Selasa, 15 Agustus 2023

Pura Bukit Indrakila

 

Pura Bukit Indrakila merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat, terletak di sebuah perbukitan Desa Dausa Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Berjarak kira-kira 40 km dari Kota Bangli kearah utara menuju Singaraja.
Pura Bukit Indrakila memiliki dua prasasti, satu disimpan oleh desa adat Satra dan satunya lagi disimpan oleh desa adat Cenigaan. Walau belum ditemukannya bukti tertulis sehubungan dengan pembangunan pura tersebut, namun Dr R Goris dalam bukunya sejarah Bali kuno menyimpulkan kalau pura tersebut dibangun pada saat pemerintahan raja Jaya Sakti (1133-1150), dengan tujuan sebagai tempat meditasi (tapa) para raja. Prasasti Bukit Humintang (prasasti yang disimpan di desa adat Cenigaan) yang bertahunkan caka 938 (1016 masehi) menyatakan masyarakat Arcanigayan (sekarang Cenigaan) meminta raja mereka Anak Wungsu untuk menghadiri upacara peringatan yang akan diadakan oleh Betari Mandul (istri terakhir Anak Wungsu) di Bukit Humintang (Indrakila). Sedang Betari Mandul sendiri adalah anak dari raja Tegeh Kaoripan di Penulisan. Bukti lain akan keberadaan pura Bukit Indrakila adalah lontar Catur Dharma Kalawasan di pura Penulisan yang menyatakan “penduduk desa Dausa dan pendukung mereka “belajar” bahwa para leluhur mereka sejak abad ke 11 telah dibebaskan dari menyumbang untuk pura Pucak Penulisan berdasarkan tugas-tugas mereka yang ada menuju “Pura Hyang Api” (pura Bukit Indrakila). Berarti sebelum bernama Bukit Indrakila pernah bernama Bukit Humintang dan Hyang Api. Sejak pertama kali dibangun,pura ini sudah beberapakali mengalami perbaikan. Juga belum ada bukti yang jelas menyebutkan hubungan antara perbaikan-perbaikan tersebut dengan perubahan namanya. Diperkirakan sebelum gunung Agung meletus sudah dua kali mengalami perbaikan,kemudian rusak lagi akibat letusan gunung Agung (1963) dan langsung diperbaiki. Beberapa tahun kemudian pura rusak lagi dan mengalami perbaikan pada tahun 1968 dan selanjutnya pada tahun tujuh puluhan diperbaiki lagi.


Pura Bukit Indrakila terbagi menjadi tiga bagian (tri mandala)bangunan. di utama mandala (jeroan) terdapat pohon beringin besar dan rindang,bersebelahan dengan pohon cempaka seliwah (satu pohon berbunga dua macam) yang menciptakan suasana magis yang luar biasa. Kemudian di bawah rimbunnya pohon-pohon tadi, berjejerlah pelinggih-pelinggih yang membentuk huruf u yang terbalik. Pada jajaran utama terdapat pelinggih Padmasana yang memiliki tiga ruang tempat penyungsungan Ida Betara Tiga Wisesa.Dan di ujung selatannya tedapat pelinggih berbentuk stups tempat penyungsungan Ida Betara Ciwa Bhuda. Lingga yoni sebagai lambang kesuburan/kemakmuran. Pada jajaran sisi kiri terdapat pelinggih-pelinggih yang sama persis dengan di sisi kanan sebagai lambang rwabineda. Pada madya mandala (jaba tengah) terdapat dua jajar balai gong yang disekat-sekat menjadi sembilan bagian. Kedua jajar bangunan balai gong tersebut dipisahkan oleh ruang lapang yang cukup luas. Pada mandala ketiga(jabaan) terhampar pemandangan yang mengitari lokasi pura.
Pura ini diempon oleh dua Desa Dinas yaitu Desa Dinas Dausa dan Desa Dinas Satra ini, melangsungkan piodalan bertepatan dengan Purnama Sasih Kapat (keempat) yang dikenal dengan ‘Ngusaba Kapat. Piodalan ini bersamaan waktunya dengan piodalan di Pura Tulukbiyu dan Pura Pucak Penulisan Kintamani.
Suksma...kirang langkung sinampura 🙏
Dumogi Rahayu Sareng Sami🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar