Senin, 21 Agustus 2023

MAKNA BANTEN

 



Asal usul banten pada jaman dahulu diperkenalkan oleh Rsi Markandeya kepada penduduk setempat di Bali. Lama kelamaan tradisi ini berkembang keseluruh pulau sehingga orang-orang yang bersembahyang mulai menggunakan banten ( sesajen ).
Banten diajarkan kepada penduduk setempat karena mereka buta huruf sehingga mereka tidak bisa mengucapkan mantra-mantra dalam persembahyangan.
Jadi fungsi banten yang utama adalah sebagai "pengganti" ucapan mantra yang kemudian berkembang sebagai simbol kemahakuasaan Tuhan.
Ada beberapa jenis banten yang hingga kini digunakan di bali sebagai pengganti ucapan mantra, seperti :
DAKSINA, pengganti Gayatri Mantra :
Om Bhur Bhuwah swah, Tat Savitur Varenyam, Bhargo Devasya Dimahi, Dhiyo Yo Nah Pracodayat.
Unsur-unsur yang terdapat dalam Daksina :
1. Alas Bedogan
Terbuat dari janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit panjang serta ada batas pinggirnya. Alas bedogan ini melambangkan unsur pertiwi ( tanah ).
2. Bedogan / srembeng/ srobong daksina. Terbuat dari janur/slepan yang dibuat melingkar dan tinggi seukuran dengan alas wakul. Bedogan bagian tengah ini melambangkan Akasa ( angkasa ) yang tanpa tepi. Srembeng daksina melambangkan hukum Rta ( Hukum sebab Akibat ).
3. Tampak dibuat dari dua potong janur lalu dijahit membentuk tanda tambah ( + ) ( tapak dara ). Tampak atau tapak dara adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos. Tampak juga melambangkan Swastika yang artinya semoga dalam keadaan baik.
4. Beras, merupakan makanan pokok yang melambangkan hasil bumi yang merupakan sumber penghidupan manusia.


5. Sirih temple / Porosan terbuat dari daun sirih ( hijau -wisnu ), Kapur ( Putih - Siwa ) dan Pinang ( merah - Brahma ) diikat menjadi satu. Porosan adalah lambang pemujaan.
6. Kelapa adalah buah serbaguna yang juga merupakan simbol Pawitra ( air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan ( sapta loka dan sapta patala ).
7. Telor itik dibungkus dengan ketupat telor adalah lambang awal kehidupan/getar-getar kehidupan. Telor itik dipilih karena itik dianggap suci bisa memilih makanan, sangat rukun dan dapat menyesuaikan hidupnya ( didarat, air bahkan terbang bila perlu ).
8. Pisang, Tebu dan kojong adalah simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari alam buana alit.
9. Buah kemiri adalah simbol Purusa/ kejiwaan / laki-laki dari segi warna putih ( ketulusan ).
10. Buah kluwek / Pangi, lambang dari Pradhana / kebendaan / perempuan dari segi warna merah ( kekuatan ).
11. Gegantusan merupakan perpaduan dari isi daratan dan lautan, yang terbuat dari kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, garam dan ikan teri yang dibungkus dengan daun pisang tua / kraras yang merupakan lambang sad rasa dan lambang kemakmuran.
12. Pepeselan terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambang Panca Dewata ; daun duku lambang Iswara, daun manggis melambangkan Brahma, daun durian lambang Mahadewa, daun salak lambang Wisnu dan daun nangka lambang Siwa. Pepeselan juga melambangkan kerjasama ( Tri Hita Karana ).
13. Biji ratus adalah campuran dari 5 jenis biji-bijian diantaranya : godem ( hitam - Wisnu ), Jawa ( putih - Iswara ), Jagung Nasi ( Merah - Brahma ), Jagung biasa ( Kuning - Mahadewa ) dan jali-jali ( Brumbun - Siwa ) kesemuanya dibungkus dengan daun pisang tua ( kraras ).
14. Benang Tukelan adalah sebagai simbolis penghubung antara Jiwatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya pralina. Sebelum Pralina Atman akan terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum mencapai Moksa.
15. Uang kepeng adalah alat penebus segala kekurangan sebagai saraning manah ( sumber kehidupan ).
16. Sesari sebagai lambang saripati dari karma ataupun pekerjaan.
17. Sampyan Payasan, terbuat dari janur dibuat menyerupai segitiga lambang dari Tri Kona ; Utpeti, sthiti dan Pralina.
18. Sampyan Pusung terbuat dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut, sesungguhnya tujuan akhir manusia adalah Brahman ( Tuhan ) dan pusungan itu simbol pengerucutan dari indria-indria.
Ini sedikit tentang makna filosofi dari banten daksina yang sering kita pakai dalam upacara. Banggalah dengan warisan yang begitu penuh makna ini.
Walaupun tanpa membaca mantra tetapi banten daksina ini sudah mewakili Mantra Gayatri tanpa kita pernah sadari dan tau.
Dan masih banyak banten-banten yang lain yang mewakili mantra yang maha dasyat walaupun tanpa diucapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar