Rabu, 26 April 2023

Kisah lubdaka

 




KIM SANGEH-Lubdaka adalah seorang kepala keluarga yang menghidupi keluarganya dengan berburu binatang di hutan. Hasil buruannya sebagian ditukar dengan barang kebutuhan keluarga dan sebagian untuk dimakan bersama keluarganya. Dia sangat rajin bekerja serta cukup ahli, sehingga tidak heran bila dia selalu pulang membawa banyak hasil buruan.

Hari itu, Lubdaka berburu sebagaimana mestinya di dalam hutan. Dibawanya semua peralatan tanpa mengenal lelah. Akan tetapi hari itu berbeda dengan hari biasanya, hingga menjelang sore lubdaka belum juga memperoleh hasil buruannya. Kalau sampe aku pulang tidak membawa hasil buruan, makan apa keluargaku di rumah? Pikiran itu membuat lubdaka semangat makin tinggi, langka semakin cepat dan pandangan mata terus mencari binatang buruan. Tanpa terasa hari sudah gelap dan lubdaka berada di tengah hutan. Lubdaka memutuskan untuk tinggal di hutan dan mencari tempat yang aman.


- JUAL ES KRIM / ES PUTER PERNIKAHAN KLIK DISINI


Lubdaka melihat ada sebuah pohon bila yang cukup tua dan tampak kokoh di pinggir sebuah telaga air yang tenang. Dia memanjat batang pohon itu dan mencari posisi yang nyaman untuk bersandar. Lubdaka berusaha untuk tidak tidur karena takut bila terjatuh. Agar tidak tertidur lubdaka memetik satu per satu daun bila dan menjatuhkannya ke bawah, sehingga mengenai Lingga yang ada di bawahnya. Lubdaka sendiri tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam Siwalatri, dimana Dewa Siwa tengah melakukan yoga.

Satu per satu daun berguguran, lubdaka mulai menyesali segala perbuatan jahat yang pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Di atas pohon lubdaka bertekad untuk berhenti menjadi pemburu.Lamunan panjang Lubdaka akan dosa-dosanya seolah mempercepat waktu. Rasanya baru sebentar saja Lubdaka melamun, tapi tahu-tahu pagi pun tiba. Itu menggambarkan bahwa dosa-dosa yang pernah dilakukannya sudah terlalu banyak dan tidak bisa diingatnya satu per satu lagi dalam waktu satu malam. Karena sudah pagi, ia berkemas-kemas pulang ke rumahnya. Sejak hari itu, Lubdaka beralih pekerjaan sebagai petani. Tapi, petani tidak memberinya banyak kegesitan gerak, sehingga tubuhnya mulai kaku dan sakit, yang bertambah parah dari hari ke hari. Hingga, akhirnya hal ini membuat Lubdaka meninggal dunia.

Dikisahkan selanjutnya, roh Lubdaka, setelah lepas dari jasadnya, melayang-layang di angkasa. Roh Lubdaka bingung tidak tahu jalan harus ke mana. Pasukan Cikrabala kemudian datang hendak membawanya ke kawah Candragomuka yang berada di Neraka. Di saat itulah, Dewa Siwa datang mencegah pasukan Cikrabala membawa roh Lubdaka ke kawah Candragomuka. Di situ, terjadi diskusi antara Dewa Siwa dengan pasukan Cikrabala. Menurut pasukan Cikrabala, roh Lubdaka harus dibawa ke neraka. Ini disebabkan, semasa ia hidup, ia kerap membunuh binatang. Pendapat itu mendapat tanggapan lain dari Dewa Siwa. Menurut Dewa Siwa, walaupun Lubdaka kerap membunuh binatang, tapi pada suatu malam di malam Siwaratri, Lubdaka begadang semalam suntuk dan menyesali dosa-dosanya di masa lalu. Sehingga, roh Lubdaka berhak mendapatkan pengampunan. Singkat cerita, roh Lubdaka akhirnya dibawa ke Siwa Loka.

Malam Siwaratri selalu dikaitkan dengan cerita Lubdaka yang dikarang oleh Mpu Tanakung seorang Mpu besar di zamannya. Siwaratri diartikan sebagai “malam Siwa” karena pada hari tersebut Tuhan yang bermanifestasi sebagai Sang Hyang Siwa / Dewa Siwa yang melakukan yoga semalam suntuk untuk melebur dosa manusia. Umat Hindu merayakan Hari Siwaratri untk memohon ampun atas dosa manusia yang telah dilakukan. Di malam Siwaratri ada tiga brata yang harus dilakukan:
1. Mona: Tidak Berbicara
2. Jagra: Tidak Tidur
3. Upavasa: Tidak Makan dan Minum
Siwaratri datang setahun sekali setiap purwani Tilem ke-7 (bulan ke-7) tahun Caka.

Sejalan dengan perkembangan dan kecerdasan spiritual di Jaman Kali, penafsiran kata “peleburan” menjadi kontroversi karena tidak sejalan dengan hukum karma. Semua punya sudut pandang dan cara tafsir yang berbeda-beda. Alangkah baiknya momentum malam Siwaratri guna penyadaran diri untuk memperbaiki kehidupan kita di dunia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar