Kamis, 23 Juni 2022

Pura Kayangan Jagat Pajinengan Gunung Tap Sai

 


Pura Pajinengan Tap Sai terletak di Lereng Gunung Agung rute Jalan Rendang menuju Tianyar di Br. Dinas Puragai, Desa Pempatan, Rendang – Karangasem. Sepanjang jalan menuju pura dengan nuansa pegunungan dengan udara yang sejuk memberi rasa tenang dan nyaman. Berdasarkan Lontar Kuntara Bhuana Bangsul disebutkan Pura Pajinengan Tap Sai terletak dikawasan lereng Gunung Tohlangkir atau Gunung Agung, tepatnya di Puncak Bukit Jineng.
Pura Tap Sai merupakan pura yang dinamai dari kebiasaan bhakta (umat) yang tangkil (datang) ke pura untuk meminta keselamatan dan penganugerahan. Tap Sai berasal dari kata matapa saisai (bertapa atau semedi setiap hari) meminta amertha.


Pura Tap Sai di-empon oleh krama dari Banjar Adat Puragai Rendang. Oleh karena pura ini adalah linggih atau stana Tri Upa Sedana, maka pura ini memiliki 3 hari besar upacara piodalan. Pada Rahina Buda Cemeng Klawu, piodalan Ida Bhatara Rambut Sedhana (piodalan utama). Pada Sukra Umanis Klawu, piodalan Ida Bhatara Sri, dan Saniscara Umanis Watugunung piodalan Ida Bhatara Saraswati. Namun, pura ini dinyatakan selalu saja dikunjungi bhakta untuk sembahyang tatkala hari Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon dan hari tertentu lainnya.
Menurut penuturan Jro Mangku Pura Tap Sai, Mangku Kariasa, pura tersebut belum diketahuinya secara persis kapan kemunculannya. Sebab, diketahuinya pura tersebut sudah lama berdiri sejak kakek buyutnya ada. Namun, dari beberapa sumber, utamanya dari Lontar Kuntara Bhuana Bangsul, dipaparkan Pura Tap Sai adalah pura yang terletak di kawasan lereng Gunung Toh Langkir atau Gunung Agung, tepatnya di puncak bukit Jineng.
Dalam lontar tersebut disebutkan bahwa ada 3 dewi yang berstana di dalam Pura Tap Sai, yaitu Ida Dewi Saraswati, Ida Dewi Sri dan Ida Dewi Laksmi. Ketiganya disebut dengan Bhatara Rambut Sedana atau Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Dalam manifestasinya, Bhatara Rambut Sedana menjelma menjadi Dewi Laksmi yaitu dewa dari sawah dan tegalan. Sementara dalam wujud dewi sandang, papan dan makanan, Bhatara Rambut Sedana bermanifestasi sebagai Dewi Sri.
Berikut adalah urutan persembahyangan di Pura Tap Sai:
1. Dimulai dari Nista Mandala ( Jaba Sisi ) pelinggih paling bawah yaitu palinggih Ratu Penyarikan Pengadang-adang, kemudian berlanjut ke palinggih Ratu Gede Mekele Lingsir, palinggih ini berupa sebuah batu besar dengan tulisan aksara (huruf) Bali kuno yang di belakangnya terdapat sebuah pohon besar yang disakralkan, Pelinggih batu tersebut diibaratkan “protokoler” dari Ida Ratu Gede Mekele Lingsir yang mengkomandoi rerencang Ida Bhatara selaku “satpam” dari Gunung Puncak Mundi. Dilanjutkan lagi ke palinggih berikutnya yaitu palinggih Widyadara-widyadari. Berlanjut ke palinggih Pengayengan Ratu Dalem Ped, persembahyangan berlanjut lagi ke Pura Beji dan melukat dengan tirta yang dikenal dengan Tirta Bang. Di kawasan Pura Pajinengan Gunung Tap Sai ada tiga buah sumber tirta yaitu Tirta Bang, Tirta Putih dan Tirta Selem, Tirta Bang bisa ditemukan di pura Beji, sedangkan jika anda ingin nunas Tirta Putih, karena belum dialirkan ke bawah sehingga anda harus mendaki, tetapi Tirta Selem bisa ditemukan di utama mandala pura.


2. Setelah rangkaian persembahyangan dan melukat di beji, barulah anda sampai di Memasuki kawasan madya mandala, terdapat sebuah palinggih Ganesha yang berstana Ida Bhatara Sanghyang Ganapati (Ganesha) selaku perwujudan Ida Bhatara Rambut Sedana yang memberikan perlindungan dan pemusnah rintangan bagi umat manusia. Letak bangunan tersebut agak menyamping di sebelah kiri pura dengan di belakangnya juga terdapat pohon besar yang disakralkan. Serta beberapa buah bale pesanekan.
3. Setelah Madya Mandala ( Jaba Tengah ), barulah memasuki areal utama mandala, Sedangkan kawasan utama mandala, merupakan inti dari bangunan palinggih Ida Bhatara Tri Upa Sedana atau tiga dewi pemberi kesuburan dan penganugerahan. Di kompleks tersebutlah keberadaan pelinggih Lingga Yoni Ida Bhatara, tempat memohon keselamatan dan penganugerahan. Para pemedek yang tangkil biasanya menghaturkan 11 batang dupa di tempat tersebut, sembari memohon hal yang mereka inginkan. Menariknya, di belakang kompleks utamaning mandala berdiri sebuah pohon beringin yang sangat besar dan begitu disakralkan. Di sana dulu terdapat arca Lingga Yoni yang kini terlilit dan menjadi satu ke dalam pohon beringin tersebut. “Dulu Lingga Yoni itu sempat dibawa pulang oleh masyarakat, tapi sesampainya di rumah menghilang. Esoknya sudah kita dapati kembali lagi di pura. Dari sanalah di-linggih-kan di depan pohon, dan kini dililit sehingga tidak kelihatan,” papar Mangku Kariasa. dan selanjutnya dilanjutkan persembahyangan di pelinggih Ratu Hyang Bungkut.
Jadi persembahyangan di Pura Pajinengan Gunung Tap Sai, harus melewati urutan tersebut di atas, tidak boleh langsung masuk ke areal utama atau kawasan utama mandala, sarana persembahyangan (banten) tidak diperkenankan menggunakan sarana daging babi. Umat yang bersembahyang (pemedek) harus mengikuti aturan persembahyangan agar tidak terjadi hal-hal negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar