Minggu, 28 Juli 2024

Urutan Tata Cara Sembahyang Bagi Umat Hindu Di Bali

 


Dalam kehidupan masyarakat hindu di bali banyak terdapat aturan yang harus dilaksanan dan di patuhi terutama dalam hal agama atau persemhyangan, berikut ini uraian urutan tata cara sembahyang yang benar .
Sebelum kita mulai sembahyang kita terlebih dahulu membersihkan diri dengan mulai :
Ucapkan matram :
• Untuk Dupa :
Om Ang Dupa Dipastra Ya Namah
• Untuk Bunga :
OM Puspa Danta Ya Namah
1. Asana : Posisi duduk yanh benar dan rapi Matram : Om Bajra sana Ya namah Swaha, Om Prasada Stiti sarira Siwa Suci Nirmala ya namah swaha
2. Pranayama : mengheningkan pikiran hanya tertuju kepada beliau dengan kata A U M (Ang=Tarik Nafas, Ung = Tahan nafas, Mang = keluarkan nafas)
3. Membersihkan tangan
•Tangan kanan
"Om kara sudhamam swaha"
•Tangan kiri diatas
"Om kara Hati sudha mam swaha"
4. Lantunkan Matram Tri Sandya
Om bhur bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat
Om Narayana evedam sarvam
yad bhutam yac ca bhavyam
niskalanko niranjano nirvikalpo
nirakhyatah suddo deva eko
Narayano na dvitiyo’sti kascit
Om tvam sivah tvam mahadevah
Isvarah paramesvarah
brahma visnusca rudrasca
purusah parikirtitah
Om papo ham papakarmaham
papatma papasambhavah
trahi mam pundarikaksa
sabahyabhyantarah sucih
Om ksamasva mam mahadeva
sarvaprani hitankara
mam moca sarva papebyah
palayasva sada siva
Om ksantavyah kayiko Dosah
ksantavyo vaciko mama
ksantavyo manaso dosah
tat pramadat ksamasva mam
Setelah selesai barulah mulai sembahyang
Dalam Agama Hindu Sembahyang dilakukan 3 x sehari atau sesuaikan dengan situasi atau Desa ,Kala dan Patra.
Sembahyang dilakukan dengan Panca Sembah :
1. Muspa Puyung
Matram :
Om Atma Tattvatma Suddha Mam Swaha
2. Muspa Dengan Bunga (Putih) ditujukan kepada Dewa Surya (Raditya)
Matram :
"Om Adityasyaparam jyoti rata tejo namo stute svetapankaja madhyas thah bhaskarayo namo stute "
3. Muspa dengan Kwangen ditujukan kepada Sanghyang Widhi Wasa sebagai Ista Dewata dengan segala Manifestasinya
Matram :
"OM Brahma,Wisnu,Isvara Devam Tri Purusa sudhatmakam,Tri Deva Tri Murti Lokham Sarwa wigene winarsanam "
4. Muspa dengan Kwangen mohon Peanugrahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar kita selalu dalam lindunganNYA
Matram :
"Om Anugrahaka Manuhara, Devadatta Nugrahaka, Arcanam sarva pujanam,namah sarva Nugrahaka, Om Deva Devi Mahasiddhi, yajnangga nimalatmaka, Laksmi siddhisca dirgayuh nirvighna sukha vrddhisca"
5. Muspa Puyung
Matram :
"OM Deva suksma paramacintya ya namah Svaha"
Setelah selesai sembahyang Ida Brahmana atau Pinandita akan memberikan Tirta dan Bije sebagai Simbol kehidupan
Bija
Bija adalah merupakan sarana terakhir setelah selesai sembahyang, Umumnya umat kita banyak yang tidak paham dalam penempatan bija terkadang jumlahnya berlebihan , jadi penggunaannya tidak bermakna.
1. 'Bija' adalah lambang kehidupan atau benih pemberian TUHAN
2. 'Bija' adalah anugrah TUHAN, sebagai lambang Tumbuh dan berkembangnya kesucian diri dan meningkatkan kualitas spiritual
3. 'Bija' seyogyanya dibuat dari beras yang utuh artinya tidak patah dan direndam dengan air cendana agar harum
Penempatan Bija
Jumlah bija yang bagus pilih yang utuh jumlah nya ganjil minimal 3 sebagai lambang manifestasi Tuhan
1. 3 Bija di kening dengan
Mantram "Om Sriyam Bhawantu"
2. 3 Bije di pangkal Tenggorokan Mantram "Om Sukham Bhawantu"
3. 3 Bije Ditelan
Mantram " Om Purnam Bhawantu"
Semoga bermanfaat, Salam rahayu semeton sinamian

Kamis, 25 Juli 2024

Manfaat Daun Mimba

 


Di India, daun intara dikenal dengan sebutan “neem ke patte”, dan merupakan salah satu bahan utama dari pengobatan ayurveda. Daun mimba mengandung zat nimbin, nimbinen, nimbolid, nimandial, dan zat bermanfaat lainnya yang memiliki funsi anti-jamur, anti-bakteri, dan anti-radang. Zat gedunin dan nimbidol yang terkandung di daun mimba merupakan zat anti-jamur yang bisa menghancurkan jamur penyebab kutu air pada jari kaki, kurap, dan jamur pada kuku.
A. Manfaat Kesehatan
Daun mimba bisa menstimulasi sistem imun, meningkatkan fungsi jantung, mendetoksifikasi darah dan meningkatkan sistem pernapasan serta pencernaan. Juga bisa mengobati penyakit malaria dan diabetes. Daun mimba bekerja dengan cara meningkatkan fungsi biologis tubuh memperkuat sistem imun.
1) Sebagai Obat Penyakit Umum
Di India, daun mimba sering digunakan untuk mengobati penyakit umum karena bisa menyerap dan menghilangkan virus. Caranya, kamu bisa menumbuk daun mimba sampai halus dan teteskan beberapa tetes air. Aduk merata sampai membentuk sebuah pasta. Kemudian, oleskan campuran pasta ini di atas bagian yang terserang penyakit. Campuran ini sangat ampuh untuk menyembuhkan kutil dan cacar air. Hal ini disebabkan karena ekstrak daun mimba menyerap virus dan melindungi bagian lainnya yang belum terinfeksi. Ekstrak daun mimba juga bisa menyembuhkan penyakit herpes. Teh dan salep yang mengandung daun mimba bisa meredakan luka dingin serta mengurangi gejala herpes.
Daun mimba sering dicampur dengan air untuk mandi. Terutama bagi mereka yang memiliki penyakit kulit. Mandi dengan air campuran daun mimba bisa meredakan peradangan kulit, rasa gatal dan iritasi kulit lainnya. Bahkan, daun mimba juga membantu dalam menghilangkan parasit di usus dan mengembalikan fungsi usus seperti sedia kala.
2) Sebagai Obat Perawatan Jantung
Daun mimba dikenal sangat efektif untuk membersihkan darah. Meminum rebusan air daun mimba bisa mengontrol kadar gula tinggi. Ekstrak daun mimba juga bermanfaat untuk memurnikan darah, melepaskan racun, dan melindungi tubuh dari radikal bebas. Daun mimba bisa membantu melebarkan pembuluh darah yang bertujuan untuk meningkatkan aliran sirkulasi darah, menurunkan detak jantung yang tinggi, menenangkan denyut nadi yang cepat, dan mengontrol tekanan darah tinggi.
3) Mengobati Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur
Sangat efektif dalam melawan penyakit yang disebabkan oleh jamur di dalam tubuh. Termasuk jamur yang menjadi penyebab infeksi pada paru-paru, bronkitis, dan selaput lendir. Cara kerja daun mimba adalah dengan mengurangi gejala infeksi jamur dan sariawan. Tidak hanya melawan jamur dari dalam tubuh, daun mimba juga bisa melawan jamur yang menginfeksi rambut, kulit, dan kuku termasuk kurap yang menyerang jari tangan dan kaki. Mengonsumsi ekstrak daun mimba juga dapat menekan pertumbuhan sel kanker.
4) Mengobati Malaria
Gunakan daun mimba untuk mengompres demam yang disebabkan oleh malaria. Salah satu senyawa yang terkandung di daun mimba adalah gedunin, yang sangat efektif dalam mengobati malaria. Tidak hanya bisa digunakan sebagai bahan pereda demam, tapi juga bisa dikonsumsi untuk mempercepat proses penyembuhan.

5) Melawan Kanker
Mengandung zat polisakarida dan liomnoid (senyawa yang bisa menghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker payudara). Kedua zat alami ini sangat bermanfaat dalam menekan dan melawan kanker serta sel tumor.
6) Meredakan Radang Sendi
Beberapa zat alami yang terkandung di daun mimba bisa menyembuhkan radang sendi dan mengurangi rasa sakit serta pembengkakan sendi. Pijat area yang sakit dengan minyak daun mimba untuk menenangkan otot dan sendi yang sakit. Selain itu, daun mimba juga bisa membantu meringankan rematik, osteoartitis, dan nyeri punggung bagian bawah.
7) Mengobati Keracunan
Menyembuhkan keracunan atau digigit serangga, karena sifat anti-beku yang dimilikinya Selain itu sifat anti-radang dan anti-ulkus yang terdapat di ekstrak daun mimba, juga bisa digunakan untuk mengobati bisul dan peradangan kulit.
Manfaat Daun Mimba untuk Kulit
Daun mimba bisa didaapatkan di apotek dan di bagian produk perawatan kulit.
😎 Melembapkan Kulit
Daun mimba bisa menjaga kulit untuk tetap lembut dan lentur. Selain itu, daun ini juga bermanfaat untuk menghilangkan luka dan mencerahkan kulit yang disebabkan oleh jerawat dan kudis. Jika kamu mempunyai jerawat di wajah, kompres dengan menggunakan air rebusan daun mimba. Hal ini juga bisa digunakan untuk merawat luka kulit lainnya. Untuk mengobati infeksi kulit, campurkan kunyit dengan pasta daun mimba dan oleskan pada area yang terinfeksi. Lakukan perawatan ini ruin selama tiga bulan.
9) Menyembuhkan Jerawat
Rebus beberapa lembar daun mimba sampai lunak dan air berubah warna menjadi hijau. Saring airnya dan tempatkan di dalam botol. Tambahkan air tersebut ke dalam bak mandi untuk menghilangkan jerawat dan infeksi kulit lainnya. Jika kamu ingin membuat masker wajah, caranya tumbuk beberapa daun mimba campur air dan oleskan pada wajah.
10) Mencerahkan Kulit Wajah
Bisa digunakan sebagai toner. Cukup rendam kapas di dalam air rebusan daun mimba. Kemudian, tutupi wajahmu dengan kapas tersebut, diamkan semalaman. Hal ini akan membersihkan jerawat, luka, mencerahkan kulit, dan bahkan noda hitam. Tidak hanya untuk jerawat saja, rebusan air daun mimba juga bisa mengatasi masalah ketombe dan rambut rontok.
Rebus daun mimba dengan kulit jeruk, Tambahkan yogurt tanpa rasa, madu, dan susu. Aduk merata sampai mengental. Oleskan pasta ini pada wajah dan diamkan sampai mengering. Setelah itu, cuci bersih wajahmu. Hasilnya, jerawat dan komedo akan hilang, bahkan bisa menutup pori-pori.
Manfaat Air Rebusan Daun Mimba
Rebusan air daun mimba memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Perawatan ini bisa memberikan efek yang sangat efektif untuk mengobati beberapa penyakit.
11) Masalah Rambut dan Kulit Kepala
Rebus beberapa daun mimba. Saring airnya dan tempatkan dalam botol. Gunakan air rebusan ini setelah selesai mencuci rambutmu. Sifat anti-bakteri yang dimiliki daun mimba bisa merawat kulit kepala kering, ketombe, dan masalah rambut rontok.
12) Mengobati Luka
Proses penyembuhan luka bakar bisa dipercepat dengan menggunakan rebusan air daun mimba. Aplikasikan rebusan air daun mimba di atas luka bakar. Selain untuk mempercepat proses penyembuhan, rebusan air daun mimba juga melawan alergi dan infeksi di sekitar kulit.
13) Mengobati Cacar Air
Biasanya, pasien yang baru sembuh dari cacar air disarankan untuk mandi dengan rebusan air daun mimba. Hal ini akan membuat kulit menjadi lebih rileks dan mencegah adanya tambahan penyebaran infeksi.
14) Sebagai Air untuk Mencuci Mata
Rebus daun mimba selama sepuluh menit kemudian tunggu hingga mendingin dengan sendirinya. Gunakan rebusan air ini untuk mengobati infeksi dan peradangan yang terjadi di mata.
15) Mengobati Sakit Tenggorokan dan Kaki yang Lelah
Berkumur dengan rebusan air daun mimba untuk mengobati sakit tenggorokan. Kamu juga bisa merendam kakimu di rebusan air daun mimba untuk menghilangkan rasa lelah.
Kegunaan Lain d mimba:
Tumbuk daun mimba yang sudah direbus sampai halus. Tambahkan madu secukupnya dan oleskan campuran ini ke rambutmu. Hal ini akan membantu untuk meluruskan rambut keriting.
Daun mimba sangat aman untuk dikonsumsi secara rutin. Manfaat kesehatan dari daun ini bisa meredakan gejala penyakit umum, termasuk flu, herpes, influenza, dan cacar air. Mengonsumsi daun mimba secara rutin juga bisa menurunkan demam yang bisa menjadi gejala penyakit umum.
Ekstrak daun mimba dan bijinya memiliki sifat sebagai pereda sakit, anti-radang dan menurunkan demam sehingga bisa menyembuhkan luka, sakit telinga, terkilir, dan bahkan sakit kepala.

SANAN EMPEG.

 



Barangkali masih sangat asing bagi kita mendengarkan istilah *SANAN EMPEG* Yaitu sejenis ritual yang tergabung dalan istilah Ontang anting mengenai kelahiran perlu di Upakarai yang bertujuan agar kelahiran yang bersangkutan menjadi dirgayusa lan lantang tuwuh.
1. DEFINISI SANAN EMPEG
SANAN = adalah alat pemikul beban, umumnya tebuat dari bamboo, namun bias juga dari kayu yang agak lurus.
EMPEG = Patah, ketika dipakai mengankat beban yg berlebihan sehingga patah, dan ini sangat berbahaya ketika patahnya masih di bahu sang pengangkat beban, sehingga bahunya bisa terjepit oleh sanan itu sendiri.
2. UPACARA SANAN EMPEG.
Bila dikaitkan dengan kehidupan manusia, sanan empeg berarti ketika kelahiran yang bersangkutan diapit oleh kematian artinya kakak kandung dan adik kandungnya meninggal ( tiada terlebih dahulu ) dengan kata lain ini disebutkan dengan *APIT PATI* Setiap orang pastinya tidak menginginkan kelahiran dengan kondisi-kondisi seperti di atas. Namun kembali lagi, Sang Penciptalah yang menjadi penentunya Sehingga dalam kondisi seperti ini yang bersangkutan perlu kiranya di ucarai yang disebut dengan SANAN EMPEG.

3. TUJUAN UPACARA SANAN EMPEG
Seperti halnya upacara ruwatan lainnya, upacara Nebusin Sanan Empeg berfungsi untuk menetralisir pengaruh-penguruh buruk atau tidak baik pada diri manusia. Fungsi lainnya adalah memohon keselamatan kepada Sang Pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) agar orang yang diupacarai tersebut menjadi orang baik, berguna bagi diri dan orang lain.
4. BAGAIMANA RANGKAIANA UPAKARA SANAN EMPEG.
Pelaksanaan upacara ini tergolong yang sangat UNIK, disamping itu sangatlah langka kelahiran seperti ini, mungkin di Provinsi Banten baru kali ini menjalani prosesi seperti ini yaitu di *Griya Kasewan Bumi Banten* pinanggal 28 April 2024.. Keunikan dari Nebusin Sanan Empeg adalah penggunaan Kain Endek khusus sebagai pelengkap sarana upacaranya. Kainnya diberi nama Kain Tenun Endek Sanan Empeg. Motif tenunnya terdiri dari tiga kotak-kotak yang tidak menyatu atau patah-patah. Motif seperti ini dipercaya memiliki kekuatan magis sebagai penolak bala dari kekuatan negatif yang mengganggu harganyapun cukup lumayan.
Pelaksanaannya hampir sama dengan bayuhan lainnya sedikit berbeda yaitu diberikan gendongan pallebungkah palegantung digendong sampai akhirnya sanan itu patah, kalaupun tidak patah harus diduduki sampai patah ketika mengelilingi Padudusan/pasepan yang jangkep dengan rempah rempah isi alam termasuk hasil tambang yang diambilkan dari perut bumi ( pertiwi )
5. SUMBER SASTRANYA.
maring lontar “KEMBANG RAMPE LAWAR CAPUNG” Iki ngaren pineh ayu sanan empeg, make angilanganing, sang sane mauripe, wus tininggal kakang kare rainte nguni, teke ketekeng papa gati sangsaraning pancering kakang arinte, lawan kawitan ire, mangkanepwa mapan wus kaparisuda rsignggana mekabehan. Gunaning pemayuhan sanan empeg,kewueuruhante dening anaku, ike marmania angentasakena sekwehing lara roga ring raganta
INGGIH MOGIWASTU BERMANFAAT.

Bhuta Basang-basang

 


Bhuta Basang-basang, adalah salah satu mahkluk halus dalam kepercayaan masyarakat Bali yang dikenal cukup menyeramkan, dan juga menjijikan, Dalam bahasa Bali kata "Bhuta" bisa diartikan sebagai mahkluk halus, dan "Basang-basang" berarti usus, sesuai dengan namanya wujud hantu ini berupa bentangan usus atau organ dalam manusia, di Jawa mahkluk halus ini dikenal dengan sebutan Memedi Usus.
Di Bali, mahkluk halus ini memiliki dua versi wujud, yang pertama berwujud bentangan usus manusia yang berjalan menggeliat seperti ular, serta meninggalkan jejak darah ditanah, dan yang kedua berwujud mahkluk halus yang terdiri dari kepala yang menyeramkan dan organ dalam yang menggantung. Bhuta Basang-basang suka menghuni rumpunan pohon bambu dan juga mengemban tugas sebagai "Ancangan Setra" yaitu penjaga kuburan, hal ini tak lepas dari asal-usul terciptanya sang hantu usus ini.
Menurut beberapa lontar kuno di Bali, ketika Dewi Parwati murka menjadi Dewi Durga, beliau menggunakan usus mayat sebagai selendang, dan tengkorak sebagai tasbih, Dewi Durga pun mengubah seluruh isi kuburan menjadi mahkluk halus yang dijadikan sebagai pengikut beliau, dari mayat yang ususnya terurai dan selendang usus beliau, terciptalah sesosok mahkluk halus yang dikenal sebagai Bhuta Basang-basang yang ditugaskan menjadi penjaga kuburan bersama mahkluk halus serupa lainnya.
Bhuta Basang-basang sangat jarang menampakan dirinya kepada manusia, kecuali orang tersebut berbuat yang tidak benar sebelumnya atau berbicara kotor saat melintasi tempatnya ia tinggal.

KONSEKWENSI PELINGGIH TANPA PEDAGINGAN / PANCA DATU

 


Mepedagingan / Panca datu, atau sering disebutkan dalam istilah loka drestanya mepulang Pancer. Akibat dari minimnya pengertian masyarakat setempat tentang pedagingan, Sering kita temui disuatu daerah, pelinggih tersebut langsung meplaspas saja, tanpa pedagingan dianggap sampun pragat, ketika melaspas itulah kemudian sudah dianggap odalan untuk hari hari selanjutnya. di sebutkan dalam Gama Widdhi sastra, bila dalam kondisi seperti ini pelinggih tersebut keni ke durmangalan/musibah, sebaiknya pelinggih ini segera di prelina segera selekas mungkin, agar tidak memakan korban lebih lanjut.
Bila kahyangan, apalagi pelinggih Prelinggan pare dewa durung mepedagingan durung mepulang pancer, meskipun pedagingan alit, madya, muang utama, dudu iku kahyangan dewa, dadi umahin bhuta kumandang. Kasarnya kahyangan tersebut bukan stananya para dewa tetapi yang berstana di pelinggih tersebut meparab, buta kumandang, dadi keracuan buta wisesa, Akibatnya para penyiwi pelinggih tersebut tan pegat gegeringan, keni kakening mala petaka upadrawa, tan pegat pegat meyegan tan trepti maring pesanakan, akhirnya tujuan rumah tangga sering terhambat dalam menjalani kehidupan.

Ciri khas yang lain pelinggih yan durung mepedagingan durung ngenteg linggih, sering para penyiwi mengalami salah ton ( melihat penampakan yang aneh-aneh) se wewengkon pelinggih maupun kahyangan tersebut. karena karena dimasuki buta pisaca, dadi pesaban sapujagat, itulah para bhuta dari petelon agung yg disebut butha sapujagat, masuk kekarang tersebut dan menampakan dirinya bermacam macam peristiwa aneh, muang buthakala Mretyu- kematian, demikian halnya, para butha bhuti yang ada di pura desa, di salu panjang datang dengan leluasa menempati stana yg durung mepedagingan, akhirnya itulah yang kita sembah. Terkadang ada suatu kepercayaan sebelumnya di upacarai diisi dulu dengan duri-durian, shg ybs enggan untuk menempati pelinggih tsb.
MUPUK PEDAGINGAN. ( Re Charga ) Pedagingan memberikan perlindungan maksimal 30 tahun ( satu generasi ) mulai dari 20 tahun, 25 tahun, sampai maksimal 30 tahun inilah waktu yang pas untuk mupuk pedagingan yang sering disebutkan dengan istilah “NEMU GLANG” Jadi setiap generasi polih ngaturang yadnya melakukan Penyegaran kembali panca datu tersebut. sekaligus ada penambahan silsilah keluarga. disitulah akan nampak jelas, ri wekas siapa siapa saja pendahulu (leluhur kita) setiap generasi akan mungguh dalam silsilah tsb dalam urutan Nemu Glang.
Demikian kojar widhi sastra sang “gama widhi sastra”, untuk itu segeralah berpikir bagi pelinggih dan mrajan kita sane durung mepedagingan, itu jelas tidak dibenarkan oleh sastra apapun alasannya. Untuk itu manfaatkanlah inti sari sesuluh inti puniki dari Gama Widhi sastra.
Selanjutnya ikuti postingan berikutnya Isi Panca datu, dan dimana diletakan ( genahnyane )
IPM Agra Agra Dwijananda

PRANAYAMA GAYATRI MANTRA

 



HANYA 15 MENIT MELAKUKAN PRANAYAMA GAYATRI MANTRA DUA KALI SEHARI UNTUK MENDAPATKAN KESEHATAN YANG PRIMA.

Tidak perlu kemana mana lakukan dirumah saja dg baik dan benar niscaya akan mampu mencegah dan menyembuhkan penyakit, begitulah kebenaran dan fakta nya.
Pranayama Gayatri mantra disabdakan dalam Regveda X,137,3 untuk usadha. Ini Kitab Suci bukan dikarang sendiri dibuat sendiri. Sebagai seorang pemeluk Hindu semestinya memahaminya jangan sebaliknya meragukan kebenaran nya.
KALAU SUDAH MELAKUKAN PRANAYAMA GAYATRI MANTRA BELUM MENDAPATKAN MANFAAT YANG PARIPURNA PENYEBAB NYA ADALAH PELAKSANAAN NYA BELUM BAIK DAN BENAR, begitulah arif menyikapi nya.

Rabu, 24 Juli 2024

Makna Sanggah Surya dan Tawang dalam Upacara Hindu di Bali

 




BALI EXPRESS, DENPASAR – Umat Hindu di Bali secara tidak langsung memberikan posisi penting bagi salah satu dari 33 Dewa yang tertuang dalam Rg. Weda, yakni Dewa Surya. Hal ini dibuktikan dengan menempatkan Sanggah Surya dalam aktivitas Yadnya, minimal dalam posisi tinggi yang menggambarkan linggih atau kehadiran Dewa Surya.

Sanggah Surya di beberapa daerah di Bali, juga sering disebut dengan Sanggah Agung. Keduanya bermula dari dua kata, yakni Sanggah yang mengandung arti sumber, sedangkan Agung menekankan kewibawaan Sang Hyang Siwa Raditya yang tak lain adalah Dewa Surya.

Ukuran Sanggah Surya biasanya lebih tinggi dari pinggang manusia, bahkan ketika dilaksanakannya upacara Yadnya, sanggah ini dibuat lebih tinggi dari dasar bangunan tempat dilaksanakannya upacara Yadnya.

Menurut Budayawan Kota Denpasar, I Gede Anom Ranuara, Sanggah Surya dibuat dengan menggunakan empat batang bambu yang ditancapkan di sisi Timur Laut atau arah kaje kangin. Posisi ini mengacu kepada pembagian pekarangan berdasarkan Asta Kosala- kosali. Di mana arah kaje Kangin merupakan pertemuan antara utama dengan utama, sehingga sering disebut arah Dewata. Untuk diketahui bahwa Sanggah Surya hanya memiliki satu ruangan saja dan dibatasi menggunakan ancak saji.

Lebih lanjut Anom mengatakan, Sanggah Surya sangat penting ketika pelaksanaan upacara yadnya, khususnya yang menggunakan banten Bebangkit yang dipuput oleh seorang Sulinggih. Ketika tidak ada Sanggah Surya yang merupakan stana Sang Hyang Siwa Raditya, maka dikatakan suatu upacara yadnya belum lengkap. Hal ini sesuai dengan prabhawa Sang Hyang Surya sebagau Upasaksi. Kebiasaan ini bisa dilihat ketika hendak melaksanakan Panca Sembah, di mana setelah pelaksanaan sembah puyung dilanjutkan menggunakan bunga putih sebagai persembahan kepada Dewa Surya sebagai saksi dari persembahyangan. “Begitu halnya upacara yadnya, Panca Sembah kan juga yadnya, namun skalanya lebih kecil,” jelas pria asal Kesiman ini kepada Bali Express (Jawa Pos Group) Denpasar.

Selain Sanggah Surya, di Bali juga dikenal dengan adanya Sanggah Tawang. Kata Sanggah berarti sumber, dan Tawang memiliki penekanan arti awing-awang yang dapat diartikan sebagai kesunyian atau sepi. Jadi, Sanggah Tawang dapat diartikan sebagai sumber kesepian, di mana kesepian dan kesunyian tak lain adalah Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Sanggah Tawang dibuat dari bambu berbentuk segi empat panjang yang memiliki pinggiran yang disebut dengan ancak saji. Sama halnya seperti Sanggah Surya, Sanggah Tawang tidak menggunakan atap, namun terdiri dari tiga ruang atau rong telu yang merupakan simbol Dewa Surya dalam tatanan Tri Sakti , yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Penggunaan Sanggah Tawang ini biasa dijumpai ketika dilaksanakannya upacara dengan tingkatan Utama. Beberapa di antaranya yakni Tawur Agung, Padudusan Agung.

Dengan demikian, Sanggah Tawang mempunyai makna sebagai simbol stananya Sang Hyang Widhi sebagai simbol manifestasinya yang merupakan permohonan umat Hindu dalam suatu upacara agama. Dalam Pustaka Bhuwana disebutkan kosa 1.2.10 ‘Sunyasca Nirbhanadhika, Siwanga Twe Raniksyate, Kutah Tad Wakyama Tulam, Srutwa Dewo Watista, yang artinya ada alam sunia yang dianggap sakti, itulah yang disebut dengan Sang Hyang Siwa.

Dengan melihat sloka tersebut, dapat diartikan bahwa Sanggah Tawang yang menggunakan tiga ruangan sebagai simbol Tri Purusa, yakni Siwa, Sadhasiwa, dan Paramasiwa.

“Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan Tri Sakti dan Tri Murti,” pungkasnya.

(bx/gus /ima/yes/JPR) –sumber