Buda Cemeng Ukir,
Buda Cemeng Warigadean (selikur galungan),
Buda Cemeng Langkir,
Buda Cemeng Menail,
Buda Cemeng Klau.
Pertemuan antara sapta wara (buda) dengan panca wara (wage) disebut dengan Buda Wage (Buda Cemeng).
Hari ini disebut rerahinan (hari suci), karena pada hari ini payogan Sanghyang Manik Galih. Beliau turun ke dunia muncul dari Sanghyang Ongkara Merta.
Pada hari ini “sang gama tirtha” (umat sedharma) maprakerti / melakukan pemujaan kehadapan Sanghyang Sri dengan menghaturkan canang sari di sanggah / merajan, di “luhuring aturu” (di atas tempat tidur / plangkiran tempat tidur), dan di lumbung, memohon kehadapan Sanghyang Sri / Sanghyang Manik Galih / Sanghyang Sri Sedana / Sanghyang Rambut Sedana agar menganugrahkan kesuburan dan kesejahteraan di dunia.
Demikian pula Sang Pandita dan para wikan / widnyana / penekun spiritual, hari ini adalah hari yang baik untuk melakukan yoga samadi untuk mendapatkan yang namanya “budi utama suksma jati hening”. Yoga samadi dilakukan pada “malam hari” / peteng / cemeng. Itulah sebabnya mengapa Buda Wage juga disebut Buda Cemeng (cemeng = ireng = peteng = gelap = malam = hitam). Bude Cemeng = Buda Ireng.
Itulah sebabnya mengapa pada hari Buda Cemeng (buda wage) banyak dijadikan sebagai “tegak” / hari odalan di pura – pura maupun sanggah / merajan.
Demikian adanya di Cakepan Gama Tirtha, Sapta Gama dan Sunar Igama..
Postingan ini dimuat kembali agar dapat dijadikan pengetahuan dan bahan diskusi
Sumber : cakepan gama tirtha dan duksuputradotcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar