Jika seseorang meninggal dunia, maka pertama-tama yang dilakukan oleh keturunannya atau keluarga yang ditinggalkan adalah membersihkan mayat itu lalu membungkusnya dengan pembungkus kain. Keluarga yang ditinggal atau keturunan dari yang meninggal kemudian di urapi dengan pasta cendana lalu melakukan ritual yang disebut sebagai _Ekoddhista._ Ritual ini akan memberikan anak itu hak untuk melakukan upacara kremasi pada sang almarhum. Ritual ini bisa dilakukan di tempat kematian, depan pintu rumah, di lapangan, kuburan, tempat kremasi atau tempat pembakaran mayat itu sendiri.
Keluarga atau anak yang ditinggalkan akan membawa biji wijen, rumput persembahan (ku'sa), mentega murni dan kayu bersamanya menuju ke tanah
Kremasi. _Dan dalam perjalanan menuju tempat kremasi, dilakukan pengucapan berbagai mantra kepada Dewa Yama._
Di 'Sma'saana (tempat kremasi) dilakukan upacara ritual lain. Sebuah panggung untuk pembakaran mayat harus di buat. _Busana yang dikenakan oleh mayat dibagi menjadi dua. Setengahnya dipakaki untuk menutupi mayat dan setengahnya lagi di tinggalkan di 'Sma'saana untuk para preta (makhluk halus).
Pinda ( benda persembahan) di persembahkan kepada almarhum dan mentega murni di percikkan pada mayat itu. Mayat kemudian ditempatkan pada panggung untuk pembakaran dengan _posisi kepala menghadap ke-selatan._
Selanjutnya api dinyalakan dengan iringan mantra yang artinya, _"Wahai Dewa Agni yang agung, bawalah orang ini ke Surga."_ Ketika tubuh mayat setengah telah terbakar, maka berbagai jenis mantra diucapkan dan wijen dan mentega murni dipercikkan pada tempat pembakaran.
Dan pada saat inilah biasanya orang-orang menangis, menyedihkan almarhum. Dan seiring dengan tangisan itu para hantu akan bergembira mendengar ratapan kesedihan itu.
Setelah mayat itu sepenuhnya terbakar, maka keturunannya mempersembahkan benda persembahan kepada almarhum dan kemudian mengelilingi tempat kremasi itu.
Dan sementara mereka melakukan permandian, maka keluarga dan anak almarhum hendaknya senantiasa mengucapkan segala kebaikan yang pernah dilakukan oleh almarhum. Kemudian air diambil dalam cakupan tangan lalu dipersembahkan kepada almarhum. Ini dikenal sebagai ritual tarpana (ucapan syukur) dan tarpana ini biasanya dilakukan sekali, tiga kali atau sepuluh kali. Setelah tarpana selesai, pakaian yang basah hendaknya diganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar