Minggu, 02 Juli 2023

Kerauhan

 


Berasal dari akar kata "rauh" yang bermakna "datang, masuk", sehingga kerauhan padanannya kemasukan sesuatu... potensi roh halus, penunggu gaib, atau hal lainnya, tapi mungkin juga ledakan emosi terpendam----goyahnya kesadaran.
Bila dilihat dari tradisi, kerauhan itu dapat dilihat dari beberapa kreteria, seperti menyebutkan siapa dirinya; adanya permintaan; adanya bahasa khusus yang digunakan; gerak-tingkah lakunya; porem wajahnya; dan latar belakang kehidupannya.
Kalau merujuk ajaran "spiritual" pengiwa-panengen, hal ini agak abu-abu----klise----karena ada dalam ranah keyakinan yang berpotensi menabrak logika tatwa dan usadha.
Secara tattwa hingga kekinian, mulai dari weda yang menyebutkan tubuh ini stana tuhan (para dewata), yang juga terurai dalam ajaran Dasa Aksara dan Kanda Pat, belum lagi tattwa lainnya, akan menimbulkan "pertanyaan kritis" pada fenomena kerauhan ini...
Bila kerauhan dewa, dewa"baru" apalagi yang masuk dan dominan ditubuh manusia, padahal hampir semua dewa sudah berstana didalam tubuhnya ..pikirkan??
Bila kerauhan leluhur, mahkluk astral---gamang, demit, jin, setan dll termasuk roh halus----kok bisa masuk? Dikala para dewa siaga dengan senjata astralnya di dalam tubuh ini.. pikirkan ??
Kerauhan butha kala? Lah kok bisa? Sang Kanda Pat itu kan penguasanya..?!
Kalau bicara kesucian, belum ada manusia hidup yang suci, badan kita, pikiran kita bahkan ucapan dan tindakan kita tak luput dari hal yang kotor, itulah sebabnya kita berupaya menyucikan diri, baik lewat karma, ritual atau hal lainnya...

Potensi terbesarnya adalah #psikis, pendaman #emosi yang membuat kesadaran diri goyah... lupa diri, sehingga menjadi wajar ada sesuatu diluar kontrol menguasai dirinya.. Terkadang sesuatu luapan emosi berlebih bakal berdampak efek domino, Memacu adrenaline orang-orang disekitarnya yang memiliki "muatan negatif----pendaman emosi" berlebih untuk memacu dirinya untuk trance. Seperti sesuatu zat yg mudah terbakar terpendam puluhan tahun terus ada pemantiknya----makaTerjadilah Kerauhan Massal...
Namun, potensi kemujizatan akan selalu ada... disinilah posisi #Mintonin diperlukan.. Minimal 3 hal yang digunakan untuk mengujinya...
1. Yang gaib tidak terbakar oleh api, jadi apapun yang melekat tidak terbakar, cara mengujinya ya dengan menyulutkan sebatang dupa atau rokok ke pakiannya, apabila tidak terbakar, maka lulus uji api ini. Kenapa tidak membakar badannya? Ya kita wajib manusiawi lah, kasian kalau orangnya tidak kerauhan bisa melepuh kulitnya.
2. Yang gaib tidak basah oleh air, sehingga cara mengujinya dengan memercikan tirtha, apabila pakian dan tubuhnya tidak basah seperti daun talas, maka dianggap lolos uji air ini.
3. Inti dari kerauhan adalah mematerikan kemujizatan. Jadi apabila apa yang diminta sudah dijanjikan akan dipenuhi---akuagem----harusnya akan ada pembuktian kebenaran dari kemahakuasaannya.
Bila hal itu tidak terjadi, abaikan saja..
tidak perlu memberi hukuman apabila salah satu alat uji itu tidak lolos...
Namun...
sarankan kepada dirinya (orang yang merasa kerauhan) atau keluarganya untuk mengantarkan dia terapi psikis, bisa ke psikiater, hypno atau praktisi spiritual.. orang-orang ini yang berpotensi "ngeletehin", sehingga tanggung jawab kita bersama untuk menjaga mereka.
Rahayu😇🙏
Via : anggawasa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar