atmasunya yang sudah terbungkus oleh prakêrti dalam lontar-lontar Kanda Pat disebut Sang Maya Siluman—jiwa yang mengambil wujud tubuh layaknya siluman. Jiwa harus menempati tubuh dan terlahir untuk bisa hidup di dimensi bumi. Tetapi ia tidak selamanya berada di bumi, sebab ia akan melanjutkan perjalanannya ke dimensi-dimensi lain melalui kematian.
.
Setelah jiwa berada di alam kematian, bisa saja ia melanjutkan perjalanan menuju dimensi-dimensi lain atau kembali terlahir ke bumi untuk menuntaskan karma yang masih melekat padanya. Sebelum terlahir, sang jiwa masih berada di akasa, menunggu rahim yang cocok untuk melahirkannya kembali. Ia akan memilih rahim ibu yang memiliki ikatan karma dengannya. Melalui sanggama bapa dan ibu hingga sperma membuahi ovum, jiwa kemudian masuk ke dalam penyatuan sperma dan ovum tersebut di rahim ibu. Idealnya selama sembilan bulan ia bertapa di dalam rahim nan gelap ditemani Sêdulur Papatnya, baru kemudian terlahir sempurna sebagai bayi. Sêdulur Papatlah yang memberikan kehidupan, perlindungan, dan kekuatan kepada jiwa untuk terlahir menjadi bayi.
.
Jika kita mampu memahami dan menyadari perjalanan jiwa kita, tentu kita akan mengingat keberadaan Sêdulur Papat kita. Ketika kita mampu mengingat mereka setiap saat, kita akan mensyukuri keberadaan kita dan kehidupan yang kita jalani. Kita pun tidak perlu merasa takut dengan kematian, sebab sebelumnya kita telah mengalaminya berkali-kali. Tetapi jarang kita mengingat kembali perjalanan panjang dari jiwa kita. Jiwa semacam itu disebut sedang turu (tidur). Karena turu, ia lupa akan sumber kelahirannya dan Sêdulur Papat yang turut membantu dirinya mendapatkan tubuh.
- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI SÊDULUR PAPAT KALIMA PANCÊR: Ilmu Rahasia Kelahiran dan Kematian . Leluhur Nusantara memahami jagat raya tercipta melalui sanggama energi Bapa Akasa dan Ibu Pêrtiwi. Dari sanggama itu terlahirlah pancamahabhuta (lima elemen alam): tanah, air, api, udara, akasa. Manusia pun tercipta melalui sanggama energi Bapa Akasa dan Ibu Pêrtiwi yang menyusup ke dalam sperma bapa dan ovum ibu. Dari sanggama itu terlahirlah kita dan empat saudara kita, yang dikenal dengan Sêdulur Papat Kalima Pancêr, yaitu Kakang Kawah (ketuban) penguasa elemen tanah, Gêtih (darah) penguasa elemen air, Adhi Ari-Ari (plasenta) penguasa elemen api, Pusêr (tali pusar) penguasa elemen udara, dan Pancêr (diri kita) penguasa elemen akasa. Sêdulur Papatlah yang membentuk tubuh kita; tanpa mereka kita tak akan pernah terlahir ke dunia. Melalui mereka pulalah kita bisa mengalami kematian sempurna hingga manunggal dengan Sangkan Paraning Dumadi (Tuhan). . Ajaran Sêdulur Papat Kalima Pancêr adalah puncak spiritualitas Nusantara yang memungkinkan kita untuk hidup selaras dengan alam, melebur emosi rendah ke dalam emosi luhur melalui proses menyalakan nar (api) untuk mendapatkan nur (cahaya), serta menciptakan keajaiban dan keberlimpahan dalam hidup keseharian. Didasarkan pada 44 lontar warisan leluhur Jawa dan Bali, buku ini membahas: . • Proses kejadian Sêdulur Papat dan sang jabang bayi. • Transformasi Sêdulur Papat Kalima Pancêr: Pancabhuta, Pancaratu, Pancadewata. • Kawisesan Sêdulur Papat: Sêgara tanpa Têpi, Tapaking Kuntul Anglayang, Galihing Kangkung, Isining Buluh Bumbang, Lontar tanpa Tulis. • Ilmu kematian dan mati sajêroning urip (mati di dalam hidup). • Meditasi Kanda Pat untuk mengakses kekuatan Sêdulur Papat. • Ritual untuk terhubung dengan Sêdulur Papat. • Perlindungan dan penyembuhan dengan energi Sêdulur Papat. . Penulis: I Ketut Sandika 14x21 cm | Hard Cover | 340 hlm. (8 hlm. full color) Harga Pre-Order: Rp135.000 (dari Rp150.000) PLUS TANDA TANGAN PENULIS . Pemesanan via WA: 085 337 588 732 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar