Rabu, 23 Agustus 2023

Sarining Yadnya Desa, Kala, Patra

 

“Yadnya”
tak tulus iklas bukanlah sesungguhnya yadnya sempurna.
Tulus iklas tak dapat diukur, namun dapat dirasakan dan direnungkan siapa saja sebagai pelakon yadnya. Yadnya adalah korban suci yang jauh dari ketidak-sucian.
Tulus iklas merupakan wujud kesucian hati nurani yang menjadikan yadnya satwika, unggul utama. Yadnya satwika lahir dari ketidakterikatan diri dan tak memaksakan diri.
Mengimplementasikan yadnya satwika merupakan jalan luhur. Jalan yang dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari pada lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dengan demikian, banyak pelakon yadnya sejati sungguh-sungguh merdeka mengecap manisnya sari-sari yadnya.
Para bijak Hindu mungkin atas nama kemerdekaan hati nurani mengkonstruk cara-cara beryadnya dan menyesuaikan dengan
Desa (tempat seperti apa dan dimana),
Kala (kapan waktu yang tepat atau keadaan seperti apa),
Patra (sumber sastra yang ada).
Formula yang tersaji itu dapat memudahkan pemahaman manusia beryadnya dengan kesadaran.

Yadnya ala desa, kala, patra diharap tidak bermakna sempit, sekedar mempersembahkan sesajen. Membantu orang sedang membutuhkan secara tepat guna, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, mengamalkan ilmu pengetahuan merupakan contoh sebagian kecil laku beryadnya.
Umat Hindu mungkin masih banyak bingung atau kurang paham dalam memilih cara beryadnya.
Hindu sejatinya menawarkan pilihan cara dan tingkatan beryadnya. Disarankan pula menggunakan wiweka (menimbang- nimbang sesuatu pilihan) untuk memilih cara-cara beryadnya yang tepat guna. Kini yadnya cendrung diukur dengan materi. Konsepsi desa, kala, patra pun semakin beku dan semu. Apakah alasan itu muncul karena gengsi?
Beryadnya yang keliru dalam rekaman waktu adalah yadnya yang tidak memiliki keseimbangan dalam konteks tempat, waktu atau keadaan dan sastra yang ada.
Mungkin tempat dan waktunya yang sesuai, namun catatan mengenai itu kurang dimaknai.
Kesesuaian antara desa, kala, patra menandakan Hindu mengajarkan yadnya secara fleksibel.
Sebagai pelakon yadnya hendaknya manusia menggunakan wiweka, berpedoman pada desa, kala, patra secara seimbang. Ritus yadnya bukan merupakan puncak pencapaian, namun sebagai jalan untuk dilalui dalam proses penyadaran manusia sebagai makhluk yang sering keliru.
Yadnya sejatinya adalah cara yang ditawarkan pada umat Hindu untuk membayar hutang kelahiran ke dunia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar