Aksara suci Ang, Ung, Mang menjadi salah satu pola dasar perwujudan situs leluhur Bali dimasa lampau. Hal ini menjadi hasil dari temuan saat kelas budaya dan pendataan turun kelapangan yang dilaksanakan oleh tim situs dan ritus kuno leluhur Bali Yayasan BPJ (Yayasan Bakti Pertiwi Jati).
Dalam pendataan langsung di berbagai lokasi tim YBPJ selalu menemukan keselarasan pola dasar tersebut antara wacana teks tua berupa naskah kuno dengan situs – situs kuno di Bali. Dari kajian – kajian yang dilakukan misalnya di Pura Desa Peguyangan, Pura Puseh Peguyangan, serta di Pura Dalem Pemanis Penatih, Pura Dalem Tembau di Denpasar Timur, Dalem Tungkub Khayangan Sakti Kesiman, Pura Dalem Penataran Tangeb, Pura Kentel Gumi Kapal, Merajan Agung Puri Nyalian Klungkung, Pura Dalem Segara Madu Buleleng, hasilnya pola dasar tersebut selalu terkonfirmasi kembali, yaitu, jika aksara Ang, Ung, Mang menjadi salah satu pola dasar perwujudan situs-situs leluhur di Bali. Namun penerapan pola dasar ini selalu mengikuti batasan wilayah rohani dan konten dari alam desa dan ‘sistem gumi ‘ dari leluhur.
Implementasi linggih dari suatu wujud simbolik entitas rohani dari tiga aksara suci itu diterjemahkan secara simbolik oleh leluhur di Bali menjadi wujud –wujud lingga berupa pelinggih-pelinggih di Pura. Pelingih dibangun oleh leluhur di Bali bertebaran mengikuti tatanan alam dan desa –desa di Bali.
Pelinggih menjadi wujud sastra pengetahuan leluhur Bali, menjadi ragam jejak peradaban berada di dalam pura. Pura merupakan satu sistem tatanan rohani yang menentukan wujud dari pelinggih apa saja yang diwujudkan yang akan terkoneksi dengan pemangku, pengempon, kerama dan pakeramaan. Membangun pura, pelinggih, telaga suci, beji, bulakan, bedugul, ulun suwi, ulun subak, setra , pempatan, peteluan bale kul-kul, margi agung , pelinggih-pelinggih pertiwi, danu, tukad segara , pohon besar(khusus) semuanya dilakukan leluhur dengan dengan sepat –siku siku yang menjadi ulu dan pola dasar membangun tatanan pekeraman dan tatanan rohani.
Dalam hal khusus ini YBPJ mengenalkan kembali tatanan situs kuno Bali berdasarkan langgam situs dan konteks sastra leluhur yang menjadi dasar dari pada kesatuan teks leluhur serta situs kuno.
Situs kuno Bali memiliki tiga pola dasar dalam perwujudannya. Tiga pola dasar itu mengacu pada tiga tatanan rohani gunung utama di Bali disebut TRI MAHA LINGGA. Leluhur Bali membangun pelinggih, linggih ngaran lingga lingga ngaran pancer . ini menyiratkan jika lingga merupakan representasi dari gunung yang kokoh dengan segala daya keistimewaannya bagi semesta.
Rah ayu mulyaning jagat
Via : yayasan bakti Pertiwi jati
Credit : mangku Made yoga semadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar