Sebaiknya hari RAYA Kuningan di katakan hari “SUCI kuningan” karena Kalau di bilang hari RAYA, konotasinya cendrung Pesta ataupun Hura Hura, sedangkan hari SUCI, ada kecendrung untuk membangun Kontruksi diri ke jalan Dharma dlm pendakian spiritual, dharma adalah pondasi kita untuk Mewujudkan kedamain, dimana ada dharma disanalah ada Kedamaian, kedamaian imposible kita bisa capai tanpa ada usaha yg kita perjuangkan, maka dari itu untuk bisa damai dan sejahtera setelah kita bisa memenangkan dharma dalam kehidupan kita itulah sebabnya Kuningan di awali dg memenangkan dharma terlebih dahulu yaitu Wuku yang 11 Dungulan-Kemenangan
Hari suci Kuningan jatuh pada Wewaran yang disebutkan dengan Wuku, yaitu wuku yang ke 12 Dwa dasa, Dasa = 10 dan dua = 2, angka 12 dalam Hindu memiliki nilai Magis/ mistik sering di uraikan dalam pemujaan kita memuja 33 Dewata, yaitu 12 Aditya, 11 ludra, 8 Wasu, 1 Indra, dan 1 prajapati maka pada 12 ini disitu ada pencerahan, karena Aditya itu adalah Surya-Matahari, dimana ada Matahari terutama satwika kala yang melahirkan Brahma Muhurta, sering kita kenal dg istilah SAWITRI disitulah kita tercerahkan dlm gayatri mantram Diyo yonad Praco dayat, setelah kita menang ( dalam galungan ) kita kembali mencerahkan diri dalam Kuningan, jangan sampai kita menang tetapi ADIGANG ADIGUNG.
Jadi kuningan adalah pencerahan-Kuning = Mahadewa, dalam tradisi Bali maka Kuningan dirayakan jangan sampai lewat titik Barat atau Kulminasi mentari, maka kuningan selalu dirayakan dipagi hari, dalam teks nya Isanggal konyol, yang merayakan kuningan lewat titik barat maka ngaturang suguhan kepada DEWA BERUNG ( kurang tepat-dauhnya dauh sunia), ternyata dipagihari itu ada energy SATWIKA KALA, maka sering dilakukan puja Gayatri di Pagi hari, intinya adalah jalan pembuka terakhir untuk improvement Internal self, so marilah kita bangun lingga didalam diri kita, maka KUNINGAN adalah Upaya untuk meneguhkan perjalanan, sebelum kita melakukan Tirtayatra kita menuju kedalam hati sanobari. Pertanyaan mungkil muncul nah….kenapa ada sekelompok daerah justru melaksanakan puja-wali pada kuningan, misalnya Pura Sakyamuni, Waylunik dsb, hal ini sangat berbeda karena umat ini NEDUNANG ida Bhetara saat itu terlepas dari Titik Kulminasi atas ( tajeg surya )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar