Senin, 01 Mei 2023

Tumpek Wariga, Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh lan Tumpek Pengatag, puja kepada Shiva Shankara



Perayaan Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh, lumrah juga disebut Tumpek Bubuh, terasa sangat spesial , karena hari bertuah itu diperingati menjelang Perayaan kemenangan Dharma atas Adharma, di India disimbolkan dengan kemenangan Sri Rama atas sosok terbaik wangsa asura Rahwana, Raja Alengka. Maka di India dibuat patung patung Rahwana, kemudian ogoh ogoh itu dipanah, sebagai refleksi kemenangan Dharma atas Adharma.
Perayaan Wijaya Dasami ini merupakan puncak hari ke-10 dari puja Nawa Ratri, yang dipuja Tridewi, Durga, Laksmi, dan Saraswati. Perayaan ini di Bali disebut Galungan dan perayaan hari ke 10 adalah Tumpek Kuningan. Berkaitan perayaan Tumpek Bubuh di Bali, maka dipuja Dewa Sangkara, di India untuk memohon kesuburan tanaman, maka perayaanya disebut “Shangkara Puja”.
Tumpek Wariga ini di Bali sebagai penanda awal bahwa peringatan hari Galungan sudah menjelang. Hari suci Galungan hanya tinggal dalam durasi 25 hari saja. Pada moment Tumpek Wariga ini dimaknai sebagai upacara pelestarian lingkungan, terutama pada tumbuhan, segala jenis pepohonan agar subur, berbuah lebat, sehingga umat dapat anugraha dari lingkungan itu sendiri.
Mengutip, Bhagawad Gita, III . 14
, “Annaad bhavanti bhuutaani. Prajnyaad annasambhavad. Yadnyad bhavati parjanyo Yadnyah karma samudbhavad”.
Makhluk hidup berasal dari makanan. Makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan berasal dari hujan. Hujan berasal dari yadnya.

Yadnya itu merupakan karma. Maka sejatinya cakra yadnya itu harus senantiasa diputar, agar siklus rta itu secara alamiah juga berputar di jagat ini, karena itu sang manawa yang merupakan bagian dari kosmos ini , tidak bisa melepaskan dari siklus cakra yadnya itu.
Sebab, tanpa tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan ini, semua makhluk bernyawa sejatinya tidak dapat melangsungkan hidupnya. Karena pastinya bahan pokok makanan hewan dan manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Adanya tumbuh-tumbuhan itu karena yadnya dari bumi dan langit kepada semua makhluk hidup ini.
Pertanyaan reflektif itu, lalu masihkah kita tidak menghargai anugerah yang telah kita terima dari bumi pertiwi ??
Bagaimana cara kita menghargainya? Ini lah salah satu bentuk kearifan budaya lokal local genius dan local wisdom yang sungguh Adi Luhung di jagat Bali Dwipa ini, yang dimaknai dalam perayaan , Tumpek Wariga ini.
Tumpek Wariga dikenal juga sebagai tumpek bubuh, tumpek pengatag, tumpek pengarah. Jatuh pada hari Saniscara, Kliwon, Wuku Wariga, atau 25 hari sebelum Galungan. Rangkaian upacara ngerasakin dan ngatagin itu dilaksanakan untuk memuja Dewa atau Bhatara Sangkara, manifestasi Hyang Widhi, memohon kesuburan tanaman yang berguna bagi kehidupan manusia.
Tumpek Wariga adalah hari menghaturkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Dewa Sangkara (masyarakat Bali Kuno menyebut sebagai Kaki Bentuyung), Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan.
Selain itu,Tumpek wariga juga merupakan penanda, sebagai rangkaian awal persiapan menyambut hari raya Galungan. Ketut Wiana, menjelaskan
Manusia sebagai makhluk hidup yang paling serakah sering berbuat tidak adil kepada keseimbangan hidup tumbuh-tumbuhan tersebut.
Nah untuk menumbuhkan sikap yang adil dan penuh kasih kepada tumbuh-tumbuhan, umat Hindu memohon tuntunan Dewa Sangkara sebagai manifestasi Tuhan Yang Mahaesa. Karena itu, umat Hindu di India memiliki ''Hari Raya Sangkara Puja'', sedangkan umat Hindu di Bali memiliki Tumpek Wariga sebagai hari untuk memuja Dewa Sangkara.



 

PENGAMALAN DHARMA

 



Sri Bagawan Yogananda
Melaksanakan ajaran Hindu apalagi menebarkan ajaran kesucian dharma itu sejatinya tidak lah gampang. Disadari, pastinya tidak semudah membalikkan telapan tangan. Sebab, perlu kepribadian bijaksana, dan pemahaman sangat luas , komprehensif mengurai keberadaan Hyang Widhi Wasa, yang tidak terbatas itu.
Karena itu, membedah ajaran suci dharma perlu persepsi holistik , selain landasan Sruti, smerti, upanisad, itihasa, purana, lontar lontar Bali termasuk lontar kedhyatmikan, juga perlu penalaran, kedalaman inspirasi, logika terkait analisis dan sintesis mencapai resume yang luas, dalam. Dan pastinya pula perlu anubhawa, pengalaman langsung melalui penampakan ( dharsan) suci, sehingga kebenaran yang dibedah tidak memunculkan bias dan distorsi melabar.
Sehingga pemahaman yang diapresiasi terkait ajaran dharma itu tidak dangkal. Intepretasi tidak parsial dan agar dijauhkan dari kecendrungan kontra produktif. Karena itu, perlu penjabaran dan pengertian dengan kesimpulan holistik, penuh kasih dan sesuai tatanan Hindu , Agama yang damai, toleransi , penghormati semua mahluk.
Kesucian dan keluhuran ajaran Dharma itulah, wajib kita kawal dengan sebaik baiknya, sehingga kita bisa menyebarkan ajaran Dharma itu sebagai tuntunan kehidupan yang produktif dan bermaanfaat baik sekala lebih lebih niskala.
Disadari perlu pemahaman pokok pokok formulasi , rumus pengertian yang dijadikan titik tolak, terkait membedah kepercayaan Agama Hindu secara lebih komprehensif.
Bisa kita kutip Atharwa Weda XII. 1.1. , yakni “Satyam brhad rtam ugram dikso tapo brahma yadnya pertiwim dharaayanti so no bhutasya bhavyasya patnyurum lokan pertivi nah krnotu”
Maksudnya: Agama adalah satya, rta, diksa, tapa, brahma dan yadnya, semoga semua ini dapat memberikan tempat, dan mengatur tempat hidup kita di masa lalu, sekarang dan masa akan datang di dunia ini.

Satya itu merupakan kebenaran yang absolut, rta merupakan dharma atau undang undang yang mengatur hidup manusia, diksa adalah pensucian, dan tapa adalah semua perbuatan suci.
Brahma merupakan doa dan mantra mantra, yadnya merupakan korban. Diksa dan tapa itu merupakan landasan pokok dalam pembentukan watak dan kepribadian manusia, sedangkan doa doa, mantra dan korban, merupakan landasan ideal untuk berbuat suci di dalam agama itu.
Pengertian dalam lontar Kadyatmikan Bali, bisa dikutif dari Wrhaspati Tatwa 25 yang menyatakan :
“ Sila Yajna tapo daanam
Pravraja bhiksu revaca
Yogascaapi savasena
Dharmasyeke vinirnayah
Artinya, mewujudkan Sila, Yadnya, Tapa, Danaa, Prawraja, Bhiksu, dan melakukan Yoga, Inilah rincian pengamalan Dharma.
Itu juga yang disebut Jnyana.
Agar manusia dapat melakukan pengamalan dharma itu,maka dharma diarahkan untuk membina diri sendiri (Swaartha),kemudian dijadikan kekuatan melayani hidup sesama(Para Artha),sebagai wujud Bhakti pada Tuhan (Parama Artha).
Sesuai pustaka Wraspathi Tatwa 25 itu,ada 7 perilaku pengamalam dharma
1 Sila.
Sila ngaranin mangraksa acara rahayu.Sila namanya menjaga kebiasaan baik dan benar.Misalnya sembahyang setiap hari,mengatur pola beristirahat,disiplin soal makanan,mengotrol pikiran,perkataan dan prilaku. Artinya berbagai kebiasaan positif harus senantiasa diupayakan.
2. Yajna.
Yajna, Ngaraning menghadakaken Homa.Homa ini juga disebut Upacara Agni hotra.Yajna ini diajarkan dalam pustaka Rg Weda X.66.8 dan atharwa Weda XXVIII.6.Yajna itu disebut spatika yajna atau mutiaranya Yajna.Upacara ini dilakukan oleh mereka yang hatinya mulia.Agnihotra ini dapat menciptakan kedamaian,dapat menggugah hati para pemimpin untuk bekerja dengan baik,membina masyarakat dan tidak menyakiti hatinya.
3.Tapa.
Tapa ngaraning umatinindryania.
Terus menerus menguasai indriya.Kahrtaning indriya(Sarasamuscaya),
Indriya ini harus dipelihara dengan sebaik baiknya agar sehat dan berfungsi sempurna.Tetapi ekspresi indria ini harus terus menerus dalam kendali pikiran.Pikiran dalam kesadaran budhi. Dengan sruktur diri yang demikian itulah dapat merealisasikan kesucian atman dalam prilaku.Demikian menurut Bhagawad Gita III.42.
4.Daana.
Daana ngaranning paweweh.Membangun sifat suka memberi.Dermawan.
5.Prawrajya
Prawrajya ngaraning Wiku ansaka.Menyebarkan secara terus menerus ajaran dharma.
Dapat dikutip juga bagaimana penegasan Yajur Weda XXVI.2. terkait penyebaran ajaran Dharma itu.
“Yathemaam vaacam kalyanim avadani janebhyah,brahma rajanyabhyam sudraya caryaya ca svaya caranaya ca”
Sabda suci Weda itu, hendaknya disampaikan kepada seluruh umat manusia,cendekiawan rohaniawan,raja,pemerintah,masyarakat,para pedagang,petani dan nelayan serta para buruh,kepada orang orangku dan orang asing sekalipun.
Bertolak dari mantra Yajur Weda ini, Agama Hindu sesungguhnya adalah agama missi,agama yang harus disebarluaskan.Pengertian misi disini tentunya berbeda dengan missi dalam usaha menyebarluaskan agama secara aktif walau itu diamanatkan dalam veda,melainkan karena keluhuran ajaran Hindu lah orang tertarik mendalami dan mengikutinya.
6.Bhiksu.
Bhiksu ngaraning diksa.Proses penyucian diri.Kata diksa dlm bahasa sanskerta artinya suci.Bhiksu adalah tahapan hidup yang keempat yang juga disebut Sanyasin.Tahap ini dicapai setelah melewati Tahap Brahmacari,Grhasta dan Wanaprasta.
7.Yoga.
Yoga ngaraning magawe samadhi.Yoga untuk mewujudkan kejernihan pikiran. Rshi Pantanjali dalam Astanggayogannya mengutip shubashitam, wejangan suci, “Yogascitta vrtti nirodhah”.
Yoga keterhubunga secara intensif harus terus dilakukan dengan Hyang Widhi Wasa, sehingga gelombang pikiran dalam alam pikiran yang sifatnya fluktuatif itu dapat dikendalikan dengan baik.Untuk mencapai rohani, spiritualitas yang jernih Rshi Pantanjali, merekomendasikan agar kita melakukan delapan tahapan yoga secara intensif yang dikenal dengan asthanggayoga yakni “ Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Prathihara, Dharana, Dyana dan Samadhi”.
Grya Payuk,Sukra Wage Kuningan 13.Januai 2023.



Homa Ritual To Unity and Egaliter “No Soroh”

 



Dengan Homa kita disatukan dalam unity- kesatuan, menju purity - kemurnian, mencapai divinity - terangkat pada kesadaran sarva dewata is one , and the end got enlightement - kemurnian kesadaran tertinggi.
Karena itu, Homa dilakukan dengan suasana egaliter - kesamaan derajat dan klas. Tak ada srata , golongan tinggi dan rendah. Hannya dibagi dengan kompetensi Pandit yang ahli di Rg Veda, Sama Veda, Yayur Veda, Atharva Veda. Keempat Veda menjadi dasar mantra terangkum secara harmanis dalam mosaik pemujaan yang khusuk.
Jelas dalam Rg Veda disebutkan 3333 dewa hadir , malam di Atharva Veda 6333 - para leluhur datang kepada sisva yang mempelajari veda , para gandarva - pemusik surgawi, demikian juga 33 dewa utama, 300 bahkan 6000 dewa ia memberikan para dewa semangat dan menyala nyala.

Homa upacara penuh berkah dari Homalah Manik Angkeran lahir di Udaya Parwata/ Gunung Agung yang dimintakan doa kepada Agni oleh ayahnya Dangyang Sidhi Mantra.
Dari Homa lahir empat Putra Raja Ayodya Dasaratha, Rama, Bharata, Laksama dan Satrugna. Rama adalah sebagai awatara Wisnu di Tretayuga.
Dari Homa , Raja Drupada memohon kelahiran Dewi Drupadi , istri Panca Pandava, dan kakaknya Dristadyumna
Homa adalah upacara “Para Rishi Agung” hanya pada sang nara yang punya kompetensi , mamiliki vasana dan samskara kelahiran past life - masa lalu yang baik, yang akan melanjutkan disiplin / abhyasa ritual Veda tersebut dengan gigih dan militan di masa kini.
Over all Homa is the best, upacara murni Veda dan mardava itu sangat low cost / murah. Namun dalam aplikasinya multifungsi. Bisa upacara antyesti/ pelebon, mamukir, potong gigi, melaspas, menek kelih, pawiwahan, ulang tahun, intinya multipurpose
Homa juga menekankan koneksi asta shiva , pertiwi, apah, agni, wayu, akasa, prajapati, mahadewa dan ishasa plus trimurti dan tripurusha, selain abhiseka lingga yoni dan meditasi
Jadi ketika menggunakan metode homa, otomatis dua metode pendekatan yakni dwaita dan advaitha di kolaborasikan menjadi satu kesatuan utuh.
Banyak hal positif dan konstruktif lainnya terkait Homa , agar ditambahkan oleh para suci & prajnan lainnya
Tat asthu pranam



Karma Marga: Dengan Pelayanan Menggapai Pembebasan

 



Swami Wiwekananda, seorang filsuf besar Hindu suatu waktu bercerita tentang seorang Rsi yang melakukan meditasi di bawah pohon. Seekor burung yang kebetulan bertengger di ranting pohon itu membuang kotoran tepat jatuh di dahinya. Sang Rsi menoleh dengan marah ke atas, dan burung itupun jatuh, hangus terbakar. Sang Rsi bangga: meditasinya sudah membuahkan hasil.
Ketika sang Rsi mengetuk pintu warga untuk mengharapkan sedekah, seorang wanita menyodorkan mentega yg kelihatannya sudah tdk terlalu segar. Rsi ini merasa tersinggung, tapi sebelum ia bicara, perempuan itu sudah mendahului “Rsi yang agung, aku bukanlah burung yang bisa hangus oleh tatapanmu. Aku baru saja datang dari bekerja, melayani suamiku yang sakit, dan inilah satu2nya yang aku punya”. Sang Rsi merasa tertampar, tapi perempuan itu melanjutkan “pergilah ke pasar desa, mungkin disana engkau akan mendapat pemahaman baru”

Sang Rsi pergi ke pasar. Hal yang paling menarik perhatiannya adalah seorang tukang jagal. Pisaunya besar, wajahnya basah terciprat darah, bajunya bahkan berubah berwarna merah. Ia memotong, mengiris dan memasukkan daging ke kantong sebelum menyerahkannya ke pembeli dengan senyum ramah. Tak tampak rasa berdosa di wajahnya. Sang Rsi merasa mual, tapi sang jagal segera menyapanya dengan senyum merekah. “Rsi yang agung, marilah mampir ke rumah saya, kebetulan pasar sudah tutup”. Di rumah sang jagal, Rsi Agung ini kembali jengkel karena harus menunggu lama di ruang tamu. Sang jagal kemudian muncul dan berkata “Rsi yang agung, maafkan aku membuatmu menunggu. Aku harus mandi, berdoa dan menghaturkan persembahan, lalu memandikan ayahku yang sudah tua, kemudian menyuapinya. Sekali lagi, maafkan aku”
Sang Rsi tertegun. Bayangan burung yang hangus terbakar karena kekuatan meditasinya berkelebat di kepalanya. Apa manfaat meditasinya bagi seisi semesta? Bandingkan dengan wanita tadi dan tukang jagal ini? Mereka mendedikasikan dirinya untuk tugas masing-masing dan memberi manfaat untuk orang lain melalui pekerjaannya itu. Sang Rsi termangu, ia kini memiliki pemahaman baru tentang hakikat kerja.
Demikianlah, ajaran Hindu yang membentang luas telah mengajarkan banyak jalan menuju Tuhan, sesuai kecenderungan dan potensi setiap orang. “Wahai Arjuna, sejak dahulu kala telah aku ajarkan jalan pengetahuan bagi mereka yang berfikir, dan jalan kerja bagi mereka yang berbuat”, demikian sabdaNya dalam Gita. Pada bagian lain, Brahman Yang Esa bersabda “Kecuali pekerjaan yang dilakukan sebagai yajña, selebihnya semua kerja didunia ini terikat oleh hukum karma. Oleh karenanya, oh Arjuna, lakukan pekerjaanmu sebagai yajña, bebaskan diri dari semua ikatan” (BG III.9). *“Hanya dengan perbuatan, Prabu Janaka dan orang-orang hebat lainnya mendapat kesempurnaan. Jadi kamu juga harus melakukan pekerjaan dengan pandangan untuk pemeliharaan dunia” (BG III.20).*
Kerja, dengan demikian, bukan hanya cara untuk hidup, atau bahkan sering dipahami secara salah untuk memenuhi keinginan, tetapi lebih mulia dari itu: ia adalah cara untuk mencapai pembebasan. Dengan semangat dan kesadaran kerja sesuai ajaran Bhagawad Gita ini, kita tidak akan mendengar berita korupsi, atau petugas pelayan publik yang datang ke kantor jam 11 siang, istirahat jam 12, balik kantor jam 14 dan pulang jam 15. Atau, yang terbaru, berita presiden mengeluh karena banyak masyarakat berobat ke luar negeri, tapi segera disusul berita seorang ibu hamil dan anak yang dikandungnya meninggal dunia karena ditolak oleh rumah sakit lokal. Kerja dengan output seperti itu tidak akan membawa pelakunya kemana2, dan juga tidak menyumbangkan kebaikan untuk masyarakat. Sebaliknya, kerja sesuai prinsip2 ajaran Gita akan membawa pada kesempurnaan pelayanan yang memberi kemanfaatan pada dunia, dan pembebasan yang menjadi tujuan perjalanan setiap jiwa.



Memilih Pemimpin.

 



Sri Begawan Agni Yogananda
Pemimpin adalah pemimpi saat terjaga.
Pemimpin itu sejatinya orang yang mempersembahkan dirinya untuk melayani orang banyak. Dalam idiom asing - serve all and love all -layani semua masyarakat tanpa diskriminasi, dan cintai semua. Seorang pemimpin adalah bijaksana. Karena itu, ia bukan saja mampu merencanakan,mengelola dan memperbaharui , juga melakukan hal kreatif dan inovasi, serta memelihara kesejahteraan masyarakat atau pengikutnya.
Idealnya seorang pemimpin itu bisa mengaplikasikan kepribadiannya secara holistik ketika mendapat mandat menjadi pemimpin. Paling tidak secara umum ada 12 karakter pemimpin masa depan yang terdiri dari : jujur, kompeten, visioner, menginsipirasi, cerdas, adil, berwawasan luas, berani , lugas , imaginatif, kreatif dan inovatif.
Petunjuk cara memimpin yang baik dan ideal juga tersurat dalam Kekawin Niti Sastra. “Masepi ikan desa tan hana mukya” maksudnya amat sepi Desa itu jika tidak ada pemimpinnya.
Kemudian dalam naskah Jawa Kuno Nawa Natya, disebutkan tentang tata cara memilih pemimpin pembantu Raja. Raja dalam memilih pemimpin yang akan membantunya menjalankan pemerintahannya itu diibaratkan seperti memilih bibit bunga yang akan disemaikan dalam taman bunga.
Dalam Lontar Nawa Natya disebutkan bahwa bibit bunga yang baik untuk disemaikan dalam taman bunga itu adalah bunga yang mekar. Selain bunya yang warnanya indah,harum,tahan lama,tidak disukai oleh hama penyakit, daunnya hijau,tidak mudah layu.


Jadi dalam memilih pemimpin yang akan membantunya, sang Raja itu hendaknya berpedoman pada cara memilih bibit bunga sesuai konsep Nawa Natya yang terdiri dari :
Pradnya Widagda.
Bijaksana dan mahir dalam berbagai pengetahuan. Orang yang berilmu itu bukanlah orang yang hanya memiliki kemampuan mengadopsi ilmu yang diperoleh dari berbagai buku atau sumber sumber lainnya. Tetapi ia yang mampu menjadikan ilmu itu sebagai alat untuk memperkuat eksistensi dirinya sebagai manusia.
Orang itu bukan saja mampu menjadikan ilmu sebagai alat untuk memperkuat diri, namun juga mampu menjadikannya bijaksana. Orang yang demikianlah yang disebut Pradnya widagda.
Parama Artha.
Memiliki cita cita mulia dalam hidupnya.Parama artinya mulia atau utama dan Artha artinya tujuan atau cita cita.
Wira Sarwa Yudha.
Pemberani dalam menghadapi pertempuran.Dalam keadaan perang pemimpin pembantu raja ikut berperang. Namun dalam keadaan damai sikap wira sarwa Yudha ini artinya tidak takut menghadapi persoalan yang ditemukan dalam melakukan tugas tugas kepemimpinannya.
Ia tidak lari dari persoalan yang dihadapi melainkan dijadikan kesempatan untuk peryadnya. Artinya melakukan sesuatu yang
terbaik
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Dirotsaha
Teguh dan tekun dalam berupaya.Dirotsaha berasal dari kata Dira yang artinya teguh atau tekun. Sedangkan Utsaha itu artinya selalu tidak henti hentinya senantiasa berupaya.
Contoh, akhir akhir ini banyak persoalan muncul. Kegaduhan terjadi di luar batas.Persoalan yang dihadapi tidak begitu gampang untuk diselesaikan. Nah di tengah situasi krusial itu, sangat dibutuhkan sikap teguh dan tekun dalam upaya mencari solusi penyelesaian
terbaik
atas masalah yang dihadapi.
Pragi Wakya
Pandai menyusun kata kata dalam pembicaraan.Salah satu tugas pemimpin adalah menyampaikan buah pikirannya dalam suatu pembicaraan yang dapat dimengerti dengan baik oleh pihak lain.Kemampuan itu akan diperoleh melalui kegemaran membaca dan latihan berbicara.
Sama Upaya
Taat dengan janji.Menepati janji adalah salah satu cara pemimpin untuk memelihara kepercayaan masyarakatnya. Karena itu, seorang pemimpin tidak boleh sembarangan mengumbar janji. Misalnya, hanya demi ambisinya untuk memenangkan pemilihan.
Setiap janji haruslah dianalisa secara mendalam , apakah janji itu akan bisa ditaati. Sebab, kepercayaan itu adalah nafas bagi seorang pemimpin.
Lagha Wangartha.
Tidak memiliki kepentingan pribadi yang sempit.Perbuatan baiklah yang akan memberikan hasil yang baik. Karena itu berkonsentrasilah untuk berbuat baik sesuai dengan swadarma.
Wruh Ring Sarwa Bhastra.
Memiliki manajemen krisis.Mengetahui cara mengatasi kerusuhan.Memiliki berbagai upaya untuk melakukan pencegahan serta konsep mengatasinya
Wiweka
Kemampuan untuk dapat membeda bedakan mana yang salah,mana yang benar,mana yang tepat dan kurang tepat. Mampu mengambil sikap mana yang lebih penting dan kurang penting. Hal itu, tidak dapat diperoleh hanya dengan membaca buku saja melainkan harus dilakukan melalui latihan latihan yang tekun disamping juga karena potensi bakat.
Menjadi seorang pemimpin mungkin lebih mudah mendapatkan kedudukan daripada menjalankan amanat dan mewujudkan harapan komunitas yang dipimpinnya.
Kata kuncinya adalah bukan hanya merasa pintar, tetapi lebih pintar merasakan apa yang sedang dirasakan komunitas yang dipimpinnya.
Ajaran Astabrata
Ajaran mulia Astabrata itu merupakan delapan kewajiban yang patut dilaksanakan seorang pemimpin
1.Indra Brata
Bersikap arif bijaksana tanpa pilih kasih terhadap siapapun yang dipimpinnya
2.Yama Brata
Berlaku adil dalam menentukan sanksi bagi siapa saja yang telah dinyatakan bersalah.
3.Surya Brata
Senantiasa memberi tuntunan dan penerangan.
4.Candra Brata
Memberikan kesejukan,ketenangan atau kedamaian
5.Bayu Brata
Selalu berada ditengah komunitas untuk mendengar langsung apa yang dirasakan
6.Kuvera Brata
Terus menerus mengusahakan keseahteraan,kemakmuran secara adil dan merata
7.Varuna Brata
Menjadi tempat perlindungan bagi seluruh masyarakat dari segala keadaan yang tidak menyenangkan atau membebaskannya dari segala penderitaan.
8.Agni Brata
Terus memelihara dan menggelorakan semangat untuk membangun kebersamaan.
Seorang pemimpin memang dituntut untuk memiliki kelebihan dibanding yang lainnya. Namun disadari tidak ada “ Superman” yang mampu mengerjakan semuanya. Karena itu kemampuan membentuk team work - kerja sama - yang solid adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin.


Sebuah gerakan membumikan Veda



"Veda Poshana Ashram(VPA)"
Sebuah gerakan membumikan Veda
Sri Begawan Agni Yogananda
DINAMIKA organisasi Veda Poshana Ashram (VPA) yang embrionya dari Bali Homa Yadnya (1994) , baru dapat resistensi 2021, setelah lahir, tumbuh dan berkembang selama 27 tahun, hingga saat ini tercatat sudah menyebar di 21 Cabang di seluruh Indonesia. Ibarat manusia, VPA sedang “golden age” menapak masa keemasan. Masa masa puncak prestasi jika diibaratkan pertumbuhan seorang atlet. Tetapi, eksistensi VPA bukan untuk kompetisi, bersaing. Pastinya, kehadiran VPA mengakomodasi, menguatkan kembali tradisi di abad ke - 8 pengaruh Rsi Markandeya dan juga Rsi Agastya, yang saat itu sudah dilakukan upacara homa atau lumrah juga disebut Agni hotra. Menelisik lontar mayoritas masyarakat Bali percaya, Mpu Sidimantra yang lama tak punya anak, akhirnya dengan doa doa melalui Homa kemudian lahir Manik Angkeran. Selain itu, ada juga bukti fisik lainnya, keberadaan situs kunda vedi di beberapa pura di Gunung Kawi, di Kehen, Hyang Api , Tamba Waras, di suatu pura di Kecamatan Banjarangkan.
Setelah ada musinah, homa distop pasca terjadi kebakaran saat ritual di kerajaan Gelgel yang saat itu diperintah Raja Dalem , karena konstruksi kunda terlalu dekat dengan atap alang alang, sehingga api yang besar membakar atap saat pemerintahan Dalem Waturenggong di abad ke-14. Dan sejak saat itu Homa Yadnya, nyaris selama enam abad vakum dan kembali “menggeliat” sejak 1994, 27 tahun silam, yang kemudian sejak 2012 menggunakan lembaga Veda Poshana Ashram. Melalui VPA kepemimpinan , Ketua - Sekum, Sri Bhagawan Yogananda- Acharya Suvira Premananda, banyak prestasi lahir menguatkan interaksi kelembagaan VPA. Bukan saja sempat melakukan Maha Shanti Puja 2019 di Lombok, Mahashanti XIV di Daerah Jawa Barat, dan Klaten Jawa Tengah 2022, menggelar Seminar Nasional Pengabenan Siva Sumedang, Membuat Pedoman Garis Perguruan - Sila Krama Asevaka Guru- Gayatri Savitri Brahmarishi Wiswamitra, membuat Website Media 7 Sat Sangha VPA , menjalin kerja sama dengan berbagai organisasi Dvipantara Samskertam, Prajaniti hingga Gayatri Varivara di Haridwar, Uttarpradesh India Utara, mendukung PHDI Pusat Resmi. Banyak hal hal konstruktif dilakukan sebagai bagian seva, kerja sosial dan interaksi positif dan konstruktif, melalui payung Organisasi VPA.

Introspeksi
Eksistensi, Organisasi VPA sudah sangat diperhitungkan. Sayangnya oleh beberapa kalangan keberadaan VPA dipandang sebelah mata, bahkan “rival” dengan apresiasi tak konstruktif. Padahal masyarakat Bali meyakini kita berasal dari treh sama Sang Hyang Pasupati, masyarakat Bali juga percaya dalam pesemetonan paling jauh mindon bahkan misan. Artinya dalam relasi antar semeton kita di Bali saling pekedek, pekenyung, menganut salah satu shubasita mahawakya Weda, “tat twan asi” dalam interaksi , dan juga meyakini “Vasudaiva Khutumbhakam” kita semua keluarga dan bersaudara. Kebersamaan sikap paras, paros sarpanaya salumlum sabayantaka, asah asih asuh wangi bersama menyambut ayu ayuning bhuana lan gemah ripah loh jinawi, selalu bersikap dan memegang nilai kebajikan, sebagaimana menerima saudara Jawa dan juga tourist hadir di Bali.
Namun, realitasnya justru VPA selalu dibully, didiskreditkan, dicari cari kesalahannya.
Di era kurang kondusif, segenap anggota VPA perlu melakukan introspeksi ke dalam tetap menjaga sikap damai dan penuh kasih, rendah hati. Agar apa yang dilakukan sesuai dengan aturan, regulasi organisasi. Sebab di era sangat sensitif sekarang ini, berbuat benar saja dipersalahkan. Apalagi, kita menyimpang. Karena itu agar kita tak selalu menjadi bulan bulanan pihak yang memandang sebelah mata keberadaan VPA, maka kita wajib selalu berbuat baik, bijaksana , jangan pernah melenceng dari regulasi maupun hukum positif yang berlaku dan dijadikan panduan bernegara di negara RI yang kita cintai ini. Kita sangat cinta Bali, daerah kelahiran kita. Kita juga sangat mencinta negara kita. Dan sama sekali tidak ada dalam pikiran, perkataan dan tindakan, mendesain lelaku penyimpangan terkait segala aturan, empat pilar negara Pancasila, UUD, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, yang mengikat kita bersama satu bahasa, bangsa dan negara Indonesia.
Karena itu, sejatinya eksistensi VPA bukanlah sebagai pesaing, melainkan murni dengan hati tulus, inggih ngayah kepada “semeton” Hindu semua, dan juga mewujudkan tujuan Agama kita Atmanam Moksartham Jagadhita Ya Ca Ity Dharma- , berjalan bersama dalam satu visi, missi luhur dan suci, sesuai Veda bersama 200 Pandita, melakukan seva, ngayah menjawab tantangan hidup yang sangat komplek di era milenal dan generasi 5.0, , dengan shadana mardhava - sederhana, pure sesuai regulasi Veda, dan mantra mantra Veda.
Ngayah Tradisi
Sejatinya,tidak perlu ada dikotomi Sulinggih Veda Poshana Ashram(VPA) dan Sulinggih lainnya karena sistem Diksa yg ditempuh sama baik tahapan tahapannya,aturan pelaksanaan serta Tupoksinya.VPA adalah sebuah kelompok belajar Weda.Dengan demikian Pandita VPA bukan saja siap melakukan Homa karena itu merupakan ikonnya yang terus dijaga secara konsisten. Pandita VPA dengan ketulusan siap dan disiapkan melayani umat dengan cara cara tradisi Bali. Alasannya, Pandita VPA telah menjalankan penyucian komplit yakni Diksa,Ngelinggihang Weda dan Mapulang Lingga.Loka Pala Sraya, setelah diksa pariksa dari PHDI, dilanjutkan mediksa , lanjut prosesi Ngelinggihang Weda dan Mapulang Lingga. Jadi dengan “SIM” atau kompetensi sesuai acuan PHDI, Pandita VPA sangat siap ngayah memimpin,muput upacara tradisi seperti semua jenis dan bentuk Panca Yadnya(Dewa,RSI,Manusa,Butha dan Pitra Yadnya) Ngaben,Ngeroras, Pawiwahan, Pujawali, dan Rsigana,Tawur, mebayuh termasuk metransformasi generasi baru “ngembas, melahirkan nanak, manjalankan, melakukan prosesi Diksa, Ngelinggihan Weda dan Mapulang Lingga. Selain di bidang upacara, juga senantiasa meningkatkan pengetahuan Weda/ Sansekerta dengan bekerjasama dengan Dvipantara Samskertam , lembaga umat lainnya Prajaniti, PHDI termasuk Gayatri Varivara di India.
Paropakarah Punyanya ….
Setelah perjalanan dengan aneka resistensi yang telah dilalui VPA dengan baik hingga 2023. Perlu kiranya di tahun 2023 dan seterusnya VPA, membuat langkah langkah tetap dalam koridor persuasif, tetap harmonis dengan berbagai pihak, kita strike menjalankan garis organisasi, perguruan, sehingga langkah langkah dinamis kita, jangan sampai membuat banyak pihak memberikan penilaian, persepsi kontra produktif jika enggan disebut negatif. Mari dengan kesungguhan hati, ketulusan, dan jiwa murni, kita tetap ngayah dengan tanpa orientasi capital, tetap membuat orang lain bahagia , agawe sukaning wong len, atau dalam bahasa nya Maharishi Wyasa, “Paropakarah punyanya papaya parpeedanam” itulah intisari dari 18 Purana, yang maksudnya selalulah membantu dan jangan pernah menyakiti. Nah demikian sebagai ajakan kita bersama membangun tumbuh dan berkembangnya VPA kita yang tercinta. Terakhir sedikit klarifikasi soal fitnah tidak berdasar yang beberapa kali ditujukan kepada Veda Poshana Ashram antara lain:
Kasus Sulinggih yg terlibat pelecehan di penglukatan Tampaksiring yang kasusnya SDH diputus pengadilan dibilang Sulinggih VPA. Kasus Dulang dibilang sulinggih VPA.
Kasus viral di fb dengan adegan mesra ciuman di dituduhkan ke VPA
Terbaru kasus video asusila sulinggih di Buleleng dibilang Sulinggih VPA.
Ternyata satupun yg tituduhkan itu tidak terbukti melibatkan sulinggih yang embas di VPA. Karena itu, pastinya hal itu bukanlah yang dilakukan sulinggih tradisi yang ikut bergabung di VPA.
Kita jadi maklum dengan segala usaha pembunuhan karakter, terhadap organisasi ini tiada lain bertujuan “membungkam proses penyadaran”.
Satyam eva jayate. Semoga senantiasa eksistensi VPA selalu kita menjadi lebih baik.Selamat Th Baru Caka 1945 dan Selamat menjalankan Catur Brata Penyepian. Om shanti Shanti Shanti Om.
Denpasar,20 Maret 2023.