Rabu, 15 Juni 2022

Pencak Silat Si Tembak Pedawa Khusus Atraksi Upacara Yadnya





CARA MUDAH DAPAT UNTUNG DARI TRADING FOREX KLIK DISINI

ATRAKSI: Sejumlah pemuda dan remaja Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng berlatih pencak silat. Sesepuh Pencak Silat Si Tembak Desa Pedawa, Wayan Tunas (insert) (Dian Suryantini/Bali Express)

SINGARAJA, BALI EXPRESS-Pencak Silat merupakan permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri.

GRATIS BELAJAR CARA MENDAPATKAN PENGHASILAN DARI TRADING KLIK DISINI

Pencak silat juga diartikan gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan. Sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali, serta sering dipergunakan dalam latihan sabung atau pertandingan.

Selain itu, pencak silat sebagai fitrah manusia untuk membela diri, dan sebagai unsur yang menghubungkan gerakan, dan pikiran (olah gerak dan olah pikir).


Dari beberapa definisi tersebut, maka Pencak Silat dapat diartikan sebagai hasil budaya manusia untuk membela, mempertahankan eksistensi dan integritas terhadap lingkungan hidup, alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan.

Di samping itu, olahraga tradisional ini juga lumrah dipentaskan untuk hiburan atau pertandingan.

Namun terkait Pencak Silat ini, khusus di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten, ternyata hanya dipentaskan tatkala ada upacara tertentu. Baik itu upacara manusia yadnya ataupun upacara yadnya lainnya. Namun, yang paling sering adalah pada saat pelaksanaan manusa yadnya.

“Dahulu sudah ada Pencak Silat, bahkan sebelum saya lahir. Tapi tidak ditampilkan di hadapan umum atau dipertandingkan. Dahulu Pencak Silat itu hanya akan dipentaskan kalau ada upacara-upacara tertentu saja. Misalnya ketika ada yang tiga bulanan dan yang punya hajatan memiliki nazar untuk mementaskannya,” ujar sesepuh Pencak Silat Si Tembak Desa Pedawa, Wayan Tunas.




Pencak Silat di Desa Pedawa ini cukup menarik. Dilihat dari gerakannya, masih mempertahankan pakem-pakem terdahulu. Dari kuda-kuda, gaya menangkis, kelincahan memainkan senjata, seluruhnya sangat rapi. Para pesilat yang sudah terampil nampak tak pernah keluar dari pakem yang tegas saat tampil.

“Semua gerakannya tidak ada yang berubah. Dari dahulu memang begitu. Itu turun-temurun, dan tidak boleh diubah. Gerakannya tegas. Itu kalau tampil di desa atau hajatan. Kalau sekarang kan sudah ada kompetisi ya. Kalau mau ikut, tentu harus mengikuti peraturan zaman sekarang. Itu beda lagi tekniknya, " ujarnya.

Kalau tidak dilombakan atau bukan dalam sebuah kompetisi, lanjutnya, saat pentas Pencak Silat Pedawa harus tetap pada jalurnya.

Sekilas memang Pencak Silat ini nampak sama dengan Pencak Silat di daerah lain. Gambelan yang dipakai pun menggunakan Gong Kemong. Lengkap dengan Cengceng dan Kendang.

Selain itu, sebelum pentas dihaturkan sesaji berupa Peras Daksina, Ajuman, dan Ajengan. Kemudian menghaturkan piuning di Pura Puseh Desa Pedawa dan Pura Munduk.

“Kalau yang itu sama saja. Cuma uniknya ya itu tadi, dahulu dipentaskan saat upacara yadnya saja. Kalau sebelum pentas harus mohon restu ke sungsungan Ida, supaya tidak terjadi sesuatu saat pentas,” imbuh Tunas.

Namun, diakui Tunas, tradisi Pencak Silat dalam kaitan upacara yadnya ini memang tidak tercatat dalam sumber-sumber lain, seperti lontar atau babad maupun yang lainnya.

Tradisi di Desa Pedawa mengalir secara turun-temurun yang disebarluaskan para leluhurnya. Karena begitu hormatnya warga Pedawa terhadap leluhur, hingga kini tradisi-tradisi yang berkembang masih terus dijaga dan tetap dilakukan menurut kepercayaan masyarakat setempat.

“Tidak ada tercatat dalam sumber. Ini sudah dilakukan secara turun-temurun. Dari para leluhur, terus kami menceritakan seperti itu, dan kami sebagai generasi penerus wajib menjaga dan melakukannya untuk keseimbangan alam,” terangnya.

Memang zaman sekarang kalau tidak ada sumber yang jelas, lanjutnya, orang kadang tidak percaya. "Kami disini dengan segenap rasa, selalu yakin dan percaya bahwa apa yang kami lakukan, yang diwariskan leluhur itu untuk kebaikan.

"Kami yakin pula ketika itu dilakukan, maka akan mendapat berkah. Entah itu berupa rezeki, kesehatan atau yang lainnya. Berkah itu tidak selalu tentang uang,” terangnya.



(bx/dhi/rin/JPR)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar